Liputan6.com, Jakarta - Perang di Gaza telah berlangsung selama lebih dari sebulan, membuat lebih dari 11 ribu orang Palestina, sebagian besarnya perempuan dan anak-anak, dilaporkan meninggal dunia. Di waktu-waktu mengerikan ini, informasi hoaks terkait perang Israel-Hamas disebut meningkat.
Mengutip The News, Kamis, 16 November 2023, ini termasuk rekaman palsu tentang perempuan yang tetap diserang setelah meninggal dunia dan "pesawat layang parasut" Hamas yang sebenarnya adalah video lama paralayang Mesir.
Baca Juga
Menambah panjang daftar tersebut, informasi bohong terbaru dilaporkan membuat banyak orang marah dan frustasi karena Pasukan Pertahanan Israel (IDF) "mendorong propaganda di tingkat negara," kata publikasi itu.
Advertisement
Di sebuah unggahan X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, yang tersebar baru-baru ini, IDF mengatakan juru bicaranya Laksamana Muda Daniel Hagari berjalan melalui salah satu "terowongan teroris bawah tanah Hamas, hanya untuk keluar di rumah sakit Rantisi di Gaza di sisi lain."
"Di dalam terowongan ini, Hamas bersembunyi, beroperasi, dan menyandera (orang) Israel di luar keinginan mereka," katanya dalam rekaman tersebut.
Ketika juru bicara IDF berhasil melewati tempat itu, ia tiba di sebuah ruangan yang diklaim sebagai tempat para anggota Hamas menyandera orang yang diculik pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok tersebut menyerang Israel. "Kami sedang melakukan operasi melawan Israel," kata juru bicara tersebut sambil menunjuk kertas berisi huruf-huruf Arab yang dipaku di dinding.
Â
Padahal Kalender Biasa
Benda itu disebut sebagai "daftar berjaga di mana setiap teroris menuliskan nama dan mereka memiliki giliran menjaga sandera di sini." Ketika militer Israel mengunggah video tersebut di akun X-nya, orang-orang dengan cepat menyatakan bahwa mereka perlu belajar bahasa Arab karena mereka dikelilingi negara-negara berbahasa Arab.
Salah satunya datang dari Mohammad Zubair yang mengatakan itu bukan jadwal jaga sandera, namun hanya kalender berbahasa Arab, tidak lebih. Sebelum ini, surat kabar Israel, Jerusalem Post, memicu kemarahan online setelah menerbitkan artikel yang memberi tahu pembacanya cara membuat stres akibat perang Israel-Hamas dapat membantu mereka menurunkan berat badan.
Menurut laporan NY Post, media Israel itu mempromosikan artikel yang dimaksud di akun media sosialnya dengan tagar #Israel, #HamasTerrorist, #Gaza, dan #weightloss. "Stres dan kecemasan yang terus berlanjut di Israel telah menyebabkan penambahan berat badan bagi banyak orang, namun memahami cara kerja stres sebenarnya dapat membantu menurunkan berat badan sekaligus menjaga kesehatan secara keseluruhan," bunyi subjudul artikel tersebut, dikutip dari Says, 13 November 2023.
Advertisement
Artikel Dihapus
Setelah kritik daring meluas, publikasi itu menghapus artikel tersebut. Pemimpin redaksi Jerusalem Post, Avi Maye, mengklaim bahwa artikel tersebut diterbitkan secara tidak sengaja.
"Artikel yang dipermasalahkan diproduksi outlet saudara kami yang berbahasa Ibrani, Walla News, dan diunggah ke situs web kami menggunakan mekanisme terjemahan otomatis," sebut Maye.
Ia menambahkan, "Itu tidak memenuhi standar editorial kami dan karenanya dihapus setelah staf kami mengetahui hal tersebut."Â Artikel ini awalnya ditulis Dr Raz Hagoel, seorang dokter Israel yang memiliki klinik medis penurunan berat badan.
"Berjam-jam dihabiskan di depan televisi, kurangnya aktivitas fisik, dan makan secara emosional untuk mencari kenyamanan semuanya membuat sulit untuk menjaga pola makan yang sehat," tulis Hagoel do artikel tersebut. Ia menambahkan bahwa "kurang tidur akibat stres yang dialami selama dua minggu terakhir dapat menyebabkan obesitas."
Hagoel melanjutkan, "Warga Israel yang bersembunyi di tempat perlindungan bom ketika roket dan rudal Hamas menghujani kota-kota mereka dapat merasa terhibur dengan kenyataan bahwa periode saat ini sebenarnya dapat memberi peluang untuk mengatasi masalah obesitas dan tetap sehat."
Konten Tidak Sensitif
Dokter juga menulis bahwa stres dan kecemasan masa perang dapat menyebabkan gangguan perut, menyebabkan orang menghindari atau mengurangi asupan makanan dan berpotensi menurunkan berat badan. Bahasan ini dinilai tidak sensitif, mengingat banyak warga Gaza dilaporkan kehabisan makanan dan kebutuhan pokok lain.
Warga Gaza yang mengungsi akibat pengeboman Israel bahkan dikatakan terpaksa mandi dan mencuci di air laut yang tercemar, dikutip dari Al Jazeera, 10 November 2023. Salah satu sekolah, tempat puluhan keluarga berjejal mengungsi, dilaporkan dekat dengan Laut Mediterania, dan karena kurangnya air bersih, sebagian keluarga dan anak-anak mereka akan pergi ke pantai untuk mandi dan mencuci pakaian.
Sejumlah bantuan telah diizinkan masuk ke wilayah kantong tersebut melalui penyeberangan Rafah dalam beberapa hari terakhir, namun Israel terus melarang masuknya bahan bakar. Satu-satunya pabrik desalinasi di Gaza tidak berfungsi karena kekurangan bahan bakar. Jalur pantai tersebut, yang telah diblokade selama 17 tahun oleh Mesir dan Israel, telah memperlihatkan "kehancuran yang mengejutkan," menurut publikasi itu.
Advertisement