Sukses

Ibu di Italia Gugat 2 Anak Lelakinya ke Pengadilan, Tak Terima Terus Menumpang Hidup Meski Sudah Dewasa

Seorang ibu berumur 75 tahun di Italia mengajukan gugatan ke pengadilan menuntut dua anak lelakinya keluar dari rumahnya karena terus menumpang hidup, padahal punya pekerjaan tetap.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kasus menarik muncul di pengadilan Italia, menggarisbawahi fakta bahwa ada batasan bagi ibu-ibu di negara tersebut dalam memanjakan anak laki-laki dewasa mereka. Seorang ibu berusia 75 tahun dari Pavia, sebuah kota di utara Italia, berhasil memenangkan gugatan hukumnya terhadap kedua putra dewasanya yang berusia 40 dan 42 tahun.

Melansir Euronews pada Jumat, 27 Oktober 2023, masalah utamanya bukanlah soal urusan finansial atau warisan, melainkan soal tingkah laku kedua anaknya yang terlalu bergantung padanya hingga melebihi batas kewajaran. Meskipun telah dewasa, keduanya masih sering pulang ke rumah keluarga dan menikmati layanan ibu mereka yang dengan tulus memasak dan merapikan rumah tanpa dibantu.

Sudah berulang kali sang ibu meminta putra-putranya untuk hidup mandiri dan tidak terlalu bergantung padanya. Namun, seperti yang ia ungkapkan kepada media lokal, kedua putranya tampaknya tidak peduli dengan keinginannya.

Yang membuat situasi semakin memprihatinkan adalah fakta bahwa kedua putranya memiliki pekerjaan tetap dan stabil. Tapi, mereka enggan untuk berkontribusi dalam pekerjaan rumah tangga maupun pengeluaran, sebuah fakta yang disorot oleh kantor berita Italia, ANSA.

Ketidakpedulian ini akhirnya membuat sang ibu merasa cukup dan memutuskan untuk bertindak tegas dengan menggugat kedua putranya. Pengadilan memberikan keputusan mendukung wanita tersebut, dengan Hakim Simona Caterbi mengeluarkan keputusan untuk mengusir kedua putra wanita itu dari rumah.

2 dari 4 halaman

Tindakan Kedua Putra Tidak Dibenarkan

Menurut Caterbi, meski orangtua bertanggung jawab memberi nafkah kepada anak-anaknya, situasi ini tidak dapat dibenarkan mengingat kedua "anak" tersebut kini telah melewati usia 40 tahun. Kedua putra tersebut diberikan batas waktu hingga 18 Desember 2023 untuk meninggalkan rumah sang ibu.

Keputusan semacam ini mungkin terdengar jarang, namun realitas yang dihadapi banyak keluarga di Italia mencerminkan adanya tren serupa. Pada 2022, ditemukan bahwa lebih dari 2 juta warga Italia yang berusia di atas 30 tahun masih tinggal bersama orangtua mereka. Situasi ini, sejauh ini, menunjukkan adanya tantangan yang dihadapi oleh generasi muda di negara tersebut.

Dilansir oleh ISTAT, Institut Statistik Nasional Italia, rata-rata orang muda Italia mulai hidup mandiri atau meninggalkan rumah orangtua pada usia 26 tahun. Meskipun begitu, karena sejumlah alasan, termasuk tingginya tingkat pengangguran di kalangan generasi muda, banyak dari mereka yang memilih untuk tetap tinggal bersama orangtua mereka meskipun telah melewati usia tersebut.

Kondisi ekonomi Italia mempengaruhi keputusan banyak orang muda untuk tetap bersama keluarganya. Berdasarkan data terbaru, tingkat pengangguran di Italia mencapai 7,8 persen pada Agustus 2023. Namun, yang lebih mencemaskan adalah tingkat pengangguran di kalangan generasi muda yang mencapai 22,3 persen.

3 dari 4 halaman

Digugat Rp34 Miliar

Dalam beberapa dekade terakhir, ada peningkatan signifikan dalam generasi muda yang memilih untuk tetap tinggal bersama keluarganya. Data dari ISTAT menunjukkan bahwa pada 1983, 49 persen populasi Italia berusia 18 hingga 34 tahun masih tinggal di rumah orangtua.

Angka ini melonjak menjadi 60,2 persen pada 2000 dan kemudian sedikit menurun menjadi 58,6 persen pada 2009. Namun, pada 2022, sebanyak 67,6 persen atau sekitar 7 juta orang muda Italia dalam rentang usia tersebut masih berdiam bersama keluarga mereka.

Sementara di Singapura, sebuah kisah yang mengejutkan muncul ketika seorang pria bernama K Kawshigan mengajukan gugatan terhadap seorang wanita dengan klaim kerugian yang mencapai lebih dari Rp34 miliar. Alasannya? Meskipun wanita tersebut ingin menjalin persahabatan dengannya, Kawshigan mengharapkan hubungan yang lebih romantis.

Mengutip kanal Hot Liputan6.com pada 1 Oktober 2023, Kawshigan, seorang manajer pengembangan bisnis di AeroLion Technologies, mengklaim bahwa penolakan tersebut telah menyebabkan trauma emosional dan merusak reputasinya yang luar biasa. Gugatan ini juga mencakup permintaan untuk dana yang cukup besar untuk menutupi kerugian finansial serta rehabilitasi dan terapi guna mengatasi trauma yang dialaminya.

Dokumen pengadilan menyebutkan bahwa Kawshigan menuduh wanita tersebut melakukan pernyataan yang mencemarkan nama baiknya dan kelalaian. Kasus ini juga menggambarkan bagaimana pandangan mereka tentang hubungan mereka menjadi tidak selaras seiring berjalannya waktu.

4 dari 4 halaman

Perselisihan Hukum dan Tuntutan Balik

Wanita tersebut, Nora Tan, yang pertama kali bertemu dengan Kawshigan pada 2016, setuju untuk mengikuti sesi konseling untuk mengatasi konflik ini yang berlangsung selama 18 bulan. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil, dan Kawshigan terus meminta pertemuan yang lebih sering dan percakapan yang lebih dalam.

Pada Mei 2022, Tan memutuskan untuk menghentikan semua kontak dengan Kawshigan. Ini memicu gugatan hukum dari Kawshigan, yang merasa bahwa penolakan tersebut telah mengganggu hidupnya dan menyebabkan trauma.

Kasus ini mengalami perkembangan lanjutan ketika Tan menggugat balik Kawshigan. Dia mengklaim bahwa untuk merasa aman dari pelecehan yang dialaminya, Kawshigan harus memasang peralatan keamanan seperti penampil pintu digital, sensor alarm, dan bel pintu video pintar. 

Dia juga menuntut ganti rugi sebesar 363 dolar Singapura (sekitar Rp4 juta) untuk biaya peralatan tersebut, serta tambahan $755 (sekitar Rp8 juta) untuk menutupi biaya sesi konseling, mediasi, dan "penyembuhan" yang diminta Kawshigan untuk memperbaiki hubungan mereka.

Video Terkini