Sukses

Menangani Perubahan Iklim dengan Cara Membumi dan Gotong Royong Warga

Kondisi Bumi yang tak baik-baik saja mendorong berbagai pihak ambil bagian untuk bertindak. Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK), Yulia Suryanti menyebut perubahan iklim berdampak secara global.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi Bumi yang tak baik-baik saja mendorong berbagai pihak ambil bagian untuk bertindak. Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Yulia Suryanti menyebut perubahan iklim berdampak secara global.

Dampak tersebut, dikatakannya, juga dirasakan masyarakat hingga pada tingkat tapak seperti desa, kelurahan, dusun bahkan hingga tingkat rumah tangga. Penyebab kondisi ini adalah dari aktivitas manusia yang mengemisikan gas rumah kaca (GRK).

"Perubahan iklim dapat dikurangi dari sisi penyebabnya, yakni melalui mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi GRK ke atmosfer dan dari sisi dampak yang terjadi dengan melakukan adaptasi untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi perubahan yang terjadi sehingga risiko dari dampak yang terjadi dapat dikurangi," kata Yulia dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Selasa, 7 November 2023.

Salah satu upaya KLHK dalam mengatasi masalah iklim adalah dengan merilis gerakan nasional berupa program Kampung Iklim (ProKlim). Menurut Yulia, program ini berupaya untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat.

"Termasuk berbagai pemangku kepentingan lain dalam upaya pengendalian perubahan iklim melalui penguatan kapasitas masyarakat dalam melakukan adaptasi perubahan iklim dan melakukan mitigasi atau pengurangan emisi GRK di wilayahnya," tambahnya.

Dikatakannya, melalui ProKlim, diharapkan terwujud pola atau gaya hidup masyarakat yang membantu terwujudnya ketahanan iklim dan rendah emisi gas rumah kaca. "Misalnya hemat air, hemat energi, pemanfaatan lahan yang optimal, kemandirian pangan, pengurangan dan pengolahan sampah, dan lainnya," terangnya.

Program Kampung Iklim mendorong berbagai aksi tersebut tercatat secara sistematis dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI). Upaya ini dilakukan agar aksi-aksi tersebut dapat diukur, dinilai, dan dievaluasi untuk memetakan kategori ProKlim pada tingkat pratama, madya atau utama.

"Sekaligus untuk melihat target pencapaian ketahanan iklim dan reduksi emisi di wilayah tersebut," ungkap Yulia.

2 dari 6 halaman

Komponen Utama dalam ProKlim

Sebagai bentuk apresiasi terhadap berbagai upaya tersebut, KLHK memberikan penghargaan, baik berupa Trophy ProKlim, Sertifikat ProKlim dan Piagam Apresiasi. "Selain itu, KLHK juga memberikan penghargaan Trophy ProKlim Lestari (lokasi yang telah pernah menerima penghargaan ProKlim Utama dan mampu meningkatkan aksi serta melakukan pembinaan minimal di 10 lokasi ProKlim baru), Penghargaan untuk Pembina (Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota) dan Penghargaan untuk Pendukung (Perusahaan/Yayasan/ NGO/Lembaga lainnya)," ungkapnya.

Komponen utama dalam ProKlim adalah adanya kegiatan adaptasi, mitigasi serta keberadaan kelembagaan di tingkat lokal yang menjadi motor penggerak aksi-aksi tersebut. Ini dapat dilakukan oleh semua komponen masyarakat (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, laki-laki, perempuan) secara terencana, terkoordinasi, serta tercatat/terdokumentasikan.

"Keberadaan lembaga tersebut selain menjadi motor penggerak juga diharapkan menjadi jaminan keberlanjutan dari berbagai aksi yang dilakuan," katanya.

Terkait syarat pengusulan, disebutkan Yulia, lokasi yang diusulkan paling tinggi pada tingkat desa untuk kabupaten dan kelurahan untuk kota serta paling rendah dusun untuk kabupaten dan RW untuk kota. Selanjutnya, lokasi yang diusulkan didaftarkan ke dalam Sistem Registri Nasional (SRN) melalui akun DLH Kota/Kabupaten/Provinsi.

"Penggunaan akun SRN DLH Kab/Kota/Provisi dilakukan agar data-data tersebut juga dapat dilihat, dipantau dan terkoordinasi oleh Dinas LH Kab/Kota selaku pembina ProKlim daerah," ungkapnya.

Peserta juga diminta mengisi form excel yang berisi data aksi adaptasi dan mitigasi serta data kelembagaan yang mengelola Proklim di wilayah tersebut dan juga menyampaikan data dukung berupa foto aksi dan dokumen sebagai bukti pelaksanaan kegiatan. Penginputan data dilakukan secara bertahap dengan berkomunikasi dengan admin SRN PPI yang mengawal penginputan data. Apabila pengisian sudah benar, maka admin akan memberikan approval.

"Penilaian ProKlim dilakukan setiap tahun. Setelah pendaftaran ProKlim pada tahun tertentu ditutup, Sekretariat Proklim akan melakukan penarikan data kemudian melakukan penilaian desk review. Penilaian hasil desk review digunakan untuk menentukan katagori ProKlim apakah Pratama, Madya atau Utama. Lokasi katagori utama selanjutnya dilakukan verifikasi lapangan," katanya.

3 dari 6 halaman

Adaptasi hingga Mitigasi

Hasil verifikasi lapangan selanjutnya akan dinilai oleh Tim Teknis untuk mendapatkan skor akhir yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Dewan Pengarah ProKlim. Dewan Pengarah kemudian menyampaikan rekomendasi kepada Menteri LHK untuk menetapkan penerima penghargaan ProKlim Utama.

"Sampai tahun 2023 sejak dimulai ProKlim pada tahun 2012 telah teregistrasi sebanyak 6568 lokasi sebagai Kampung Iklim," katanya.

Bentuk adaptasi terdiri atas:

Pengendalian kekeringan, banjir, longsor:

  • Pemanenan air hujan: embung
  • Peresapan air: biopori
  • Perlindungan mata air
  • Penghematan penggunaan air
  • Sarpras pengendali banjir dan longsor
  • Rancang bangun adaptif
  • Terasering
  • Struktur perlindungan pantai (alami dan buatan)
  • Relokasi permukiman

Peningkatan Ketahanan Pangan

  • Pola tanam adaptif
  • Sistem irigasi
  • Sistem pertanian terpadu
  • Penganekaragaman tanaman pangan
  • Urban farming

Pengendalian Penyakit Terkait Iklim

  • Pengendalian vektor
  • Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
  • Pola Hidup Bersih dan Sehat

Mitigasi:

Pengelolaan Sampah, Limbah Padat dan Cair

  • Pengelolaan sampah dan limbah padat
  • Pengelolaan limbah dan pemanfaatan limbah cair

Penggunaan Energi Baru Terbarukan, Konservasi dan Penghematan Energi

  • Pengunaan energi baru terbarukan dan konservasi energi
  • Penggunaan sumber energi non-EBT
  • Penghematan energi

Budidaya Pertanian Rendah Emisi GRK

  • Penggunaan pupuk organik
  • Tidak membakar jerami di sawah

Meningkatkan dan/atau Mempertahankan Tutupan Vegetasi

  • Peningkatan tutupan vegetasi
  • Mempertahankan tutupan vegetasi

Mencegah dan Menanggulangi Karhutla

  • Pembukaan lahan tanpa bakar
  • Pengelolaan air gambut
  • Pengendalian karhutla
4 dari 6 halaman

Pengawasan dari KLHK

Yulia mengatakan, "Output penilaian berupa penghargaan baik trofi, sertifikat maupun piagam serta insentif. Lokasi dapat melakukan registrasi kembali setelah 2 tahun untuk dapat menginformasikan perkembangan pelaksanaan ProKlim di wilayahnya sehingga dapat ter-update berbagai upaya pengendalian perubahan iklim yang telah dilakukan apakah kategori ProKlimnya mengalami peningkatan atau tidak."

Khusus untuk katagori ProKlim Utama dapat registrasi kembali setelah dua tahun untuk dapat dinilai sebagai ProKlim Lestari. KLHK juga monitoring dan evaluasi baik secara langsung dengan kunjungan lapangan pada beberapa lokasi baik oleh KLHK pusat, ataupun melalui seksi wilayah pada masing-masing balai

"KLHK juga melakukan koordinasi dengan DLH Provinsi/Kabupaten/Kota untuk selalu memonitor lokasi-lokasi ProKlim yang sudah berjalan untuk mengevaluasi berbagai kendala pelaksanaan aksi pengendalian perubahan iklim di tingkat tapak," katanya.

Beberapa forum melalui WhatsApp Group juga dibangun sebagai media saling berkomunikasi antar-pegiat ProKlim dengan pemangku kepentingan lain, berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan dan membangun jejaring dengan pemangku kepentingan terkait. "Hasil monitoring dan evaluasi digunakan untuk membangun sinergitas dan kolaborasi internal KLHK dan juga dengan Kementerian/Lembaga terkait dalam mendorong intervensi aksi pengendalian perubahan iklim dalam ProKlim," tutupnya.

5 dari 6 halaman

Kampung Edukasi Sampah

Gotong royong warga yang bergerak mandiri dalam menjaga Bumi tecermin lewat aksi nyata di RT 23, RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tepatnya yang berada di kawasan Perumahan Pesona Sekar Gading. Kawasan ini pun telah lahir sebagai Kampung Edukasi Sampah yang diinisiasi oleh Edi Priyanto, Ketua Pengurus RT 23, RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Periode 2016-2018.

"Awalnya kita ini kawasan perumahan dengan sampah yang menjadi problem dan terjadinya peningkatan sampah," kata Edi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 9 November 2023.

Saat itu, pihaknya mengajak warga dengan menimbulkan kesadaran bahwa volume sampah dapat dikurangi. "Caranya harus mau memilah dan mengolah sendiri, maka impact-nya sampah yang dibuang volume berkurang," tambahnya.

Semua bermula dari pihak internal yang membuat manajemen perubahan. "Saya membuat manajemen perubahan, itu harus memiliki change champion, local heronya harus ada, yakni pimpinan, bisa ketua RT, ketua RW atau tokoh masyakarat yang harus bisa mendorong perubahan itu," katanya. "Waktu itu saya jadi ketua RT, dan tidak bisa sendiri saya harus mengajak kader lingkungan yang jadi change agentnya."

"Diawal saya punya kader tiga yang bisa bergerak, kian hari makin banyak sampai cukup signifikan. Akhirnya menjadi sebuah tempat kami mengedukasi warga hampir semua melakukan program pemilahan sampah," tambahnya,

Atas saran dari berbagai pihak, dikatakan Edi, alangkah baiknya wilayah tersebut dijadikan role modeling untuk pengolahan sampah. "Karena edukasi yang paling efektif dengan memberikan secara langsung praktik di dalam pemilahan dan pengolahan sampah," terangnya.

6 dari 6 halaman

Menanamkan Sejak Dini

Pihaknya pun mencoba membuat nama yang mudah diingat dan memutuskan membuat Kampung Edukasi Sampah. "Dari situ kita coba tawarkan kepada masyarakat khususnya yang ingin mengetahui cara memilah dan mengolah sampah dengan berbagai metode," terangnya.

"Manajemen bank sampah itu contoh yang riil yang bisa dilihat dan memanfaatkan sumber daya alam seperti panel tenaga surya, pemanfaatan air hujan, hidroponik, IPAL sehingga dalam perkembangannya yang banyak adalah para siswa ini tujuan kita mestinya mengedukasi dari usia sejak dini kebetulan ada program P5 dari playgroup," jelasnya.

Isu lingkungan dibalut nuansa yang menyenangkan untuk anak-anak sekolah pun mencuri banyak atensi. Di November 2023 ini saja, dikatakan Edi, telah ada kunjungan hingga 700 siswa.

"Artinya bahwa banyak ketertarikan dari sekolah program outing class membuat siswa lebih mengenal, di outdoor kerajinan pemanfaatan barang bekas, mengompos, praktik memilah, termasuk di setiap permainan ada melatih motorik kasar, juga tentang arah kompas memang untuk diselingi dengan permainan agar anak-anak suka. (Yang datang) bukan hanya dari Jawa Timur tapi luar Jawa Timur juga ada," tambahnya.

Khusus untuk kader, pihaknya juga menyiapkan model manajemen perubahan. "Harapannya mestinya kalau semua wilayah RT/RW, masing-masing bisa melakukan program ini alangkah baiknya," katanya.

"Karena selama ini kita melihat program utama itu hanya penanganan di akhirnya yaitu TPA padahal harusnya menyelesaikan sumbernya dari manusia, bagus dilakukan apabila oleh RT/RW problemnya tidak semua paham dan aware tentang ini," jelasnya lagi.