Liputan6.com, Jakarta Beragam upaya dilakukan Badan Kepolisian Metropolitan Seoul (SMPA) guna mengantisipasi perayaan Halloween yang biasanya mendatangkan kerumunan orang. SMPA mengumumkan rencana mengerahkan lebih dari 1.000 personel polisi untuk pengendalian massa di 16 wilayah ibu kota Negeri Ginseng.
Dikutip dari Koreaboo, Selasa (24/10/2023), langkah ini menyusul insiden tragis di Itaewon yang terjadi setahun lalu. Saat itu, kerumunan massa saat perayaan Halloween yang merenggut nyawa 159 orang.
Baca Juga
Keputusan pihak kepolisian tersebut untuk memperkuat langkah-langkah keamanan dalam mengantisipasi lonjakan jumlah orang diperkirakan akan berbondong-bondong ke berbagai wilayah kota. Usai peristiwa tragis itu, SMPA dilaporkan bersikap proaktif dalam pendekatannya terhadap pengelolaan kerumunan.
Advertisement
Kekhawatiran mengenai "efek balon" telah muncul, di mana setelah tragedi tahun lalu di Itaewon, orang-orang diprediksi memilih lokasi alternatif untuk merayakan Halloween. Pergeseran dalam pergerakan massa itu dapat menimbulkan tantangan tak terduga di wilayah yang biasanya tidak pernah mengadakan pertemuan Halloween dalam jumlah besar.
Itaewon dan Distrik Yongsan memang dikenal sebagai tempat populer untuk perayaan Halloween 2023. Pihak berwenang yakin tahun ini akan terjadi pergeseran dinamika keramaian, dengan masyarakat lebih memilih distrik Mapo dan Gangnam.
SMPA telah menguraikan beberapa strategi untuk memastikan kelancaran pergerakan massa, terutama di gang-gang sempit. Strategi tersebut salah satunya adalah penggunaan lampu berkedip dan pengumuman publik yang dirancang untuk memandu arus pejalan kaki dan menjaga ketertiban.
Pengamanan di Berbagai Wilayah
SMPA berencana untuk menempatkan 1.260 petugas di seluruh kota pada akhir pekan, terutama pada Jumat dan Sabtu pekan ini ketika diperkirakan akan ada gelombang besar orang yang merayakannya. Selain itu, pasukan polisi khusus akan berpatroli di tiga stasiun kereta bawah tanah utama untuk memastikan keselamatan dan keamanan.
Area yang ditetapkan untuk meningkatkan keamanan mencakup tempat-tempat terkenal seperti Ikseon-dong dan Myeong-dong di pusat kota Seoul, kawasan komersial di sekitar universitas Yonsei, Hongik, dan Konkuk, jalan kedai kopi trendi di Distrik Seongdong, jalur kuliner di Mullae-dong. Beberapa lokasi penting lainnya yang juga dijaga ketat seperti Jalan Apgujeong Rodeo, Sharosugil, dan stasiun kereta bawah tanah di Nonhyeon, Sillim, Wangsimni, dan Itaewon.
Tahun sebelumnya, hanya 83 petugas yang ditugaskan untuk menangani lebih dari 100.000 orang di Itaewon. Ada klaim sebelumnya bahwa 137 petugas dikerahkan, namun penyelidikan mengungkapkan bahwa sebagian besar pasukan ini dialokasikan untuk tugas lain. Universitas Hongik dan sekitarnya diperkirakan memiliki massa terbesar di antara zona berisiko tinggi yang ditetapkan.
Advertisement
Sinergi Gabungan
Merespons hal ini, Kantor Polisi Mapo Seoul telah merencanakan tindakan tambahan mulai Jumat, 27 Oktober 2023. Selama rentang waktu lima hari, 1.600 personel, termasuk empat regu polisi dan 200 petugas, akan ditempatkan di wilayah tersebut.
Polisi distrik juga akan bekerja sama dengan petugas pemadam kebakaran, kantor distrik, dan operator kereta bawah tanah, untuk membangun jaringan komunikasi darurat. Selain itu, sistem analisis massa yang digerakkan oleh AI akan diterapkan untuk memantau dan mengelola arus massa secara efektif.
Trauma tragedi Itaewon masih membekas jelas. Banyak warga di Korea Selatan, khususnya warga asing, yang masih mengingat jelas tragedi mengerikan yang terjadi di Itaewon, setahun lalu.
"Aku sejujurnya masih mencoba mengatasi hal itu semua," ujar seorang penyintas yang tak disebutkan namanya kepada The Korea Times, dikutip Senin, 16 Oktober 2023.
Ia mengatakan meski dirasa tidak realistis berharap tak ada perayaan Halloween di Itaewon tahun ini, tapi ia berharap pemerintah, pihak kepolisian, dan para pengusaha melakukan sesuatu untuk menghormati para korban dan semua yang terlibat. "Banyak orang yang memilih untuk tidak pergi ke Itaewon tahun ini, tapi bagi mereka yang melakukannya, saya memperkirakan suasananya akan sangat berbeda, dan memang demikian," kata penyintas itu.
Kekhawatiran Warga
Pendapatnya bisa jadi benar, banyak orang dinilai akan lebih berhati-hati menyambut Halloween. Pertanyaan pun muncul di dunia maya dari warganet tentang apakah mereka perlu memasang dekorasi Halloween di rumah, pergi ke pesta Halloween, atau berpartisipasi dalam acara bertema Halloween di tempat kerja mereka.
Seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah dasar di Korea Selatan, Stan mengungkapkan bahwa rekan-rekannya sesama guru menanyainya apakah tepat menggelar kegiatan bertema Halloween pada para siswanya tahun ini. Rekannya, kata dia, menganggap Halloween masih menjadi isu sensitif bagi sejumlah orang.
"Kami biasanya merencakan pelajaran khusus, seperti Halloween dan Natal, untuk memastikan kami memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan oleh para siswa," katanya.
Untuk mendapatkan konsensus, ia pun menggelar polling di akun grup Facebook 'Every Expat in Korea' pada 14 September 2023. Hasilnya, 57 persen dari 502 responden yang berpartisipasi memilih 'merayakan Halloween tahun ini', sedangkan sisanya tidak.
"Aku cukup terkejut bagaimana banyak orang mengikuti polling tersebut," kata Stan. Sebagai warga Afrika Selatan, ia mengaku tak merayakan Halloween kecuali di dalam kelas.
"Polling itu jelas menampilkan bahwa banyak orang masih memiliki emosi mentah terkait tragedi Halloween Itaewon, dan siapa yang disalahkan. Ada perasaan 'apakah tidak sensitif merayakan Halloween ketika begitu banyak orang meninggal tahun lalu?"
Advertisement