Sukses

Menyimak Cerita di Balik Senyum Ramah Para Pramugari Kereta Api

Apa saja suka-dukanya jadi pramugari kereta api alias prami?

Liputan6.com, Jakarta - Selalu tersenyum, begitulah sejauh memori yang bisa saya ingat tentang pramugari kereta api. Gestur ini terkesan sederhana, namun tidak mudah dilakukan dalam situasi yang sangat mungkin beragam. Karena itu, selalu menarik mendengar cerita mereka yang berada di garda depan pelayanan perjalanan kereta api.

Salah satunya datang dari Dea Novita. "(Saya) prami kereta api di Branch Office 1 Jakarta. Saat ini, (bertugas) di kereta api kompartemen Argo Semeru relasi Stasiun Gambir-Stasiun Surabaya Gubeng," sebut perempuan kelahiran Yogyakarta, 22 Februari 1999 itu mengawali ceritanya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Jumat, 20 Oktober 2023.

Ia bekerja sebagai prami sejak Juli 2022. "(Saya) mengikuti tes di Yogyakarta, mulai dari tes fisik, wawancara, sampai psikotes. Dari ribuan peserta saat itu, Alhamdulillah saya berhasil dinyatakan lolos," ia menyambung.

Selain Dea, ada juga Siti Ainur Rohma yang sekarang ditempatkan di Branch Office 8, Surabaya. "Sekarang di kereta Bima relasi Jakarta Gambir-Surabaya Gubeng," kata perempuan berusia 21 tahun tersebut, juga melalui pesan suara, Jumat.

Ia melanjutkan, "Saya bekerja di KAI Services mulai tahun 2021. Jujur, dulu saya tidak tahu ada pramugari kereta. Saya tahu ketika saya mengikuti program sekolah penerbangan di Surabaya Waru, di mana saya menempuh pendidikan selama tiga bulan."

"Lalu, ada perekrutan di KAI Services, saya mencoba, dan akhirnya lolos. (Proses) perekrutan itu hanya satu hari, jadi langsung diumumkan saat itu juga," sebut sang prami.

2 dari 4 halaman

Mengapa Bekerja Sebagai Prami?

Jadi, mengapa memutuskan bekerja sebagai prami? Aini menjawab, "Karena saya suka ngobrol dengan orang, ketemu banyak orang." Sementara bagi Dea, ini adalah mimpi masa kecil yang jadi kenyataan.

Ia berbagi, "Saya kecil di Yogyakarta, dan sering naik kereta. Jadi, ada rasa tertarik dengan kereta, dan minat saya memang di bidang pelayanan. Jadi, ketika saya bisa melayani penumpang, dan penumpang itu merasa puas, berkesan di benak pelanggan, saya juga punya kesenangan tersendiri."

Terkait suka duka jadi prami, Dea berkata, "Sukanya, saya senang ketemu orang-orang baru, yang baru naik kereta atau yang sudah sering naik kereta, pelanggan setia. Jadi, 'Hai, mbak lagi.' 'Hai, mbak, bagaimana kabarnya?' Bisa saling tanya kabar. Padahal, kita awalnya bertemu di kereta, tapi jadi seakrab itu."

"Bertemu orang-orang baru itu menurut saya sangat menyenangkan," tuturnya. "Dukanya, sama seperti teman-teman, (saya) juga jarang kumpul dengan keluarga, termasuk di hari-hari besar, seperti Lebaran, hari-hari ada acara keluarga."

3 dari 4 halaman

Yang Mereka Tidak Tahu tentang Prami

Sedangkan, bisa secara tidak langsung jalan-jalan gratis adalah faktor suka yang dipilih Aini. "Dari satu kota ke kota lain, bisa bertemu orang banyak, bertemu banyak karakter," sebutnya. Namun, sama seperti Dea, ia juga jadi jarang pulang dan bertemu keluarga. "(Tapi), pasti setiap hari, setiap turun dinas, itu telepon orangtua dan adik-adik," ucapnya.

Ditanya hal-hal yang belum banyak orang tahu seputar bekerja sebagai prami, Aini menjawab, "Harus bangun pagi. Jadi kalau prami itu prepare-nya lebih awal. Misalnya hari ini, saya ke kantor pukul 5. Dari sekarang sudah prepare. Sudah mandi, sudah makeup, menata rambut, semua dilakukan lebih awal," sebut dia.

Pertanyaan yang sama dijawab Dea dengan "lebih personal." "Yang paling utama, menurut saya, jaga kesehatan, karena pola tidur, pola makan sebagai prami kadang terbalik, di mana kami malam beraktivitas, siang tidur, makan juga tidak teratur. Jadi bagaimana menjaga kesehatan supaya tetap bugar, terutama di depan umum (pelanggan)," bebernya.

4 dari 4 halaman

Harapan Para Prami

Ke depan, Dea bercerita ingin memperlancar bahasa asing, termasuk bahasa Inggris. "Selain, saya juga pengin bisa menguasai bahasa isyarat, supaya bisa berkomunikasi lebih baik dengan penumpang yang merupakan teman tuli," ia menambahkan.

Senada dengan Dea, Aini pun ingin meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Menurutnya, sekarang makin banyak penumpang asing yang menggunakan jasa kereta api. "Jadi, saya sering lihat-lihat (konten digital) seputar Bahasa Inggris," sebut dia.

Di samping, Aini juga mempelajari kembali materi keramahtaman yang sudah jadi standar KAI. Soal kualitas apa saja yang harus dimiliki prami, Dea menyebut, "Yang pertama disiplin, terutama disiplin waktu. Seorang prami harus benar-benar (bisa) membagi waktu, termasuk untuk istirahat dan makan."

"Yang kedua, profesional dalam bekerja. Apabila sudah ada jadwal dinas, harus tanggung jawab melaksanakannya sebaik mungkin," ia menyambung. Sejalan dengan itu, ia berharap bisa jadi prami yang lebih baik lagi dalam melayani penumpang.

"Harapannya, semoga pramugari kereta lebih dikenal lagi di kalangan masyarakat umum. Berarti, kami juga harus meningkatkan kualitas pelayanan," Aini sepakat.