Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria di Korea Selatan ditangkap karena menyerang seorang perempuan pekerja toko serba ada atau convenience store karena mengira dia adalah seorang feminis. Rekaman CCTV menunjukkan pria berusia 20-an memasuki toko di tenggara kota Jinju pada tengah malam yang meninju serta menendang perempuan tersebut.
Dikutip dari BBC, Selasa, 7 November 2023, pria itu juga menyerang pelanggan lain berusia 50-an, yang mencoba menengahi. Polisi mengatakan pelaku menyerang perempuan tersebut karena dia berambut pendek dan berasumsi dia adalah seorang feminis.
Baca Juga
"Karena kamu berambut pendek, kamu pasti seorang feminis. Saya seorang chauvinis laki-laki, dan menurut saya feminis pantas untuk diserang," kata pria itu, menurut polisi.
Advertisement
Pria tersebut lantas melanjutkan penyerangannya hingga dihentikan oleh polisi yang tiba di lokasi kejadian. Pihak berwenang mengatakan pelaku dalam keadaan mabuk dan sebelumnya didiagnosis serta dirawat karena skizofrenia.
Di antara negara-negara maju secara ekonomi, Korea Selatan sering kali menduduki peringkat sebagai salah satu negara dengan kesetaraan gender yang buruk. Seruan anti-feminis juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan laki-laki muda yang merasa dirugikan oleh diskriminasi terbalik (reverse discrimination).
Diskriminasi terbalik adalah diskriminasi yang dilakukan terhadap kelompok mayoritas atau dominan demi keuntungan kelompok minoritas atau tertinggal. Terlepas dari itu, setelah serangan pada Jumat, 3 November 2023, perempuan berusia 20-an tahun itu menderita cedera telinga dan ligamen yang serius, namun tidak dalam kondisi yang mengancam jiwa, kata polisi.
Bukan yang Pertama
Pelanggan yang menengahi juga menderita patah tulang wajah dan bahu setelah dipukul dengan kursi. Pengadilan pada Senin, 6 November 2023 menyetujui surat perintah penangkapan, yang memungkinkan polisi untuk menahan tersangka pelaku.
Media lokal melaporkan bahwa tersangka membantah beberapa tuduhan. Ia mengatakan dirinya mabuk dan tidak dapat mengingat kejadian tersebut.
Perempuan dengan rambut yang dipotong pendek telah menjadi sasaran serangan sebelumnya di Korea Selatan. Banyak komentator misoginis mengasosiasikan gaya rambut dengan feminisme, sebuah istilah yang disamakan dengan pembenci pria.
Pemanah asal Korea Selatan yang berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, An San, jadi sasaran komentar misoginis warganet pria Negeri Ginseng karena rambut pendeknya, melansir AFP, Jumat, 30 Juli 2021. Dalam tuntutannya, mereka bahkan meminta komite melucuti medali emas yang telah diraih atlet 20 tahun tersebut.
Gaya rambut pemanah yang baru saja memastikan medali emas ketiganya pada laga Jumat sore, 30 Juli 2021 ini dianggap menunjukkan dirinya adalah seorang feminis. Para misoginis ini juga meninggalkan "ujaran kebencian" di akun media sosial An.
Advertisement
Pemanah Korea Selatan di Olimpiade Tokyo 2020 Malah Dicibir Warganet Pria
Mereka mengecam "penggunaan bahasa gaul online masa lalu si atlet yang dianggap kelompok anti-feminis sebagai anti-laki-laki," Kantor Berita Yonhap melaporkan. Sebagai tanggapan, banyak perempuan dan anggota parlemen menyuarakan dukungan pada An, dan mengutuk serangan siber itu.
Anggota parlemen Korea Selatan, Jang Hye Yong, menulis di akun Twitter-nya, "Bahkan jika Anda memenangkan medali emas Olimpiade dengan keterampilan dan kemampuan Anda sendiri, selama seksisme tetap ada di masyarakat kita, Anda akan dihina dan medali Anda akan diminta ditanggalkan hanya karena Anda berambut pendek."
Ia juga menambahkan bahwa meski panahan Korea Selatan jadi yang terbaik di dunia, martabat negara itu "terlempar" karena komentar seksisme yang beredar. Anggota parlemen lain, Woo Won Shik, mengkritik pelecehan atas dasar potongan rambut pendek itu sebagai "kejahatan rasial."
Melansir Mothership, ia mengatakan, "Mendefinisikan pemikiran (orang lain) secara sepihak berdasarkan penampilan atau asalnya dan menargetkan pemikiran tertentu untuk kritik tanpa pandang bulu merupakan kasus ekstrem yang tidak masuk akal dan sama saja dengan kejahatan rasial."
Desakan Perlindungan pada An
Secara terpisah, Asosiasi Panahan Korea menerima ribuan unggahan yang menyerukan organisasi untuk melindungi An. Sekitar enam ribu foto perempuan berambut pendek juga diunggah di media sosial untuk mendukung An. Terselip di antaranya adalah aktris Koo Hye Sun.
Hye Sun menulis di akun Instagram-nya, "Saya merasakan suasana yang mendistorsi dan mengisolasi 'feminis' sebagai ekspresi kebencian dengan setiap posisi dan interpretasi subjektif dalam masyarakat saat ini, dan sebagai seorang perempuan, sulit bagi saya untuk hanya menunggu dan melihat."
"'Feminis' adalah orang-orang yang menolak stigma konvesional yang diberikan masyarakat pada perempuan dan bergerak untuk mewujudkan diri yang mandiri sebagai manusia. Orang-orang yang pindah untuk mengubah status dan peran mereka berdasarkan budaya lama," imbuhnya.
Ia mengakhiri, "Ini bukan untuk memecahpria dan wanita. Saya lahir sebagai perempuan dan tergerak untuk hidup sebagai manusia, dan saya lahir sebagai perempuan dan tergerak lagi untuk menjalankan hak saya sebagai manusia. Kita semua bebas."
Advertisement