Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda pernah mengunjungi Bali, mungkin Anda tidak asing dengan istilah "Bali Belly". Pada dasarnya, itu adalah sebutan untuk penyakit "diare pelancong" yang bisa menyerang siapa saja dan kapan saja, serupa dengan apa yang dialami oleh seorang turis asing sekaligus influencer bernama Aili Hillstrom.
Hillstrom, yang merupakan influencer perjalanan dengan jumlah pengikut sebanyak 2,4 juta pengikut di TikTok di @aili.likes.adventure, memutuskan untuk menggali video lamanya saat mengunjungi Bali setahun yang lalu. Melansir NY Post, 14 November 2023, dia memperingatkan pengikutnya agar tidak menontonnya jika mereka merasa jijik, dan meskipun dia merasa malu untuk membagikannya, akhirnya dia mengunggahnya karena menurutnya itu juga lucu.
Baca Juga
"Saya mengalami Bali Belly, dan asal kalian tahu, saya benar-benar tidak siap akan hal ini. Kira-kira setiap sepuluh..." katanya sebelum terburu-buru menuju kamar mandi.
Advertisement
Dia kemudian melanjutkan, "Ini terjadi setiap sepuluh menit, dan itu sangat menyakitkan."
Setelah Aili menyelesaikan perkataannya, suara situasi yang tengah terjadi di dalam toilet saat dia merekam dirinya sendiri terdengar jelas. Klip tersebut telah ditonton lebih dari 1,8 juta kali, dan banyak yang menilai klip tersebut sebagai sesuatu yang "menjijikan".
"Suara (buang air besar) nya (sangat besar)," tulis seseorang dengan emoji tertawa.
"Aku tidak bisa berhenti tertawa," kata yang lain.
"Saya hanya bisa membayangkan betapa mengerikannya rasanya," tulis akun lainnya di kolom komentar, yang mendapat tanggapan langsung dari Aili, "Seperti (ditusuk) pisau."
Â
Sakit Kepala sampai Dehidrasi
Meskipun Aili menggambarkan pengalaman itu sebagai "pengalaman terburuk sepanjang hidupnya", dia juga menekankan bahwa hal itu tidak boleh menghalangi orang untuk mengunjungi lokasi populer tersebut.
"Saya tidak tahu apa itu Bali Belly sampai unggahan ini dibuat, dan ketika Anda berlari, saya tidak yakin ujung mana yang akan keluar," canda seseorang.
Dokter sekaligus pendiri Femma, yang merupakan layanan kesehatan digital asal Australia bernama Emma Rees, memberikan penjelasan mengenai Bali Belly. Dia menyatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh konsumsi bakteri dari makanan atau air yang terkontaminasi dan bisa bertahan hingga lima hari.
"Anda mungkin mengalami diare, sakit perut, keringat panas dan dingin, serta nyeri sendi," ungkapnya baru-baru ini kepada news.com.au. "Sakit kepala juga merupakan gejala yang mungkin terjadi, dan ini dapat mengindikasikan dehidrasi yang merupakan risiko klinis utama diare pada pelancong."
Keterangan ini juga senada dengan klaim yang sering diutarakan oleh Southern Cross Travel Insurance (SCTI), yang menjadi fenomena umum di kalangan warga Australia. "Indonesia memang mempunyai banyak keindahan untuk ditawarkan, namun Bali Belly jelas bukan salah satunya," tambah CEO SCTI, Jo McCauley, dalam wawancaranya dengan news.com.au.
Advertisement
Banyak Dialami Turis
"Meskipun penyakit ini dapat hilang dalam hitungan hari, kasus yang lebih serius memerlukan rawat inap jika Anda mengalami dehidrasi parah," ungkap McCauley.
Terdapat peningkatan signifikan dalam penjualan polis asuransi perusahaan untuk perjalanan ke Indonesia, naik sebesar 38 persen dibandingkan sebelum pandemi. Bali belly yang menyumbang 24 persen dari total klaim yang diterima pada 2023, menunjukkan bahwa dampak penyakit ini terus menjadi perhatian serius bagi pelancong yang berkunjung ke destinasi ini.
Di sisi lain, seorang turis asal Irlandia menggambarkan pengalaman yang dialaminya sebagai "bukan lelucon' hanya tiga hari setelah berkunjung ke Bali.
"Jadi, dari pengalaman saya memiliki Bali Belly, justru banyak orang yang tidak memberi tahu Anda tentang mengidap penyakit ini," ungkap Tammy Whelan dalam video TikTok.
"Anda tidak boleh berada lebih dari empat meter dari toilet, dan maksud saya, Anda akan mengeluarkan banyak cairan baik dari mulut dan bagian belakang tubuh Anda pada saat yang bersamaan." "Memikirkan makanan akan membuat Anda sakit secara fisik, dan Anda akan mengalami dehidrasi parah, yang pada gilirannya, akan membuat Anda berhalusinasi," terangnya.
Â
Hati-Hati Memilih Makanan dan Minuman
Dr. Rees memberikan saran praktis terkait kondisi ini, terutama saat berada di negara-negara di mana diare sering terjadi, seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja.
"Pastikan Anda minum air yang disaring, direbus, atau dibotolkan. Hindari es karena bisa dibuat dari air yang terkontaminasi, begitu pula salad dan buah-buahan yang mungkin dicuci dengan air yang terkontaminasi," katanya, menekankan pentingnya kehati-hatian dalam konsumsi makanan dan minuman untuk mencegah masalah kesehatan seperti Bali Belly.
"Jika bisa, cuci kembali barang-barang tersebut dengan air kemasan atau air yang disaring. Hindari prasmanan dengan makanan yang disimpan dalam suhu ruang karena makanan dapat menghangat hingga suhu optimal bagi bakteri untuk berkembang biak. Pastikan Anda makan dan minum di tempat yang memiliki reputasi baik," tegasnya.
Bali Belly, diare para pelancong ini sebenarnya sangat umum terjadi, dan Dr. Rees mengungkapkan bahwa antara sepertiga hingga setengah dari wisatawan akan mengalaminya. Perusahaan asuransi perjalanan Cover-More melaporkan bahwa tim medisnya membantu 1.174 warga Australia yang mengidap gastroenteritis atau Bali Belly pada 2022, dengan 112 kasus terjadi di Bali.Â
Advertisement