Liputan6.com, Jakarta - Lukisan karya seniman Bali, Ni Nyoman Sani, berhasil memenangkan penghargaan 13th UOB Painting of The Year Indonesia. Karya seni bertajuk 'Tranquility' itu mengalahkan sekitar 1.800 proposal yang masuk dari seluruh Indonesia pada tahun ini.
Lukisan itu merupakan karya seni abstrak yang terbuat dari akrilik Gesso, lem, dan marmer. Mengutip keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 25 Oktober 2023, perupa berusia 48 tahun yang tumbuh besar di Sanur itu mengambil inspirasi dari kearifan lokal dan gaya hidup yang menggambarkan hubungan antara manusia, kebudayaan, dan alam.
Sani menyatakan, "Karya seni ini menggarisbawahi tradisi Bali, di mana sebagian besar ritual didasari oleh sistem kalender yang mengikuti siklus alami. Sesuai filosofi Bhuana Agung dan Bhuana Alit, kebudayaan Bali mencerminkan adanya kesatuan ritme antara kehidupan manusia dan alam, sehingga membentuk suatu ekosistem yang utuh."
Advertisement
"Bhuana Agung mewakili seluruh alam semesta, sementara Bhuana Alit merujuk pada jiwa individu yang berada di alam semesta ini. Melalui karya seni yang saya hasilkan, saya berharap dapat mengingatkan sesama bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam dapat berdampak pada manusia."
Sebagai pemenang, Sani pun berhak mendapat hadiah Rp250 juta dan kesempatan untuk ikut program residensi selama satu bulan di Museum Seni Asia Fukuoka di Jepang. Ia juga akan mewakili Indonesia di kompetisi tingkat regional Asia Tenggara, bersaing dengan pemenang lain dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, pada 8 November 2023, di Singapura.
"Semoga wakil kita kembali bisa mencetak prestasi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari 2011, kita sudah enam kali menang," kata Maya Rizano, Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia, dalam jumpa pers di Jakarta.
Pemenang Emerging Artist
Di kategori emerging artist, karya Begok Oner yang berjudul “7°49'03.3”S 110°21 '00.2"E" berhasil meraih penghargaan 13th UOB Most Promising Artist of the Year (Indonesia). Seniman yang kerap membuat karya seni mural asal Jawa Tengah itu terinspirasi dari konsep distorsi ruang di dunia maya.
Dipajang di dinding berwarna biru, karya perupa berusia 25 tahun itu tampak mencolok karena warna yang kontras. Belum lagi penggunaan frame bulat di antara karya-karya lain yang berbentuk persegi atau persegi panjang.
Bentuk kanvas dan penggambaran objek dalam lukisannya menyerupai gambar yang terlihat pada lensa cembung, yakni alat sederhana yang digunakan selama beradab-abad untuk memfokuskan dan memperbesar cahaya. Karya seni itu adalah metafora, mengacu pada gagasan bahwa kita memang hidup dalam surveillance society dimana setiap aspek kehidupan kita dipantau dan dicatat.
"Judulnya itu koordinat lokasi gambar mural itu berada yang juga dibuat dia," ucap Agung Hujatnika, kurator seni independen sekaligus salah satu Dewan Juri UOB Painting of the Year 2023. Atas kemenangannya, Begok berhak memperoleh hadiah Rp55 juta.
Berikut daftar lengkap para pemenang:
Kategori Established Artist
1. Ni Nyoman Sani dengan karya Tranquility: 13th UOB POY (Indonesia) Award
2. Faisal Azhari Palito Perak dengan karya History Story#2: Gold Winner
3. Anastasi Astika Pramesti dengan karya Somber Sentience 1: Silver Winner
4. I Gusti Agung Gede Jemana Murti dengan karya Phantasma 2: Bronze Winner
Kategori Emerging Artist
1. Begok Oner dengan karya 7°49’03.3”S110°21’00.2”E 2023: Most Promising Artist of the Year (Indonesia)
2. Nathaniel Pius Amaris Heru Brahmana dengan karya Emosi Jiwa: Gold Winner
3. Sultan Putra dengan karya Dear Mothers: Silver Winner
4. Zeta Ranniry Abidin dengan karya Stay Alive With Knowledge: Bronze Winner
Advertisement
Jumlah Peserta Kompetisi Naik Drastis
Maya menyebutkan bahwa peserta kompetisi seni lukis pada tahun ini meningkat hingga 40 persen dari tahun sebelumnya. Pesertanya semakin beragam dengan 60 persen berasal dari luar Jawa, seperti Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi. Rentang usianya pun luas, dari siswa SD hingga di atas 50 tahun.
Keragaman karya itu diapresiasi Ketua Dewan Juri UOB Painting of the Year 2023 Melati Suryodarmo. Ia mengaku banyak belajar dari karya yang masuk. Panitia pun membaginya berdasarkan kategori emerging artist dan established yang ditentukan lewat faktor sudah pernah berpameran atau belum.
"Saya sebagai seniman dipilih menjadi dewan juri ini terasa istimewa karena sebagai seniman, harus menilai seniman lain. Saya harus meletakkan subjektivitas saya," ujarnya.
Sementara, Agung menerangkan setiap karya melalui beberapa tahapan penilaian sebelum dipilih pemenang. Prosesnya dimulai dengan memilih secara digital. Ini teknis penilaian yang baru mengingat sebelumnya para peserta diminta mengirimkan foto fisik.
"Walau kualitas foto digital kadang-kadang bisa menipu, tapi juga membantu karena kami bisa menilai sendiri-sendiri di rumah.
Dipamerkan Secara Terbuka
Setelah seleksi awal dilakukan, dewan juri kemudian memilih sejumlah karya untuk masuk ke daftar nama peserta yang akan dimintakan mengirim video. Format video dipilih karena juri bisa menilai lebih detail.
Dari tahapan tersebut, sejumlah karya lolos seleksi akan dimintakan mengirim karya aslinya ke Jakarta. Itulah saat dewan juri melihat dan merasakan langsung karya para peserta. Barulah mereka akan mewawancarai para finalis sebelum menetapkan pemenang.
"Saya enggak tahu di UOB negara lain, ini kekhasan di Indonesia. Ada wawancara sejak 2017 atau 2018, karena kami juga merasa seniman harus punya proyeksi atau narasi sendiri. Mereka harus punya keberanian menarasikan karya sendiri," jelas Agung.
Melati menambahkan meski teknik penting, tetapi gagasan dan pemikiran lah yang menjadi bagian terpenting dan karya seni. Itu yang membuat seniman bisa bersaing di kancah global.
UOB Indonesia akan memamerkan 46 karya finalis kompetisi 13th UOB POY (Indonesia), termasuk di antaranya delapan karya pemenang di Autograph Tower, Jakarta, Level 77. Pameran ini terbuka untuk umum setiap hari mulai 26 Oktober hingga 5 November 2023 pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore.
Advertisement