Sukses

Menyeimbangkan Solusi dan Risiko Pariwisata di Tengah Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem

Perubahan iklim bisa meningkatkan suhu harian dunia, dan kenaikan muka air laut, Selain itu, masalah cuaca ekstrem juga bisa saja melanda dalam waktu dekat, Bagaimana pengelola tempat wisata alam maupun pemerintah untuk mengantisipasi hal tersebut?

Liputan6.com, Jakarta - Dampak percepatan perubahan iklim bisa meningkatkan suhu harian dunia, dan kenaikan muka air laut, Hal serupa terjadi secara masif di Indonesia dan menjalar ke berbagai sektor termasuk pariwisata. Selain itu, masalah cuaca ekstrem juga bisa saja melanda dalam waktu dekat, seperti curah hujan yang ekstrem setelah kita mengalami musim kemarau yang berkepanjangan dengan suhu yang sangat panas.

Untuk itu, sejumlah tempat wisata terutama wisata alam harus siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Salah satunya tempat wisata alam, Omah Kecebong di Yogyakarta termasuk yang melakukan antisipasi serta solusi menghadapi risiko cuaca ekstrem dan perubahan iklim.

Selama enam terakhir ini, kunjungan ke tempat wisata di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini semakin meningkat dan pada puncaknya di bulan November ini , sudah hampir 80 persen full book. Sejumlah wisatawan bahkan datang dalam beberapa rombongan dan dalam satu rombongan jumlahnya bisa lebih dari 100 orang.

Untuk menghadapi cuaca ekstrem, mereka berusaha memberikan kenyamanan bagi pengunjung, dengan menyiapkan tempat tempat kegiatan semi permanen yang diberi atap plastik UVI dan diberikan plafon paranet sehingga matahari masih bisa masuk tapi dengan sinar yang rendah.

"Sistem ini kami pakai karena kami tetap menjadikan berbagai jenis tanaman bisa hidup di bawah bangunan tersebut, istilahnya green house, dan ini sekaligus menjadi antisipasi saat musim hujan atau cuaca ekstrem nanti masih bisa beraktivitas dalam skala cukup besar," terang Hasan Setio Prayogo, pemilik Omah Kecebong pada Liputan6.com, Sabtu, 11 November 2023.

"Kami Juga membangun hall, gedung serbaguna dengan kapasitas sampai 300 orang untuk kegiatan kegiatan yang membutuhkan tempat indoor berkonsep alam," tambahnya.

Selain itu, mereka juga mempunyai banyak lahan hijau yang ditanami berbagai macam pohon dan tanaman yang membuat polusi udara sudah tersaring secara alami. Tidak ada aturan khusus yang mereka terapkan, karena mereka memgklaim sudah berusaha memberikan tempat fasilitas yang aman bila terjadi cuaca ekstrem seperti saat hujan deras dalam waktu lama.

 

2 dari 5 halaman

Persiapan Menghadapi Cuara Ekstrem

Menjelang libur natal dan tahun baru (nataru), Hasan optimis pengunjung akan tetap berdatangan meski nantinya bisa saja terjadi cuaca ekstrem. "Kita berharap dan optimis pengunjung akan tetap ramai, terutama karena kami sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi cuaca ekstrem,”ujar Hasan.

"Jadi baik saat cuaca panas atau hujan , kita tetap bisa beroperasi seperti biasa, karena kita sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi termasuk di masa libur akhir tahun nanti,” tutupnya.

Berbagai persiapan juga dilakukan Taman Wisata Alam Posong di Temanggung, Jawa Tengah.Tempat wisata yang berada di antara Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dengan suhu udara yang cukup dingin ini selalu mengecek rutin selokan dan akses jalan menunju tempat yang sebagian besar berupa bebatuan.

Mereka juga mengecek kondisi berbagai fasilitas pendukung, termasuk tempat camping atau berkemah yang peminatnya cukup banyak ini. Kawasan wisata yang sejuk ini ditumbuhi banyak pepohonan dan sampai saat ini tidak mengalami polusi udara.

"Alhamdulillah untuk polisi udara tidak terjadi di tempat kami, karena masih banyak pepohonan hijau dan tumbuhan lainnya di sepanjang akses menuju wisata, dan di sekitar lokasi wisata," jelas Luthfi Naufal Hartanto selaku Direktur Taman Wisata Alam Posong pada Liputan6.com, Kamis, 9 November 2023.

 

3 dari 5 halaman

Mengutamakan Keamanan dan Kenyamanan

"Lokasi tempat wisata Posong ini berada di kaki Gunung Sindoro tepatnya di ketinggian 1800 mdpl. Jadi untuk udara masih sangat sejuk dan alami. Cuacanya juga termaduk dingin dan itu yang disukai pengunjung kami,” lanjutnya.

Untuk antisipasi menghadapi cuaca ekstrem, pihak pengelola mengimbau para wisatawan untuk membawa jaket tebal karena di musim hujan ini cuaca bisa semakin dingin lagi dan curah hujan yang berpotensi cukup intens.

"Kita juga mengimbau pengunjung untuk membawa obat-obatan pribadi, dan tetap rutin cek kondisi kendaraan pribadi yang dipakai menuju tempat wisata. Soal kenyamanan dan keamanan tetap jadi prioritas utama kita," terang Naufal.

Mengenai jumlah pengunjung, dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini diakui cukup berpengaruh. Jika cuaca mendung atau hujan, pemandangan alam jadi kurang terlihat dan kurang bisa dinikmati

"Di sini memang banyak yang mengambil foto karena latar pemandangannya yang bagus dan banyak spot-spot yang menarik untuk berfoto. Tapi kalau hujan dalam waktu lama dan ekstrem pastinya bisa membuat pengunjung berkurang, walaupun kita ada beberapa tempat untuk berteduh," kata Naufal.

4 dari 5 halaman

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Jumlah Pengunjung

Meski begitu, untuk jumlah wisatawan yang bermalam (camping) masih relatif stabil baik di musim kemarau maupun menjelang musim penghujan. Bahkan di musim penghujan ini menurut Naufal, rata-rata untuk tamu camping yang reservasi ada yang H-1 bulan, dan ada juga yang H-2 minggu. Ia pun optimis jumlah pengunjung akan tetap ramai saat libur nataru nanti.

"Untuk weekday sekarang ini jumlah kunjungan di kisaran 90-100 orang per hari. Kalau untuk weekend jumlah kunjungan masih sekitar 850 -1.000 orang per hari,” terang Naufal. “Untuk musim penghujan memang sedikit berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan, namun untuk tamu berkemah atau camping masih relatif stabil karena untuk view sunrise masih bagus," sambungnya.

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah mengarahkan semua kepala Dinas Pariwisata di kabupaten, kota, dan provinsi untuk melakukan mengecekan keamanan tempat wisata dalam menghadapi cuaca ekstrem terutama menjelang libur nataru.

Arahan ini disampaikan guna meminimalkan terjadinya risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan di tempat wisata, mengingat banyak wisatawan yang akan berkunjung saat libur Nataru.

5 dari 5 halaman

Imbauan Kemenparekraf Terhadap Tempat Wisata

"Kita selalu mengeluarkan edaran kepada semua kepala dinas pariwisata kota, kabupaten, bahkan provinsi untuk mengecek, melakukan audit terhadap tempat wisata," ucap Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf Vinsensius Jemadu pada Liputan6.com, beberapa hari lalu.

Ia menambahkan, pemeriksaan keamanan dan keselamatan di tempat wisata penting dilakukan jauh hari. Alasannya adalah jika ada bagian yang masih harus diperbaiki atau bahkan tidak layak, sebaiknya tidak direkomendasikan untuk dikunjungi. Hal ini sangat penting jika terjadi cuaca ekstrem seperti hujan deras dalam waktu lama di tempat wisata terutama wisata alam.

"Kami senantiasa akan lakukan pengawasan dan juga koordinasi bersama pemerintah daerah, khususnya dinas pariwisata dan ekonomi kreatif," tutur pria yang biasa disapa Vinsen ini.

Kemenparekraf juga melakukan koordinasi bersama Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) untuk memastikan keamanan dan kelayakan infrastruktur di tempat wisata.

"Setiap akhir tahun memang waktu yang ditunggu -tunggu masyarakat untuk berlibur. Tetapi kita tentu harus mengantisipasi apa saja yang harus dipersiapkan termasuk di tempat wisata alam yang akan sangat terpengaruh cuaca ekstrem," pungkasnya.