Liputan6.com, Jakarta - Japan Airlines berhadapan dengan situasi tidak biasa ketika harus menghadapi kekhawatiran kelebihan muatan dari sekelompok pegulat sumo yang hendak terbang. Pegulat sumo yang dikenal dengan postur tubuh besar dan berat, membutuhkan pertimbangan khusus dalam hal kapasitas muatan pesawat.
Dilansir dari NY Post pada 16 Oktober 2023, ketika berita ini mencuat, seorang perwakilan dari Japan Airlines menyatakan kepada Minami-Nippon Shimbun bahwa mengoperasikan penerbangan khusus semata-mata berdasarkan batasan berat sangatlah jarang. Laporan dari The Guardian menambahkan konteks lebih lanjut mengenai tantangan yang dihadapi oleh maskapai.
Kondisi menjadi lebih rumit ketika ditemukan bahwa pegulat sumo rata-rata memiliki berat badan sekitar 264,55 pon (sekitar 119 kilogram), jauh lebih berat, sekitar 45 kilogram dibandingkan penumpang biasa. Data dari Japan Airlines menunjukkan perbedaan berat signifikan ini.
Advertisement
Hal ini menimbulkan masalah ketika dua pesawat Boeing 737-800 yang dijadwalkan untuk membawa para pegulat sumo dari Tokyo ke Osaka dan selanjutnya ke Festival Olahraga Nasional Khusus di Pulau Amami ÅŒshima, mungkin tidak dapat membawa jumlah bahan bakar yang cukup untuk perjalanan karena pembatasan berat.
Ditambah lagi, Bandara Amami memiliki tantangan tersendiri. Bandara ini terkenal memiliki kondisi yang sulit untuk proses pendaratan dan lepas landas, terutama untuk pesawat berukuran besar. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengalokasikan penerbangan tambahan bagi 27 anggota kru sumo, yang tampaknya menjadi solusi yang paling logis dalam situasi darurat.
Â
Penimbangan Penumpang Sebelum Penerbangan
Dari ke-27 pegulat tersebut, 14 harus terbang dari Osaka ke Tokyo terlebih dahulu sebelum bergabung dengan rekan-rekan mereka di penerbangan khusus.
Kedatangan 460 pegulat sumo ke pulau tersebut pastilah menjadi pemandangan yang menakjubkan. Di sisi lain, masalah berat penumpang bukanlah isu baru dalam industri penerbangan. Sebuah video yang beredar pada bulan Mei 2021 memicu kemarahan publik, karena seorang penumpang ditimbang layaknya barang bawaan.
Saat itu, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) sempat mengumumkan kebijakan baru terkait dengan penimbangan penumpang sebelum penerbangan. Alasannya, data berat rata-rata penumpang yang ada saat ini tidak mencerminkan kondisi nyata, mengingat prevalensi obesitas di Amerika Serikat yang meningkat. Upaya ini bertujuan untuk memastikan keamanan, terutama pada pesawat-pesawat berukuran kecil, agar tidak melebihi kapasitas berat yang diizinkan.
Menurut laporan dari AirInsight, salah satu cara yang diajukan adalah dengan meminta penumpang untuk menimbang diri mereka sebelum naik pesawat. Namun, kebijakan tersebut dibatalkan sebulan kemudian. FAA mengakui bahwa, meskipun menimbang penumpang adalah salah satu opsi, sebagian besar maskapai kemungkinan akan menerapkan metode alternatif untuk mengestimasi berat penumpang.
Advertisement
Penumpang Buang Air Besar di Lantai Toilet Pesawat
Sebelumnya, penumpang maskapai penerbangan EasyJet terekam serentak berteriak ketika penerbangan mereka ke London ditunda untuk ketiga kalinya. Yang terakhir karena seseorang buang air besar di lantai toilet pesawat.
Merujuk video yang diterima NY Post, dikutip Rabu, 18 Oktober 2023, terlihat pilot memberi tahu penumpang pesawat di dalam penerbangan easyJet dari Pulau Tenerife di Spanyol pada Minggu, 15 Oktober 2023, bahwa seseorang merasa "cukup lucu (dengan) buang air besar di toilet depan, jadi sekarang kita bermalam di sini."
"Kami sekarang akan menurunkan semua orang dan mengatur (pemesanan kamar) hotel (untuk penumpang), lalu kita akan terbang kembali besok pagi," kata pilot pada para penumpang, yang terlihat mengerang saat mereka bangkit dari tempat duduk mereka.
Pengumuman ini muncul setelah penerbangan EZY8054 mengalami sejumlah penundaan, kata seorang penumpang pada Daily Mail. Pesawat itu awalnya dijadwalkan berangkat dari Tenerife pada 15 Oktober 2023, pukul 20.05, waktu setempat, dan tiba di Inggris pukul 12.20 keesokan harinya.
Sebelum pesawat dijadwalkan berangkat, staf maskapai penerbangan bertarif murah itu menawarkan voucer senilai hampir 610 dolar AS (sekitar Rp9,6 juta) pada penumpang untuk berpindah penerbangan, karena pesawat tersebut terlalu kecil untuk menampung semua orang yang telah membeli tiket.
Ketika tidak ada yang mau mengambil voucer, kata penumpang tersebut, easyJet "harus mengeluarkan 10 orang dari pesawat, yang menyebabkan banyak perdebatan, dan itu memakan waktu dua jam."
Pesawat Terlalu Berat
"Pesawatnya (terlalu) berat," sebut si penumpang. "Jadi, mereka secara acak menaruh barang bawaan kami di penerbangan lain ke Gatwick (bandara London), dan itu memakan waktu berjam-jam."
Baru setelah situasi akhirnya terselesaikan, pilot mengumumkan penerbangan telah dibatalkan, klaim penumpang tersebut. Karena semua penumpang terpaksa menghabiskan satu malam lagi di Tenerife, mereka mengatakan easyJet tidak dapat menyediakan akomodasi hotel bagi semua orang.
Sebuah pernyataan di situsnya mengenai pelacakan penerbangan dilaporkan mengatakan, "Karena permintaan yang sangat tinggi, sayangnya kami tidak dapat menemukan kamar hotel di daerah tersebut. Jika Anda membutuhkan kamar hotel dan dapat memesan sendiri, kami akan mengganti biaya kamar, makan, dan biaya perjalanan ke dan dari hotel Anda."
"Dalam hal ini, kami meminta Anda mencari akomodasi yang berbintang tiga atau setara," pihaknya menyambung.
Beberapa penumpang memutuskan melampiaskan rasa frustrasi mereka di media sosial, dengan satu orang berkicau di X, dulunya Twitter, "@easyJet dengan 'sangat baik' menunda penerbangan 3,5 jam tanpa komunikasi, kemudian memutuskan membatalkannya karena seseorang melakukan 'kesalahan' di lantai toilet."
Advertisement