Sukses

Mengapa Warna Bendera Negara-Negara di Arab Tampak Mirip?

Sebagian bendera di negara Arab mengalami perubahan, sementara bendera lainnya tetap tidak berubah, walaupun banyak di antaranya memiliki makna simbolis yang serupa.

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda bertanya-tanya mengenai kecenderungan banyak negara Arab menggunakan warna merah, hitam, hijau, dan putih pada bendera mereka?

Banyak bendera yang mencolok di negara-negara Timur Tengah telah mengalami perubahan berulang selama satu abad terakhir, terkait dengan perubahan pemerintahan, konflik perang, dan pergeseran kesetiaan politik. Meskipun demikian, beberapa bendera tetap tidak berubah, seperti bendera Uni Emirat Arab (UEA) yang konsisten sejak pembentukannya lebih dari 50 tahun lalu.

Bendera sering kali mencerminkan kesamaan regional, sebagaimana terlihat pada salib Skandinavia atau bendera beraneka warna di Afrika, seperti yang dijelaskan oleh Profesor Elie Podeh, dosen di Departemen Studi Islam dan Timur Tengah di Universitas Ibrani Yerusalem. Namun, mengapa empat warna yang sama sering digunakan dalam bendera negara-negara Arab?

Melansir The National pada 3 November 2023, salah satu alasan yang sering disebut-sebut adalah bahwa keempat warna pan-Arab ini masing-masing mencerminkan periode sejarah Arab yang berbeda. Warna hitam diasosiasikan dengan kekhalifahan Rashidun dan Abbasiyah, sedangkan warna putih merepresentasikan masa Bani Umayyah.

Berikutnya, warna hijau melambangkan Dinasti Fatimiyah, dan warna merah berasal dari dinasti Hashemite, penerus Dinasti Rashidun yang diasosiasikan dengan Nabi Muhammad dan Islam secara keseluruhan. Teori lain muncul dari puisi abad ke-14 oleh penyair Irak, Safi al-Din al-Hilli, yang berbunyi, "putihkanlah tindakan kita, hitamkanlah pertempuran kita, hijaukanlah ladang kita, dan merahkanlah pedang kita."

2 dari 4 halaman

Adanya Simbolis Tertentu

Diperkirakan bahwa kombinasi warna-warna tersebut pertama kali digunakan pada 1916 pada bendera Pemberontakan Arab melawan Kekaisaran Ottoman, yang dirancang oleh diplomat Inggris Sir Mark Sykes.

"Terdapat kesamaan tertentu di antara banyak negara Arab," ungkap Profesor Podeh. "Ini mencerminkan adanya simbolisme tertentu, keterkaitan, persamaan, dan kesamaan masyarakat di wilayah ini saat ini. Ini bukan hanya masalah bahasa Arab semata."

Podeh juga menjelaskan bahwa hal ini sangat relevan bagi UEA karena benderanya dirancang dengan menggunakan warna tradisional Arab. Saat kita berbicara tentang warna tradisional Arab, tambahnya, kita merujuk tidak hanya pada warna pan-Arab, tetapi juga pada warna-warna yang memiliki makna Islami.

"Ini merujuk kembali pada era Nabi Muhammad, yang diwakili oleh warna hijau, dan ke Kekaisaran Ottoman yang diwakili oleh warna merah. Hal ini sangat relevan dengan sejarah dan identitas kita," terangnya.

"Selain itu, penting untuk dicatat, menurut saya, bahwa setidaknya di masa lalu, seringkali terjadi perubahan pada bendera-bendera di berbagai wilayah."

Sebagai contoh, katanya, adalah negara seperti Irak dan Suriah, walaupun ada pengecualian seperti Lebanon dan Yordania, dan meskipun Mesir sebagai negara terbesar selalu mempertahankan identitas yang sangat kuat, tetapi mereka pun mengganti bendera mereka.

3 dari 4 halaman

Bendera Bisa Berubah Seiring Waktu

"Ini menunjukkan bahwa simbolisme sering kali terbuka terhadap perubahan, tergantung pada narasi pemimpin saat itu. Setiap kali terjadi pergantian pemerintahan atau perubahan kebijakan, mungkin juga terjadi perubahan simbolisme. Hal ini menandai karakteristik unik dalam dunia Arab secara umum," ungkap Podeh.

Dari 22 anggota Liga Arab, sepuluh di antaranya mengadopsi kombinasi warna hijau, putih, hitam, dan merah dalam bendera mereka. Sebut saja Kuwait, Palestina, Uni Emirat Arab, Suriah, Irak, Yordania, Libya, Sudan, Oman, dan Lebanon.

Di antara 12 negara lainnya, mayoritas cenderung menggunakan salah satu dari empat warna tersebut, terutama merah atau hijau. Sementara, sembilan negara memilih menyertakan simbol-simbol Islam pada bendera mereka, seperti bintang, bulan sabit, atau pedang.

Warna-warna ini dipercaya "mewujudkan keutamaan tertentu, atau apa yang dianggap sebagai keutamaan, termasuk darah perjuangan kolonial, hijau yang melambangkan tanah, dan hitam yang bisa menjadi simbol perlawanan," kata Dr. Anthony Gorman, seorang dosen senior di bidang Islam dan Studi Timur Tengah di Universitas Edinburgh, Inggris.

"Secara pribadi, saya tidak memiliki bendera favorit, tetapi yang menarik bagi saya adalah perubahan dalam desain bendera seiring berjalannya waktu, sejalan dengan perubahan rezim atau orientasi politik. Perubahan ini terlihat di negara-negara seperti Mesir, Suriah, dan Lebanon."

"Bendera sering kali menjadi cermin identitas nasional dan memiliki peran penting dalam menandakan suatu ideologi," tambah Gorman.

4 dari 4 halaman

Makna Warna Bendera Palestina

Sementara itu, berikut makna pada masing-masing warna yang ada pada Bendera Palestina, lapor kanal Regional Liputan6.com, 5 November 2023.

Warna Hitam

Pada masa pra-Islam, bendera hitam merupakan tanda balas dendam. Hitam juga menjadi warna gaya rambut yang dikenakan saat memimpin pasukan ke medan perang. Selain itu, Dinasti Abbasiyah yang memerintah dari Bagdad juga mengadopsi warna hitam sebagai simbol duka atas kerabat Nabi yang terbunuh dan sebagai peringatan Pertempuran Karbala.

Warna Putih

Dinasti Umayyah yang memerintah selama 90 tahun mengartikan putih sebagai warna simbolis mereka untuk pengingat pertempuran pertama Nabi Muhammad di Bagdad. Warna putih juga digunakan untuk membedakan diri mereka dari Abbasiyah. Sebab, saat masa khalifah Abbasiyah, mereka lebih memilih menggunakan putih, bukan hitam sebagai warna berkabung mereka.Warna Hijau

Warna Hijau

Dinasti Fatimiyah didirikan di Maroko oleh Abdullah Al-Mahdi. Lalu, dinasti ini menguasai seluruh wilayah Afrika Utara. Mereka mengambil warna hijau sebagai warna yang melambangkan kesetiaan kepada Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad SAW.

Pasalnya, Ali pernah dibungkus dengan selimut hijau menggantikan Nabi Muhammad untuk mencegah terjadinya pembunuhan. Warna hijau juga digunakan terus-menerus hingga masa pemerintahan Salah Al-Din (Saladin) Al-Ayoubi atau Sultan Saladin, yang juga menggunakan warna kuning dalam konfrontasinya dengan Tentara Salib.

Warna Merah

Khawarij adalah kelompok Islam pertama yang lahir usai pembunuhan Khalifah Utsman III. Mereka membentuk partai republik pertama pada masa-masa awal Islam dengan menggunakan simbol bendera merah.

Selain itu, suku-suku Arab yang berpartisipasi dalam penaklukan Afrika Utara dan Andalusia membawa bendera merah yang menjadi simbol penguasa Islam Andalusia. Pada zaman modern, merah melambangkan Ashraf dari Hijaz dan Hashemites, keturunan Nabi Muhammad.