Liputan6.com, Jakarta - Pengendali lalu lintas udara Prancis saat ini bekerja pada sistem yang dikembangkan pada tahun 1970an. Bahkan terkadang kontrol masih menggunakan strip kertas untuk mewakili pesawat yang masuk.
Meskipun telah ditingkatkan secara berkala selama bertahun-tahun, namun bandara di Prancis telah dijadwalkan untuk melakukan perbaikan besar-besaran pada awal tahun 2024 karena pesatnya pertumbuhan lalu lintas udara. Seiring dengan pembaruan sistem, dua bulan pertama tahun ini bisa menjadi rumit bagi penumpang.
Baca Juga
TMII Luncurkan Tiket Masuk Khusus Rp45 Ribu di Malam Tahun Baru, Tiara Andini hingga Aldi Taher Bakal Hibur Pengunjung
Waspada, Lebih dari 100 Laporan Kasus Pencurian Tercatat di Bandara Kuala Lumpur Malaysia Sepanjang 2024
Cipung Dapat Kado Sailing Trip ke Labuan Bajo dari Teman Sekolahnya, Nagita Slavina Girang
Mengutip dari laman Euronews, Kamis (9/11/2023), lebih dari 2,5 juta penerbangan melewati wilayah udara Prancis setiap tahunnya dan gangguan apa pun dapat memengaruhi perjalanan di seluruh Eropa. Saat pekerjaan ini berlangsung, diperkirakan sekitar 16.500 penerbangan akan dibatalkan, menurut saluran berita bisnis BFM.​Â
Advertisement
Antara 9 Januari dan 14 Februari 2024, maskapai penerbangan disarankan untuk mengurangi jumlah penerbangan yang lepas landas dan mendarat di bandara Charles de Gaulle, Orly, Le Bourget, dan Beauvais di Paris sebesar 20 persen. Selama periode ini, sistem baru ini akan diuji di pusat kendali lalu lintas udara di Athis-Mons, yang terbesar di Prancis yang mengelola seluruh bandara di Paris dan Beauvais.
Penerbangan mana yang dibatalkan akan diserahkan kepada maskapai penerbangan namun kemungkinan besar akan memprioritaskan rute jarak jauh. Air France mengatakan kepada media Prancis bahwa mereka "terpaksa membatalkan penerbangan jarak pendek dan menengah tertentu selama periode ini", total lebih dari 4.200 penerbangan dilakukan oleh grup Air France-KLM.
Antisipasi Dampak ke Penumpang
Sebagai upaya meminimalkan dampak terhadap penumpang, grup maskapai penerbangan tersebut telah membatalkan penerbangan tersebut, memberi tahu penumpang dan menawarkan mereka transfer ke penerbangan berbeda pada hari yang sama.
Sekitar 1 miliar euro diinvestasikan untuk meningkatkan kontrol lalu lintas udara Prancis sehingga mampu menangani lebih banyak penerbangan dan beroperasi dengan lebih efisien. "Meng-upgrade ke sistem generasi baru ini menjadi penting," Florian Guillermet, direktur Services de la Navigation aérienne (DNSA) mengatakan kepada BFM.
Skala pengoperasiannya sangat besar karena hampir 80 persen sistem perlu ditingkatkan. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan praktik yang biasa dilakukan yaitu mengganti komponen satu demi satu.
Perangkat lunak baru ini telah diterapkan di pusat kendali lalu lintas udara di Reims dan Aix-en-Provence namun masih perlu diuji di pusat terbesar di Athis-Mons. Selama periode enam minggu di awal tahun 2024 ini, perangkat lunak akan diuji sebelum akhirnya diperkenalkan pada bulan November.​
Advertisement
AS Kekurangan Petugas Pengatur Lalu Lintas Udara
Sementara itu, tak hanya Prancis saja yang mengalami kendala lantaran lalu lintas udara semakin tinggi. Para eksekutif maskapai penerbangan di Amerika Serikat mengeluhkan kekurangan petugas pengatur lalu lintas udara yang diramalkan akan terus menyebabkan gangguan perjalanan setidaknya sampai lima tahun ke depan.
Sebelumnya, Menteri Transportasi Amerika Serikat, Pete Buttigieg pada awal 2023 sempat menyebut sistem penerbangan saat ini kekurangan 3.000 orang pengatur lalu lintas udara.
"Diperlukan waktu lima hingga tujuh tahun perekrutan untuk memenuhi kekosongan (posisi petugas pengatur lalu lintas udara) jika semuanya berjalan dengan baik," ungkap Kepala Airlines for America Nick Calio pada Global Aerospace Summit yang diadakan oleh Kamar Dagang AS di Washington, DC seperti dilansir CNN, Rabu, 13 September 2023.Â
Ia menyambung, "Apakah kita memerlukan gangguan lebih lanjut selama lima hingga tujuh tahun setiap hari? Saya kira tidak demikian."
Calio yang organisasinya mewakili maskapai penerbangan besar, mengungkapkan meskipun Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mempekerjakan petugas dalam jumlah maksimum melalui akademi sertifikasinya, hal itu tidak akan cukup cepat memulihkan situasi. Ia mengusulkan supaya kampus yang memiliki program pengatur lalu lintas udara bisa menyelenggarakan kursus sertifikasi, seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain.
Penerbangan Harus Dikurangi
Dia mengatakan maskapai-maskapai besar AS juga bakal mendorong Badan Penerbangan Federal (FAA) agar menurunkan tingkat penerbangan di bandara-bandara besar di wilayah New York. Kota itu merupakan wilayah FAA paling kekurangan staf, terlebih di musim panas mendatang.  Â
Di musim semi, FAA meminta maskapai penerbangan agar mengurangi penerbangan musim panas sebesar 10 persen di bandara seperti Newark, John F. Kennedy, dan LaGuardia. Bulan lalu, FAA memperpanjang kebijakan itu hingga Oktober 2023.
CEO JetBlue Robin Hayes menyebutkan bahwa peringatan lebih awal mengenai rencana FAA akan membantu maskapai tersebut mengalihkan sumber dayanya agar beroperasi di bandara lain. Ia juga mengatakan pengurangan 10 persen mungkin tidak cukup.
Peter Ingram, CEO Hawaiian Airlines, mengatakan juga bahwa teknologi yang lebih baik akan meningkatkan layanan pengontrol lalu lintas udara. Dengan syarat, lembaga tersebut perlu "memiliki staf yang sesuai dengan teknologi yang kita miliki saat ini."
Advertisement