Liputan6.com, Jakarta - Dalam wawancara eksklusif dengan presenter Piers Morgan, Presiden Israel Isaac Herzog berbicara banyak hal, termasuk menanggapi pernyataan Angelina Jolie dan Ratu Rania yang membela Palestina. Ia mengecam Jolie karena "tidak membiarkan rakyat Israel membela diri."
Jolie, yang merupakan mantan utusan khusus Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi, menuduh Israel "sengaja membom anak-anak, perempuan, dan keluarga yang kekurangan makanan, obat-obatan dan, bantuan kemanusiaan," lapor Daily Mail, dikutip Selasa (7/11/2023).
Baca Juga
Herzog mengatakan ia "menolak sepenuhnya" kritik Jolie terhadap serangan di Gaza, mengingat sang aktris belum pernah ke Palestina atau Israel. "Ia (Jolie)Â belum pernah berkunjung dan melihat fakta di lapangan," katanya. "Dengan segala hormat, masyarakat di Gaza tahu bahwa ada perang."
Advertisement
"Namun, tidak ada krisis kemanusiaan yang tidak memungkinkan mereka bertahan hidup," klaim Herzog. "Sebaliknya, terdapat zona aman yang disepakati masyarakat internasional dan Israel, di bagian selatan Gaza, untuk memindahkan warga ke zona tersebut, untuk merawat mereka sepenuhnya."
Ia mencatat bahwa ada "peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza," yang menurutnya telah didukung secara dramatis oleh Israel, Amerika Serikat, PBB, dan negara-negara lain. "Gaza jadi penjara bukan karena Israel. Israel menarik diri dari Gaza. Gaza adalah pangkalan Iran yang penuh dengan teror," katanya lagi, lapor NY Post.
Herzog menyambung, "Mungkin hasil dari perang ini akan memungkinkan rakyat Gaza berhak mendapat kehidupan yang layak untuk menikmatinya di bawah rezim yang berbeda, yang akan memungkinkan gerakan menuju perdamaian."
"Anda akan mengatakan pada saya, tentu saja, warga sipil tidak bisa disalahkan. Baiklah, jika warga sipil tidak bisa disalahkan, mohon izinkan Israel membasmi para teroris ini," ucap Isaac Herzog.
Menanggapi Tuntutan Ratu Rania
Sejalan dengan Angelina Jolie, Ratu Rania dari Yordania juga telah menyerukan gencatan senjata. Ia menyebut, pihak-pihak yang menentang hal ini "mendukung dan membenarkan kematian ribuan warga sipil."
Menanggapi itu, Herzog berkata, "Saya tidak bermaksud berdebat dengan Ratu Rania karena saya tahu persis pertimbangan dan keterbatasan rezim Yordania dalam situasi tersebut. Namun, saya mengharapkan pemahaman yang lebih baik mengenai situasi di lapangan. "
"Tidak boleh ada pembenaran apapun atas kekejaman yang telah kita lihat. Omong-omong, rezim kebencian yang menyerang kita, mereka akan mencoba menyerang Yordania juga," imbuhnya.
Ia melanjutkan, "Kita semua terlibat dalam hal ini bersama-sama. Mereka ingin kita semua keluar dari sini, mereka menginginkan rezim fundamentalis Islam yang besar di seluruh Timur Tengah. Itulah kisah sebenarnya dan itulah tantangan sesungguhnya."
"Ada banyak ide untuk mewujudkan perdamaian antara kami dan Palestina, dan bagaimana bergerak menuju 'solusi dua negara,'" katanya. "Namun, hal itu tidak bisa terjadi jika Anda mendukung teror. Kita harus melawan teror. Kemudian, kita bisa duduk dan berbicara."
Advertisement
Bukan Berarti Antisemit dan Pro-terorisme
Selain menyerukan gencatan senjata, menurut laporan CNN, Ratu Rania juga mengatakan bahwa mendukung perlindungan nyawa warga Palestina tidak berarti antisemit atau pro-terorisme. Ia berkata, "Apa yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah tuduhan antisemitisme dijadikan senjata untuk membungkam kritik terhadap Israel."
"Saya ingin mengecam antisemitisme dan Islamofobia dengan sepenuh hati, tapi saya juga ingin mengingatkan semua orang bahwa Israel tidak mewakili seluruh orang Yahudi di seluruh dunia. Israel adalah sebuah negara dan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas kejahatannya sendiri," bangsawan itu menyambung.
Pengepungan Israel dan pemboman yang menyertainya telah mengakibatkan Gaza dihantam serangan udara tanpa henti, dan memblokade pasokan penting bagi 2,2 juta orang yang tinggal di wilayah terpencil tersebut, kata CNN. Pada Minggu, 5 November 2023, dilaporkan lebih dari 9.700 orang tewas dalam serangan Israel, menurut Menteri Kesehatan Palestina di Ramallah.
Pada pertemuan puncak Sabtu, 4 November 2023, yang dihadiri Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, para pemimpin Arab menyerukan gencatan senjata. Sementara, Blinken mengulangi posisi AS, menyebut gencatan senjata akan memberi Hamas waktu untuk melakukan serangan lain terhadap Israel.
Tidak Percaya Klaim Israel
AS menyerukan "jeda kemanusiaan" dalam upaya menyalurkan bantuan, namun Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan pada Minggu bahwa jeda tidak diperlukan karena "tidak ada krisis kemanusiaan." Ratu Rania mengatakan bahwa klaim gencatan senjata akan memungkinkan lebih banyak serangan Hamas berarti "mendukung dan membenarkan" kematian warga sipil.
"Saya tahu bahwa beberapa orang yang menentang gencatan senjata berpendapat bahwa hal itu akan membantu Hamas. Namun, saya merasa bahwa dalam argumen tersebut, mereka secara inheren mengabaikan, bahkan mendukung dan membenarkan kematian ribuan warga sipil, dan hal tersebut tercela secara moral," katanya.
Ia menyambung bahwa klaim Israel berusaha melindungi warga sipil adalah "penghinaan terhadap kecerdasan seseorang." "Ketika 1,1 juta orang diminta meninggalkan rumah mereka atau mengambil risiko kematian, itu bukanlah perlindungan terhadap warga sipil, itu adalah pengungsian paksa," sebut dia.
Rania mengatakan, ia tidak percaya perintah evakuasi Israel adalah untuk kepentingan Gaza, melainkan upaya untuk "melegitimasi tindakan mereka."
Advertisement