Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Cakrabuana yang Dikramatkan, Saksi Bisu Peradaban Sunda

Gunung Cakrabuana merupakan salah satu gunung yang dikramatkan dan menjadi saksi bisu peradaban Sunda. Pada masa perang Kemerdekaan tempat ini adalah jalur utama Long March Divisi Siliwangi menuju Yogyakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Cakrabuana merupakan salah satu gunung di Jawa Barat. Gunung ini memiliki ketinggian 1721 mdpl. Gunung Cakrabuana menjadi tapal batas antara tiga kabupaten yakni Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Majalengka. 

Terdapat sejumlah tanaman endemik di Gunung Cakrabuana, salah satunya aren. Bahkan ada satu desa di kaki gunung yang bisa menghasilkan 1,5 ton gula merah per hari.

Masih banyak hal mengenai Gunung Cakrabuana selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Cakrabuana yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (17/11/2023).

1. Penting Bagi Peradaban Sunda

Mengutip dari laman Wikimapia, Gunung ini memiliki sejarah penting dalam perjalanan peradaban Sunda. Pada masa lalu merupakan tapal batas antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, ini terlihat pada situs tugu batu jejer yang berada di puncak gunung ini.

Pada masa perang Kemerdekaan tempat ini adalah jalur utama Long March Divisi Siliwangi menuju Yogyakarta dan saat kembali dari Yogyakarta. Dan di tempat inilah terjadi pertempuran antara Pasukan TNI Siliwangi melawan pemberontak DI/TII yang menewaskan banyak prajurit TNI yang baru tiba dari Yogyakarta

Karena merupakan daerah strategis yang dikuasai DI/TII maka gunung ini termasuk ke dalam sasaran operasi TNI yang bernama Pagar Betis untuk menumpas pemberontak DI/TII. Saat ini Cakrabuana merupakan tapal batas antara 3 kabupaten yaitu Kabupaten Garut (Malangbong), Kabupaten Tasikmalaya (Pagerageung) dan Kabupaten Majalengka (Lemah Sugih).

 

2 dari 4 halaman

2. Diusulkan Jadi Taman Hutan Raya

Kawasan Gunung Cakrabuana telah diusulkan agar status Hutan Produksi Terbatas yang dikelola Perhutani menjadi Taman hutan raya (Tahura) oleh masyarakat di lima kabupaten yang ada di sekitar kawasan tersebut, antara lain Kabupaten Garut, Sumedang, Tasikmalaya, Majalengka dan Ciamis yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat riset (penelitian), rekreasi, konservasi, dan tempat pengembangan budaya.

3. Batas Alami Daerah Aliran Sungai

Gunung Cakrabuana juga menjadi batas alami antara Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk di sebelah utara serta DAS Citanduy di sebelah selatan lereng gunung. Dengan kata lain, puncak beserta punggung-punggung Gunung Cakrabuana adalah batas hidrologi (drainage divide) bagi dua daerah aliran sungai yang berlawanan arah yaitu utara dan selatan.

DAS Cimanuk mengalirkan alirannya menuju pesisir utara dan bermuara di Laut Jawa sementara DAS Citanduy mengalirkan alirannya menuju pesisir selatan pulau Jawa dan bermuara di perairan samudera Hindia. Aliran permukaan pada lereng utara gunung Cakrabuana bergabung bersama aliran hulu Cimanuk dari arah selatan hingga bermuara pada waduk Jatigede.

Sedangkan aliran permukaan pada lereng selatan gunung Cakrabuana yang merupakan bagian dari hulu DAS Citanduy ini mengalirkan alirannya menuju lembah di daerah Sukaresik, Tasikmalaya. 

3 dari 4 halaman

4. Gunung Cakrabuana Membelah 4 Kabupaten

Pendakian Gunung Cakrabuana yang berdiri kokoh membelah empat kabupaten di Jawa Barat, yakni jalur Bunar Kecamatan Pageurageung Tasikmalaya. Jalur Sukanyiru Kecamatan Wado, Sumedang. Jalur Cakrawati Lemah Putih, Kecamatan Lemahsugih, Majalengka, dan melalui barat Kecamatan Malangbong, Garut.

5. Gunung Sakral yang Dikramatkan

Putra dari Prabu Siliwangi yaitu Pangeran Walangsungsang di Usia Remaja sempat keluar dari Keraton Pajajaran. Ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, lalu mencari ilmu agama Islam.

Dalam pengembaraannya itu ia naik turun gunung di banyak tempat, menelusuri hutan belantara gunung yang salah satunya adalah Gunung Cakrabuana. Ia sempat tersesat hingga membuat peta dengan menandai tempat dengan simbol goresan kuat di atas batu.

Pangeran Walangsungsang dijuluki sebagai Pangeran Cakrabuana, juga Gunung Cakrabuana pun dikeramatkan sebagai Gunung Cakrabuana hingga sekarang. Tidak aneh jika Gunun Cakrabuana dikenal angker dan mistis serta disakralkan.

4 dari 4 halaman

6. Petilasan dan Jadi Tempat Kumpul Para Wali

Di Wilayah Teja (Lemahsugih) terdapat bekas tempat persemayaman tokoh terkenal julukan Ki Jago. Di Lereng Timur ada Candi Batu Lawang. Bekas Para Pendeta Agama Hindu Bersemayam Hyang.

Mengutip dari laman Radar Majalengka, Jumat (17/11/2023), Gunung Cakrabuana juga menjadi tempat para wali berkumpul. Hal itu diungkapkan sesepuh Kampung Pangkalan Pagerageung. Adanya petilasan tempat berkumpul para wali, ditandai dengan adanya genangan air atau kulah yang tidak pernah kering walau kemarau. 

Genangan air tersebut, berada di lokasi yang sangat tinggi dan umumnya sudah tidak ada sumber air. Menurut keterangan sesepuh, kulah mejadi sumber air wudhu untuk kebutuhan shalat.

Hingga saat ini, dikenal 10 petilasan dan makam yang ada di Gunung Cakrabuana, seperti Ki Cakra atau Sanghyang Wenang yang ada di Puncak Gunung Cakrabuana.

Sanghyang Prabu Wirakanca yang juga makamnya ada di puncak Gunung Cakrabuana. Eyang Prabuwisesa, Sunan Cakrabuana atau Pangeran Walangsungsang juga memiliki petilasan di sini.

Lalu Sunan Munding Darak Sangkana Carana, petilasannya di Gunung Sirah Cacaban Cakrabuana. Di Cihiku Gede Cakrabuana juga terdapat makam Sunan Batara Kalanta. Sedangkan di Gunung Sirah Cikabeet Cakrabuana, ada makam Sunan Gagak Carambang.