Sukses

Festival Film Imaji Tari, Ruang Kolaborasi Sineas dan Para Koreografer yang Dinamis

Koreografi biasanya akan ditampilkan melalui pementasan dalam sebuah panggung, tapi sebuah festival film bertajuk ‘Imaji Tari’ ingin menghadirkan sebuah ruang untuk memperluas media berekspresi para koreografer dengan berkolaborasi bersama pembuat film.

Liputan6.com, Jakarta - Ekspresi diri yang dituangkan dalam karya seni hadir dalam berbagai bentuk, seperti tulisan, visual, suara, ataupun pengungkapan perasaan melalui gerak tubuh dalam seni tari. Pertunjukannya biasanya ditampilkan melalui pementasan langsung di panggung, tapi festival film bertajuk 'Imaji Tari' ingin menghadirkan sebuah ruang berekspresi yang lebih luas bagi para koreografer dengan berkolaborasi bersama pembuat film.

"Ini adalah festival film tari atau dance film yang modanya itu adalah kompetisi dan dibuka dengan skala internasional. Tahun 2023 ini sudah menjadi penyelenggaraannya yang kelima sejak pertama kali pada 2018," ungkap Josh Marcy, Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta, kepada Liputan6.com, saat ditemui di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu, 15 November 2023.

Pada tahun ini, festival ini menjadi salah satu rangkaian acara Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON). Ada 849 film yang dikumpulkan oleh para sineas dari berbagai negara. Durasinya beragam dan tanpa batasan. Josh mengungkapkan bahwa film tersingkat berdurasi 4 menit, paling lama 1,5 jam, dengan rata-rata durasi berada di 15 menit.

Setelah melalui proses kurasi, 30 film yang lolos seleksi di-screening dari 14 November 2023--17 November 2023. Pada hari puncak, panitia juga menggelar diskusi film tari di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, yang membahas tentang praktik, refleksi, dan konteks dari film tari.

Setelah itu, film-film tersebut melalui proses penjurian oleh Yuki Aditya seorang pengamat film dan Yola Yulfianti yang merupakan seorang koreografer. Enam film tari terbaik diumumkan saat malam penghargaan pada 18 November 2023, di XLab - Produksi Film Negara (PFN) Otista, Jakarta Timur. 

 
2 dari 4 halaman

Belum Ada Penajaman Mengenai Definisi Film Tari

Pada festival film ini, bentuk kolaborasi bukan sekadar merekam orang menari, tapi akan terjadi peleburan pikiran antara  para sutradara film memahami prinsip dalam menari serta pandangan para koreografer soal kerja sinema. 

"Kalau di panggung, kita melihat peristiwa penampilan yang utuh, tapi bagaimana di sini kita dapat menggabungkan kedua hal tersebut yang bisa diidentifikasi sebagai film tari," ucap Josh.

Lebih lanjut, Josh menyatakan bahwa saat ini belum ada penajaman mengenai apa yang sebetulnya disebut dengan film tari. "Film tari sebetulnya sering didiskusikan, tapi sampai sekarang belum jelas, belum ada penajaman yang khusus yang kemudian kita bisa mendefinisikan apa itu film tari," katanya.

Ia juga mengungkapkan, bahwa diskusi mungkin lebih berkembang utamanya ketika membicarakan tentang film tari yang biasanya masuk sebagai kategori film eksperimental. "Imaji Tari sendiri juga merupakan gerakan festival film eksperimental yang basisnya adalah pembacaan melalui praktik koreografi atau tari," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Jakarta International Contemporary Dance Festival

"Umum biasanya yang dibayangkan oleh publik tentang film experimental lantas tidak ada alur cerita, tapi sebenarnya tidak demikian," ungkapnya."Di beberapa film itu abstrak, tapi beberapa film lainnya linear dengan awalan dan konflik," ia menambahkan.

Sejak 2021, Imaji Tari mulai bergabung dengan JICON setelah sebelumnya merupakan program Dewan Kesenian Jakarta yang terpisah. Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON) adalah sebuah festival tari yang diinisiasi oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta yang ingin menyuarakan ragam eksperimentasi dalam koreografi dengan menghubungkan berbagai bentuk karya artistik dan eksperimental di dalam kehidupan masyarakat urban.

"Harapan saya sebagai seniman tari dan sebagai komite tari, kita bisa membicarakan tari itu dengan lebih sering. Dan bukan hanya membicarakan tari sebagai pandangan yang sempit tapi juga pandangan yang luas, pandangan yang terhubung dengan disiplin, praktik, konteks, dan realitas sosial lainnya, yang tidak perlu tunggal," tutur Josh.

Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta mengusung "Tari dan Spiritualisme dalam Konteks Urban" sebagai tema utama program 2023, dengan Jakarta International Contemporary Dance Festival menjadi program puncak tahun ini. Festival tersebut mengangkat "SPHERE" sebagai tema di tahun ketiga penyelenggaraannya. 

4 dari 4 halaman

Setiap Orang Menari dalam Kehidupan

Ia juga mengungkapkan bahwa penting untuk lebih sering mendiskusikan tari. Ia beralasan walaupun tidak semua orang pada akhirnya menjadi penari, setiap orang sebetulnya mengalami tarian dalam keseharian hidup.

“Dalam keseharian kita, misalnya kita pakai busway ke mana-mana itu sebetulnya kita sedang mengalami tari dari konteks perkotaan, lalu kemudian tubuh kita dikoreografi oleh Kota Jakarta ini. Itu sebetulnya adalah koreografi karena tubuh kita diarahkan dan diatur," tutur Josh.

Sementara, JICON 2023 dilaksanakan di beberapa titik, bukan hanya di satu panggung utama. "Agar pembicaraan mengenai tari tidak hanya terjadi di Komplek Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian Jakarta, tapi kemudian kita bisa muncul di UI dan dibicarakan oleh para mahasiswa, di Kalipasir, dan jadi pembicaraan warga setempat," ia menjelaskan.

Hal-hal yang sporadis ini punya arti yang lebih dan luar biasa untuk JICON 2023. "Harapan setelah JICON 2023 dilaksanakan, perbincangan ini bisa kita gulirkan, kita tajamkan bersama-sama, dan saya percaya JICON 2023 tidak hanya perlu menjadi selebrasi yang hanya selesai pada 18 November 2023, tapi JICON 2023 adalah pergerakan bersama," katanya.