Sukses

Eceng Gondok Tutupi Sungai Bengawan Solo, Warga Bojonegoro Resah

Tanaman eceng gondok yang kini menutupi sungai Bengawan Solo, dengan segudang manfaatnya, ternyata memiliki dampak negatif terhadap ekosistem air.

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial dihebohkan dengan fenomena Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang hampir selama sebulan, sungai terpanjang di Pulau Jawa ini tertutup oleh tanaman eceng gondok.

Dengan bunga berwarna putih keungu-unguan yang indah, tanaman dengan nama ilmiah Eichhornia Crassipes ini menyelimuti sungai tersebut. Panjang permukaan sungai yang diselimuti oleh eceng gondok mencapai lima kilometer, membuat sungai tampak seolah-olah tenggelam dalam hijaunya dedaunan.

Dikutip dari kanal Hot Liputan6.com pada 30 Oktober 2023, menindaklanjuti fenomena tersebut, lebih dari 500 relawan dari 67 organisasi berbeda mengambil tindakan pembersihan sungai tersebut. Mereka sadar bahwa fenomena ini bukan sekadar masalah estetika, melainkan juga berkaitan erat dengan ekosistem bawah air yang ada di Sungai Bengawan Solo.

Rizal, koordinator aksi pembersihan, menjelaskan bahwa ekspansi eceng gondok tahun ini meliputi wilayah dari Cepu hingga Malo, mencakup jarak sejauh 23 kilometer.

Selain mengganggu ekosistem perairan, eceng gondok juga berpotensi menyebabkan penyumbatan pintu air saat musim hujan tiba, yang berpotensi menimbulkan dampak serius bagi masyarakat sekitar.

Tetapi, apa sebenarnya eceng gondok itu? Apakah karakteristiknya memiliki dampak yang positif atau negatif pada ekosistem perairan? Menurut jurnal "The Benefits of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) for Southern Africa: A Review" yang diterbitkan oleh MDPI pada tanggal 6 November 2020, eceng gondok adalah tanaman air yang berasal dari Brazil dan biasanya ditemukan di perairan air tawar seperti danau, kolam, rawa, dan sungai.

 

2 dari 4 halaman

Dua Sisi Eceng Gondok

Daunnya biasanya berwarna hijau dengan permukaan yang halus. Tanaman air yang mengapung ini memiliki tingkat reproduksi yang cepat dan dapat beradaptasi dengan baik dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk lingkungan yang terkontaminasi oleh limbah kimia. Oleh karena itu, ia sering kali dianggap sebagai gulma.

Gulma adalah sekelompok tanaman yang dianggap merugikan dan dapat merusak ekosistem di sekitarnya. Meskipun eceng gondok berdaya tahan kuat, ia tidak dapat tumbuh di perairan dengan tingkat garam yang tinggi, karena tingkat garam yang tinggi dapat menghambat pertumbuhannya.

Walaupun dianggap sebagai gulma, eceng gondok memberikan berbagai manfaat bagi lingkungan dan manusia jika pertumbuhannya dapat dikendalikan. Dalam hal lingkungan, eceng gondok mampu mengurangi pencemaran air dan berpotensi sebagai sumber pakan ternak, bahan pupuk kompos, dan bioenergi.

Eceng gondok adalah tanaman air yang juga secara signifikan menyerap timbal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pertumbuhannya. Karena itu, tanaman ini seringkali ditemukan di sungai-sungai dengan tingkat pencemaran tinggi dan dianggap sebagai indikator pencemaran dalam sungai tersebut. Kemampuannya menyerap fosfor dan nitrogen dari air yang tercemar oleh limbah beracun membuatnya efektif dalam mengurangi pencemaran air.

3 dari 4 halaman

Mulai dari Pakan Ternak sampai Sumber Energi Alami

Selain itu, eceng gondok memiliki nilai nutrisi tinggi, sehingga cocok digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pupuk. Sebagai pakan ternak, tanaman ini digunakan karena kandungan mineral dan kandungan air yang tinggi. Untuk meningkatkan nilai gizinya, eceng gondok dapat dicampur dengan dedak untuk menambah kandungan karbohidrat.

Selain sebagai pakan ternak, tanaman ini juga dapat diolah menjadi pupuk organik karena memiliki kandungan fosfor, nitrogen, dan kalium yang tinggi. Sebelum digunakan sebagai pupuk, eceng gondok harus melalui proses pengolahan menjadi kompos terlebih dahulu.

Eceng gondok juga berpotensi sebagai sumber energi alami. Tanaman ini dapat dijadikan bahan baku untuk bioenergi, yakni bahan bakar yang dihasilkan dari pengolahan tanaman (biomassa). Dikutip dari laman resmi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Agung Tirtayasa pada Selasa, 31 Oktober 2023, hasil pengolahan biomassa dari eceng gondok menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam skala rumah tangga.

Proses ini memanfaatkan kandungan hemiselulosa dan selulosa yang signifikan dalam tanaman ini, yaitu sekitar 43 persen dan 17 persen. Melalui proses hidrolisis kandungan ini, gas metana dan karbon dioksida dihasilkan. Tingginya kandungan air dalam tanaman dan struktur jaringannya yang berongga juga berkontribusi pada produksi gas dalam proses fermentasi.

Selain berbagai manfaat yang telah disebutkan di atas, eceng gondok ternyata juga menghadirkan berbagai dampak negatif pada lingkungan dan aktivitas manusia.

 

4 dari 4 halaman

Pertumbuhan Eceng Gondok Harus Dikontrol

Mengutip laman Komisi Konservasi Ikan dan Kehidupan Liar Florida, Selasa, 31 Oktober 2023, tanaman invasif ini seringkali menghambat saluran air dan membatasi berbagai kegiatan seperti perjalanan perahu, kegiatan rekreasi, upaya pengendalian banjir, dan pemanfaatan sumber daya satwa liar.

Dengan pertumbuhan daun yang lebat di permukaan air, tanaman ini menaungi tanaman asli yang terendam di bawahnya, mengancam kelangsungan spesies tanaman asli yang penting bagi ekosistem satwa liar.

Ekspansi eceng gondok juga berefek negatif pada kualitas air. Tumpukan eceng gondok mengurangi oksigen terlarut dalam air, berpotensi merusak populasi ikan dan organisme air lainnya. Setiap tahun, satu hektar area yang tercakup oleh eceng gondok dapat mengakumulasi hingga 500 ton bahan tanaman yang membusuk di dasar saluran air, memperburuk kondisi ekosistem air.

Selain itu, tikar eceng gondok memiliki potensi untuk meningkatkan risiko banjir di sungai dan kanal dengan membentuk bendungan yang menghambat aliran air. Ini dapat menyebabkan permasalahan serius terkait banjir di daerah tersebut.

Selain merugikan ekosistem perairan, ekspansi eceng gondok menciptakan lingkungan yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk, yang dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk.

Selanjutnya, penyebaran eceng gondok telah mengurangi keanekaragaman hayati di Florida, menciptakan dampak negatif pada ekosistem dan spesies-spesies lokal di wilayah tersebut.