Sukses

Rusia Ikuti Jejak China Larang Impor Makanan Laut dari Jepang, Khawatir Tercemar Limbah Nuklir Fukushima

Jepang bereaksi keras atas tindakan Rusia yang melarang impor makanan laut asal Jepang karena masalah pembuangan limbah nuklir dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Meski mengklaim metodenya aman, hal ini tetap menjadi kekhawatiran bagi beberapa negara.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia mengikuti jejak China yang melarang impor makanan laut dari Jepang, menyusul kekhawatiran atas keamanan produk setelah Jepang membuang limbah nuklir Fukushima yang sudah diolah ke laut. China sebelumnya melarang impor makanan laut Jepang pada Agustus 2023, yang sangat merugikan produsen dan eksportir makanan laut Jepang.

Rusia mulai menerapkan pembatasan impor makanan laut Jepang pada Senin, 16 Oktober 2023, hampir dua bulan setelah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang dilanda tsunami mulai melepaskan air limbah radioaktif yang telah diolah dan diencerkan ke laut.

Pembuangan air limbah ini diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa dekade. Hal tersebut mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan dan negara-negara tetangga, termasuk Korea Selatan, dengan ratusan orang telah menggelar protes.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan para pejabat seniornya telah memberi tahu Kedutaan Besar Rusia di Tokyo, bahwa Jepang telah menjelaskan secara transparan dan ilmiah tentang keamanan pelepasan air olahan limbah nuklirnya dari pabrik Fukushima dan keamanan makanan laut Jepang. 

Kementerian tersebut juga mengatakan, pihak Jepang "dengan tulus dan sopan" menanggapi permintaan mendadak Rusia untuk berdialog pada minggu lalu mengenai masalah ini dengan menyerahkan dokumen. Kementerian menyatakan bahwa pembatasan yang dilakukan Moskow "tidak adil" dan mengatakan bahwa pembatasan tersebut bertentangan dengan langkah global yang berupaya mengurangi atau mencabut pembatasan impor makanan Jepang.

"Keputusan pihak Rusia sangat disesalkan, dan kami sangat menuntut penarikannya," kata Kemenlu Jepang. "Jepang terus mengupayakan tindakan berdasarkan sains."

2 dari 4 halaman

Proses Pembuangan Limbah Nuklir Tahap II

Pelepasan air limbah pertama dari pabrik tersebut dimulai pada 24 Agustus 2023 dan berakhir pada 11 September 2023. Selama pelepasan tersebut, Tokyo Electric Power (TEPCO) mengatakan pihaknya membuang 7.800 ton air olahan limbah dari 10 tangki. Pada pembuangan kedua yang dimulai 5 Oktober 2023, TEPCO berencana melepaskan 7.800 ton air olahan lagi ke Samudera Pasifik selama 17 hari.

Badan Energi Atom Internasional telah meninjau keamanan pembuangan air limbah tersebut dan menyimpulkan bahwa jika dilakukan sesuai rencana, dampaknya terhadap lingkungan, kehidupan laut, dan kesehatan manusia dapat diabaikan. Sebuah tim ahli IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) dari China, Korea Selatan, dan Kanada akan mengambil sampel air laut dan kehidupan laut di dan dekat pabrik tersebut pada minggu ini.

Pemerintah Jepang telah menyiapkan dana bantuan untuk membantu menemukan pasar baru dan mengurangi dampak larangan makanan laut di China. Langkah-langkah tersebut juga mencakup pembelian sementara, pembekuan dan penyimpanan makanan laut, serta promosi penjualan makanan laut di dalam negeri.

3 dari 4 halaman

Pembuangan Limbah ke Laut Tidak Dapat Dihindari

TEPCO dan pemerintah mengatakan pembuangan air ke laut tidak dapat dihindari, karena tangki-tangki tersebut akan mencapai kapasitasnya pada awal tahun depan, dan diperlukan ruang di pabrik tersebut untuk melakukan dekomisioning, yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.

Mereka mengatakan air tersebut diolah untuk mengurangi bahan radioaktif ke tingkat yang aman, dan kemudian diencerkan dengan air laut ratusan kali lipat agar lebih aman dibandingkan standar internasional. Jepang kembali melepaskan gelombang kedua dari 1,34 juta ton limbah nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut pada 5 Oktober 2023.

Dilansir dari kanal Global, Liputan6.com, Sabtu, 30 September 2023, hal tersebut diumumkan oleh operator PLTN Fukushima Tokyo Electric Power (Tepco). "Inspeksi setelah pelepasan pertama telah selesai ... Pelepasan (kedua) akan dimulai pada 5 Oktober," ujar Tokyo Electric Power pada Kamis (28/9/2023), seperti dilansir The Guardian.

Pelepasan 1,34 juta ton limbah nuklir Fukushima yang terkumpul sejak tsunami melumpuhkan fasilitas tersebut pada 2011, telah membuat China berang. Imbasnya, China melarang semua impor seafood Jepang pasca pelepasan pertama, meskipun Jepang bersikeras bahwa operasinya tidak menimbulkan risiko. 

 
4 dari 4 halaman

Klaim Limbah Nuklir Aman karena Telah Disaring

Pada tahap pertama, sekitar 7.800 ton limbah nuklir dilepaskan ke Samudra Pasifik dari total rencana 1,34 juta ton, jumlah yang setara dengan lebih dari 500 kolam renang Olimpiade. Tepco mengatakan bahwa limbah nuklir telah disaring dari semua unsur radioaktif, kecuali tritium, yang berada dalam tingkat aman. Pernyataan itu didukung oleh Badan Tenaga Atom PBB (IAEA).

China menuduh Jepang menggunakan laut seperti saluran pembuangan. Tuduhan serupa disuarakan di PBB pekan lalu oleh Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare, yang telah menjalin hubungan dekat dengan China.

Pelepasan limbah nuklir Fukushima ke laut, yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan, bertujuan memberikan ruang untuk mulai menghilangkan bahan bakar radioaktif dan puing-puing yang sangat berbahaya dari reaktor yang rusak.

"Seperti pada pelepasan pertama, kami akan terus memantau kadar tritiumnya. Kami akan terus memberikan informasi kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami berdasarkan bukti ilmiah," kata pejabat Tepco Akira Ono pada Kamis.

Video Terkini