Sukses

Editor Vogue Hapus Jabatan Pekerjaan di Bio Instagram Setelah Sebut Israel Teroris

Gabriella Karefa-Johnson, editor kontributor Vogue menghapus jabatan editornya dari profil Instagram pribadinya @gabriellak_j setelah membuat pernyataan kontroversial tentang Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Gabriella Karefa-Johnson, editor kontributor Vogue yang sebelumnya dikenal atas prestasinya sebagai wanita kulit hitam pertama yang menata sampul Vogue pada 2021, tengah menjadi pusat perhatian publik. Kontroversi dimulai ketika dia membuat pernyataan kontroversial di media sosial, menyamakan Israel dengan "negara apartheid" dan menuding mereka melakukan "genosida".

Tak hanya itu, dia juga membandingkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan "teroris". Dilansir dari NY Post pada Selasa, 17 Oktober 2023, kata-kata kasar dan perbandingan yang dia buat menimbulkan beragam reaksi, terutama dari komunitas mode. 

Sejumlah orang di industri mode terang-terangan mengecam dan mempertanyakan keyakinan Karefa-Johnson. Kritik dan tanggapan keras dari berbagai pihak tampaknya memengaruhi langkah Karefa-Johnson, yang kemudian menghapus jabatan editornya dari profil Instagram pribadinya @gabriellak_j.

Dalam menghadapi kontroversi ini, Vogue dan perusahaan induknya, Condé Nast, memilih untuk tidak berkomentar. Juru bicara mereka dengan tegas menyatakan bahwa pandangan dan opini yang diungkapkan oleh Karefa-Johnson adalah pandangannya sendiri dan tidak mencerminkan posisi atau pandangan resmi dari Vogue atau Condé Nast.

Ada pula informasi tambahan yang diberikan oleh sumber dekat dengan situasi ini, yang menjelaskan bahwa Karefa-Johnson bukan merupakan karyawan tetap Vogue, yang dikendalikan oleh Anna Wintour. Sumber ini juga menegaskan bahwa Karefa-Johnson tidak mendapatkan instruksi dari pihak Condé Nast untuk mengubah informasi jabatannya di Instagram.

2 dari 4 halaman

Mengkritik Serangan Balasan Israel

Profil Instagram Karefa-Johnson yang sebelumnya menampilkan dirinya sebagai editor kontributor global untuk Vogue, kini lebih ambigu dengan hanya menuliskan "banyak hal". Karefa-Johnson pun memilih untuk tidak memberikan pernyataan.

Ucapan kontroversialnya dilontarkan sehari setelah serangan yang dilancarkan Hamas di Israel yang menewaskan sekitar 1.300 orang dari berbagai kalangan dan menyandera sekitar 200 orang, tepatnya pada 8 Oktober 2023. Dia mengungkapkan kekecewaannya melalui Instagram Stories, merespons serangan balasan oleh Israel di Gaza.

Karefa-Johnson menyatakan kejengkelannya terhadap apa yang dia lihat di Instagram dan mengkritik orang-orang yang mendukung Israel meski serangan terus berlangsung di Gaza. "Sangat mengecewakan melihat kurangnya pemahaman tentang prinsip dasar dan taktik penjajahan, dan kesediaan seseorang untuk membenarkan dan membela sistem yang hanya menindas," tulisnya.

Dia menggunakan kata "genosida" untuk menggambarkan apa yang dia lihat sebagai tindakan Israel terhadap warga Palestina. Seorang eksekutif mode mengkritik penggunaan istilah tersebut oleh Karefa-Johnson, menyamakan istilah tersebut dengan Nazi.

Kontroversi bertambah ketika Karefa-Johnson membagikan sebuah pertukaran kata-kata dengan mantan penata gaya Vogue Prancis, Celia Azoulay. Azoulay mengingatkan Karefa-Johnson untuk berempati pada korban sipil Israel.

3 dari 4 halaman

Diserang Beberapa Artis

Karefa-Johnson menekankan bahwa meskipun dia tidak menyangkal kematian warga Israel, jumlah korban dari pihak Israel lebih sedikit dibandingkan dengan warga Palestina. Dia menuduh IDF telah membunuh ribuan warga Palestina dalam tahun tersebut, dengan menegaskan bahwa pelakunya adalah IDF, bukan Hamas.

Karefa-Johnson menyebut IDF sebagai "lembaga penyiksaan yang dibiayai oleh negara apartheid Israel."

Sebagai tanggapan, Azoulay menentang keras tudingan tersebut, mempertanyakan perbandingan antara IDF dan organisasi teroris Hamas, yang dikenal telah melakukan serangkaian kejahatan brutal. Azoulay kemudian mengecam Karefa-Johnson dengan menyatakan, "Anda tidak mampu berdiskusi dengan bijak."

Dalam sebuah perdebatan lain yang diposting oleh Karefa-Johnson, stylist Braydon Nelson mengkritiknya dengan berkata, "Anda tampak mendukung penderitaan yang dialami oleh warga Yahudi yang tidak bersalah. Ketidaktahuan Anda amat mengejutkan. Namun, Anda mendapat 'platform' Anda karena diintimidasi oleh selebriti."

Nelson mengacu pada perselisihan sebelumnya antara Karefa-Johnson dan Kanye West. West sebelumnya menyerang Karefa-Johnson setelah dia mengkritik desain kaos "White Lives Matter" dari koleksi busana Yeezy, menyebutnya sebagai sesuatu yang "menyinggung, provokatif, dan berbahaya." West bahkan sempat mengejek Karefa-Johnson dengan mengunggah foto dirinya dengan keterangan "Ini bukan orang yang berkecimpung di dunia fashion," meskipun unggahan tersebut kemudian dihapus.

4 dari 4 halaman

RS Gaza Dihantam Roket

Vogue kemudian mengambil sikap mendukung Karefa-Johnson dengan mengeluarkan pernyataan di Instagram: "Vogue berdiri di samping Gabriella Karefa-Johnson, editor mode global kami yang telah memberikan banyak kontribusi. Dia telah menjadi sasaran ancaman dan intimidasi. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat kami toleransi."

Di sisi lain, rumah sakit di Gaza menjadi sasaran serangan roket pada Selasa, 17 Oktober 2023. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut setidaknya ada 500 orang yang tewas.

Berdasarkan laporan dari kanal Global Liputan6.com per Rabu, 18 Oktober 2023, Hamas dan Israel saling menyalahkan. Pihak Israel menuding bahwa rumah sakit itu diserang roket Hamas yang salah sasaran.

RS yang menjadi target adalah Al Ahli Arab Hospital. Dilaporkan AP News, pihak Hamas berkata serangan ke rumah sakit itu adalah "pembunuhan massal mengerikan" yang disebabkan serangan udara Israel.

Militer Israel secara spesifik menyalahkan kelompok bernama Jihad yang merupakan grup militan yang kerap bekerja sama dengan Hamas. Menurut militer Israel, kelompok tersebut menembak roket dengan rumah sakit itu dan intelijen Israel berkata roketnya menyerang rumah sakit tersebut.

BBC melaporkan bahwa kelompok Jihad membantah pihaknya menembakkan roket tersebut. Serangan ini terjadi sebelum kedatangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke timur tengah.