Liputan6.com, Jakarta - Sebuah toko roti di wilayah Gyeonggi, Seoul, Korea Selatan, dikritik setelah menjual kue berbentuk labu dan hantu, simbol yang diasosiasikan dengan Halloween. Dilansir dari Koreaboo, Senin, 23 Oktober 2023, tangkapan layar obrolan tentang kritik negatif untuk toko roti tersebut beredar secara online.
Banyak warganet yang menyayangkan toko kue tersebut mengangkat tema Halloween. Mereka menuding pihak toko tidak bersimpati pada korban tragedi Itaewon yang bertepatan pada hari Halloween tahun lalu.
Pemilik toko roti, yang merupakan seorang pria berusia 33 tahun, mengungkapkan kesedihannya atas situasi yang terjadi kepadanya. Ia mengaku sangat terluka oleh kritik tersebut. Reaksi negatif yang diterimanya itu membuatnya secara terus-menerus mencari di berbagai forum online dan ruang obrolan untuk melihat apakah ada penyebutan lebih lanjut tentang tokonya.
Advertisement
Kritik yang dihadapi oleh toko roti tersebut mencerminkan situasi masyarakat yang lebih luas di Korea Selatan. Banyak pemilik bisnis, baik itu besar maupun kecil, berhati-hati menjelang perayaan Halloween tahun ini.Â
Perusahaan-perusahaan besar dan taman hiburan mulai tidak memperdulikan perayaan tersebut. Alasannya jelas, yaitu untuk menghargai sentimen masyarakat yang sangat sensitif, dan perusahaan berhati-hati agar terlihat peduli dengan sentimen masyarakat, atau memanfaatkan peristiwa yang menjadi tragedi nasional tersebut.
Toko-toko dan bisnis yang biasanya mengandalkan Halloween untuk meningkatkan penjualan kini juga berada di bawah tekanan. Misalnya, toko-toko besar seperti Daiso dan Artbox, yang memamerkan produk bertemakan Halloween, juga mendapatkan kritik publik serupa.
Setahun Setelah Tragedi Berdarah Itaewon
Situasi terhadap Halloween yang tenang tahun ini tidak terbatas pada toko dan bisnis saja. Institusi pendidikan, termasuk taman kanak-kanak dan sekolah bahasa di Seoul, telah membatalkan pesta Halloween atau mengganti namanya untuk menghindari kaitan langsung dengan festival tersebut.
Dalam menghadapi kesedihan nasional yang mendalam, sentimen masyarakat terhadap Halloween yang tenang dapat dimengerti. Meskipun tradisi dan perayaan merupakan aspek penting dari budaya masyarakat, ada momen-momen dalam sejarah yang memerlukan refleksi dan rasa hormat.Â
Tahun ini, ketika Seoul mengenang para korban Itaewon, penting untuk memprioritaskan empati dan pengertian. Tragedi Itaewon yang merenggut 159 nyawa pada tahun lalu, memberikan bayangan suram pada perayaan Halloween tahun ini.Â
Ketika keluarga dan teman-teman berduka atas orang yang mereka cintai, muncul sentimen publik yang kuat yang mendesak diadakannya "Halloween yang tenang" dengan lebih tenang. Sentimen ini sangat lazim di berbagai forum online, khususnya di kalangan ibu rumah tangga yang berbagi informasi tentang pengasuhan anak dan berita lokal di platform seperti ruang obrolan terbuka KakaoTalk, sebagai upaya untuk memperkuat sentimen tersebut.
Advertisement
Tragedi Berdarah Itaewon Masih Membekas
Halloween 2023 semakin dekat. Banyak warga di Korea Selatan, khususnya warga asing, yang masih mengingat jelas tragedi mengerikan yang terjadi di Itaewon, setahun lalu.
"Aku sejujurnya masih mencoba mengatasi hal itu semua," ujar seorang penyintas yang tak disebutkan namanya kepada The Korea Times, dikutip Senin, 16 Oktober 2023.Â
Ia mengatakan meski dirasa tidak realistis berharap tak ada perayaan Halloween di Itaewon tahun ini, ia berharap pemerintah, pihak kepolisian, dan para pengusaha melakukan sesuatu untuk menghormati para korban dan semua yang terlibat. "Banyak orang yang memilih untuk tidak pergi ke Itaewon tahun ini, tapi bagi mereka yang melakukannya, saya memperkirakan suasananya akan sangat berbeda, dan memang demikian," kata penyintas itu.
Pendapatnya bisa jadi benar, banyak orang dinilai akan lebih berhati-hati menyambut Halloween. Pertanyaan pun muncul di dunia maya dari warganet tentang apakah mereka perlu memasang dekorasi Halloween di rumah, pergi ke pesta Halloween, atau berpartisipasi dalam acara bertema Halloween di tempat kerja mereka.
Ragu untuk Merayakan Halloween
Seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah dasar di Korea Selatan, Stan mengungkapkan bahwa rekan-rekannya sesama guru menanyainya apakah tepat menggelar kegiatan bertema Halloween pada para siswanya tahun ini. Rekannya, kata dia, menganggap Halloween masih menjadi isu sensitif bagi sejumlah orang.
"Kami biasanya merencakan pelajaran khusus, seperti Halloween dan Natal, untuk memastikan kami memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan oleh para siswa," katanya.
Untuk mendapatkan konsensus, ia pun menggelar polling di akun grup Facebook 'Every Expat in Korea' pada 14 September 2023. Hasilnya, 57 persen dari 502 responden yang berpartisipasi memilih 'merayakan Halloween tahun ini', sedangkan sisanya tidak.
"Aku cukup terkejut bagaimana banyak orang mengikuti polling tersebut," kata Stan. Sebagai warga Afrika Selatan, ia mengaku tak merayakan Halloween kecuali di dalam kelas.
"Polling itu jelas menampilkan bahwa banyak orang masih memiliki emosi mentah terkait tragedi Halloween Itaewon, dan siapa yang disalahkan. Ada perasaan 'apakah tidak sensitif merayakan Halloween ketika begitu banyak orang meninggal tahun lalu?"
Advertisement