Sukses

Dekan Universitas Islam Gaza Tewas Akibat Serangan Udara Israel Bersama Istri, 3 Anak, dan 10 Cucunya

Serangan udara Israel pada 15 Oktober 2023 ikut membunuh Dr. Farwaneh beserta istri, tiga anak, serta cucu-cucunya, yang baru saja menunaikan salat subuh.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan udara Israel yang dilancarkan intensif pada 15 Oktober 2023 dianggap sebagai salah satu perang selama 24 jam paling mematikan hingga saat ini. Menurut laporan dari Global Liputan6.com pada 25 Oktober 2023, tercatat 704 korban tewas, termasuk 305 anak-anak, 173 wanita, dan 78 lansia akibat serangan tersebut.

Di antara para korban, terdapat keluarga Dr. Omar Saleh Farwana (Farwaneh) yang menjadi korban tewas. Tak hanya dia, istrinya yang bernama Umm Saleh Farwana, tiga anak, dan 10 cucunya semuanya dilaporkan tewas akibat serangan udara tersebut.

Mengutip Airwars Israel and Gaza 2023 pada Sabtu, 11 November 2023, keluarga Dr. Farwaneh berada di rumah mereka di lingkungan Tal al-Hawa, barat daya Kota Gaza, ketika serangan itu terjadi dini hari setelah mereka selesai melaksanakan salat subuh.

Laporan menyebutkan bahwa sebanyak 15 anggota keluarga tewas, termasuk dua dokter, delapan anak-anak, dan empat wanita. Satu-satunya yang selamat dari serangan tersebut adalah Lynn Saleh Maher Farwana, seorang anak perempuan Farwaneh yang berusia 11 tahun.

Dr. Farwaneh dikenal sebagai mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Gaza dan dihormati sebagai dokter terkenal yang dermawan. Ia sering melakukan operasi gratis untuk banyak anak muda di wilayah tersebut.

Menurut sumber lokal, Dr. Farwana juga sering menggelar ratusan diskusi sains di tempatnya dan kegiatan tersebut didanai oleh dirinya sendiri. Kepergiannya meninggalkan kekosongan besar dalam komunitas serta meninggalkan dampak yang dirasakan oleh banyak yang pernah menerima bantuannya.

2 dari 4 halaman

Banyak Kontribusi yang Diberikan

Adnan Skaik, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Islam Gaza menggambarkan dalam unggahan Facebook-nya bahwa Dr. Farwaneh adalah sosok yang baik hati, santai, dan penuh kasih sayang terhadap murid-muridnya. Dia senang bertemu dengan mereka.

Adnan juga menyebutkan bahwa dalam pertemuan terakhir mereka, Dr. Farwaneh meminta untuk mengatur pertemuan dengan semua mahasiswa guna membahas buku yang telah dipersiapkannya. "Namun, sayangnya, dia lebih dahulu mati syahid sebelum membahas buku itu," tulis Skaik.

Akun Keluarga Dr. Farwaneh di Facebook memberikan indikasi bahwa dia adalah salah satu orang yang dideportasi dari Marj al-Zuhur, Suriah. Selain Dr. Farwaneh, putra dari dokter Abdulaziz Farwana bersama istrinya Sondos Manar Farwana dan kedua cucunya, Maryam Abdel Aziz Farwana yang berusia 3 tahun dan Ayat Abdel Aziz Farwana yang baru berusia 17 hari, juga menjadi korban.

Nazmila Alqawasmi, yang pernah menjadi mahasiswi Jurusan Multimedia and Web Development di Universitas Islam Gaza menulis di unggahan Facebook pribadinya bahwa "Ayat (cucu Dr. Farwaneh) pasti sedang tidur di pelukan ibunya."

Di antara korban yang lain, terdapat putri Dr. Farwaneh, Aya Farwana, yang terkenal karena memberikan pengobatan gratis kepada pasien miskin. Yasmin Rabah, sahabat seumur hidup Aya, berbagi kesaksian menyentuh di Facebook tentang hubungan mereka yang panjang.

3 dari 4 halaman

Renggut Nyawa Anak dan Cucu

Yasmin menyebut Aya sebagai sahabatnya selama 27 tahun, dari masa sekolah dasar hingga menjadi tetangga rumah, rekan profesional, dan teman lama. Yasmin berbicara tentang bagaimana Aya membawa Palestina dalam hatinya sejak awal, mengingat saat rumah Aya pertama kali dibom selama perang.

Tetapi Aya tidak hanya mencari dukungan, dia juga menjadi sumber kekuatan dan keteguhan hati bagi teman-temannya. "Dia (Aya) orangnya kuat, membanggakan, baik hati, cerdas, kreatif, setia, rajin beribadah, dan penuh kasih sayang," tambah Yasmin.

Putri Dr. Aya, yaitu Basmala Farwana dan Ola Farwana, bersama putranya Imad Farwana juga menjadi korban dalam serangan tersebut. Serangan udara tersebut juga merenggut nyawa putri Dr. Farwaneh, yang merupakan seorang pengacara (atau insinyur, sesuai dengan informasi dari sumber lain), Profesor Israa Farwana, beserta anak-anaknya yakni dua putri bernama Rahaf Qanita dan Rima Qanita, serta seorang putra bernama Obaida Qanita.

Meskipun beberapa laporan menyebutkan hanya 14 korban, unggahan Facebook Mohammed Hafez El Jamal menyatakan bahwa cucu perempuan Dr. Farwaneh lainnya, yaitu Raghad Saleh Farwana, juga menjadi korban dalam serangan tersebut.

4 dari 4 halaman

Suara Hati Anak-Anak Gaza

Dalam mengidentifikasi pihak yang terlibat dalam konflik, semua sumber sepakat bahwa serangan tersebut terkait dengan serangan udara Israel. "Nama-nama korban ini sementara telah disesuaikan dengan data dari Kementerian Kesehatan Palestina," bubuh situs resmi Airwars Israel and Gaza 2023 itu.

Sementara itu, anak-anak di Gaza dilaporkan menggelar jumpa pers di luar rumah sakit Al-Shifa pada Selasa, 7 November 2023. Mereka memohon agar dunia mengambil tindakan karena Israel terus mengebom kantong wilayah Palestina itu.

Sekelompok anak-anak berdiri di belakang beberapa mikrofon yang diletakkan di atas meja kayu di halaman luar rumah sakit, tempat puluhan ribu orang mencari perlindungan dari serangan udara dan darat, lapor New Arab, seperti dikutip Kamis, 9 November 2023.

"Sejak 7 Oktober (2023), kami telah menghadapi pemusnahan, pembunuhan, pemboman, semua ini terjadi di hadapan dunia," salah satu dari anak dari rombongan itu berkata, pertama dalam bahasa Arab kemudian dalam bahasa Inggris. "Kami datang ke Al-Shifa untuk mencari perlindungan, namun kami menghadapi kematian lagi ketika mereka (militer Israel) menargetkan rumah sakit (untuk dibom)."

"Kami hadir sekarang untuk berteriak, meminta Anda melindungi kami. Kami ingin hidup, kami ingin perdamaian, kami ingin keadilan bagi para pembunuh anak-anak. Kami ingin tempat tinggal, makanan, dan fasilitas pendidikan. Kami ingin hidup seperti anak-anak lain," imbuhnya.

Video Terkini