Sukses

Penumpang Kereta Bawah Tanah di China Diminta Hapus Makeup Halloween, Dituding Picu Kepanikan

Beberapa stasiun kereta bawah tanah menyiapkan sudut yang disebut 'stasiun penghapus makeup' untuk memfasilitasi para penumpang menghapus riasan seram ala Halloween di wajahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Halloween dan keseraman ibarat dua sisi mata uang, tak bisa dilepaskan satu sama lain. Namun, tak semua pihak sepakat dengan hal itu.

Kasus bermula saat seorang penumpang diperintahkan untuk menghapus riasan seram di wajahnya saat tiba di pintu masuk sebuah stasiun kereta bawah tanah di Guangzhou, Provinsi Guangdong, di tenggara China. Kejadian itu terekam dalam sebuah video yang kemudian menjadi viral.

Dalam video tersebut, sebuah sudut disulap menjadi 'stasiun penghapusan makeup' lengkap dengan meja dan tempat sampah. Terdapat pula ember berisi cleanser dan segulung tisu untuk menghapus riasan.

Mengutip South China Morning Post, Senin (23/10/2023), sejumlah perempuan muda berdiri mengelilingi meja itu, menggunakan ponsel mereka sebagai cermin ketika menghapus makeup di wajah mereka. Salah satunya menunjukkan tanda merah di wajah.

Video tersebut segera viral dengan tagar #subwaysecurityrequirespassengerstoremovemakeup. "Selama perayaan Halloween, bila seorang penumpang memakai riasan seram, kami bisa meminta mereka menghapusnya sebelum memasuki stasiun," kata seorang perwakilan dari Subway Guangzhou kepada Xiaoxiang Morning Herald.

Kode Penumpang Transit Kereta Perkotaan Guangzhou melarang perilaku tertentu saat menggunakan transportasi umum. Di antaranya adalah larangan bertelanjang kaki dan memakai kosmetik atau berpakaian tertentu yang 'dapat menimbulkan kepanikan'.

Pemeriksaan keamanan rutin dilakukan berdasarkan persyaratan tersebut. Artinya, riasan Halloween kemungkinan dilarang karena berpotensi menakuti penumpang lain.

2 dari 4 halaman

Larangan Tuai Pro Kontra

Aturan yang sama berlaku di Stasiun Hanxi Chimelong, dekat Chimelong Paradise yang sangat populer. Itu adalah salah satu taman hiburan paling terkenal di Guangzhou, yang terkenal sebagai tempat mengadakan kegiatan bertema Halloween.

Staf di sana menyediakan penghapus riasan, pembalut kapas, tisu, dan air bersih untuk digunakan penumpang sebelum naik kereta guna memudahkan perjalanan penumpang. Kabar tersebut mendapat reaksi beragam dari masyarakat.

Banyak orang berpendapat bahwa tindakan tersebut tidak diperlukan. Salah seorang warganet berpendapat, "Hanya mereka yang tidak punya pekerjaan lain yang akan melakukan tindakan seperti itu."

"Para karyawan mengatakan mereka menyiapkan meja penghapus riasan 'untuk memfasilitasi perjalanan penumpang'. Konyol! Bukankah lebih nyaman bagi penumpang untuk tidak menghapus riasan?" imbuh warganet berbeda.

Namun, warganet lain menyambut baik gagasan tersebut. Salah satunya berkata, "Saya tidak melihat ada masalah dengan tindakan ini. Anda bisa memakai riasan yang menakutkan ke taman hiburan, tetapi orang-orang mungkin takut saat Anda berada di kereta bawah tanah."

"Orang-orang yang memakai riasan Halloween di kereta bawah tanah sama seperti mereka yang memainkan musik keras dan menari di tempat umum, mengganggu orang lain. Saya mendukung kereta bawah tanah," kata warganet yang setuju.

3 dari 4 halaman

Trauma Tragedi Halloween di Itaewon

Beda lagi cerita di Korea Selatan jelang puncak perayaan Halloween 2023. Banyak warga di Korea Selatan, khususnya warga asing, yang masih mengingat jelas tragedi mengerikan yang terjadi di Itaewon, setahun lalu.

Seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah dasar di Korea Selatan, Stan mengungkapkan bahwa rekan-rekannya sesama guru menanyainya apakah tepat menggelar kegiatan bertema Halloween pada para siswanya tahun ini. Rekannya, kata dia, menganggap Halloween masih menjadi isu sensitif bagi sejumlah orang.

"Kami biasanya merencakan pelajaran khusus, seperti Halloween dan Natal, untuk memastikan kami memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan oleh para siswa," katanya.

Untuk mendapatkan konsensus, ia pun menggelar polling di akun grup Facebook 'Every Expat in Korea' pada 14 September 2023. Hasilnya, 57 persen dari 502 responden yang berpartisipasi memilih 'merayakan Halloween tahun ini', sedangkan sisanya tidak.

"Aku cukup terkejut bagaimana banyak orang mengikuti polling tersebut," kata Stan. Sebagai warga Afrika Selatan, ia mengaku tak merayakan Halloween kecuali di dalam kelas.

"Polling itu jelas menampilkan bahwa banyak orang masih memiliki emosi mentah terkait tragedi Halloween Itaewon, dan siapa yang disalahkan. Ada perasaan 'apakah tidak sensitif merayakan Halloween ketika begitu banyak orang meninggal tahun lalu?'"

4 dari 4 halaman

Shibuya Larang Perayaan Halloween

Sementara, Wali Kota Daerah Shibuya di Tokyo, Jepang, lebih dulu mengimbau masyarakat menjauh dari distrik populer tersebut saat perayaan Halloween. Masalah keamanan pada hari yang biasanya menarik banyak pengunjung itu jadi alasannya.

Mengutip Kyodo News, Kamis, 14 September 2023, Ken Hasebe mengatakan "bukan tidak mungkin" insiden di Seoul tahun lalu juga terjadi di Shibuya. Ungkapan ini merujuk pada insiden kepadatan orang yang kemudian disebut-sebut sebagai "tragedi halloween Itaewon."

Lebih dari 150 orang tewas dalam kerumunan massa pada 29 Oktober 2022 di distrik hiburan Itaewon, Seoul, setelah puluhan ribu orang berkumpul untuk bergabung dalam pesta pora Halloween pertama sejak pembatasan Covid-19 dilonggarkan.

"Saya tidak ingin orang ke Shibuya jika mereka datang hanya untuk Halloween," kata Hasebe saat konferensi pers, Selasa, 12 September 2023, seraya menambahkan bahwa distrik tersebut bukanlah tempat pesta. Otoritas akan melarang minum minuman beralkohol di sekitar Stasiun Shibuya mulai 27 Oktober 2023 hingga awal 1 November 2023. Toko-toko di sekitar area tersebut juga akan diminta membatasi penjualan alkohol pada 28 dan 31 Oktober 2023.

Sekitar 100 penjaga keamanan diperkirakan akan dikerahkan, sementara distrik akan meningkatkan pengiriman pesan peringatan untuk pengunjung yang datang. Hasebe juga meminta masyarakat untuk tidak datang dan berkerumun di Shibuya Tokyo selama pandemi.

Video Terkini