Liputan6.com, Jakarta - Seorang seniman dan aktivis antiperang asal Rusia, Sasha Skochilenko, yang berusia 33 tahun dan berasal dari St Petersburg, baru-baru ini divonis penjara selama tujuh tahun. Hukuman tersebut diberikan karena aksinya mengganti label harga di supermarket dengan pesan antiperang.
Skochilenko telah ditahan sejak April tahun lalu dan dianggap bersalah karena menyebarkan "informasi palsu" tentang tentara Rusia, dilansir dari BBC, Kamis, 16 November 2023. Aksinya ia lakukan beberapa minggu setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Baca Juga
Ia memprotes keputusan pemerintah Rusia dengan mengganti label harga di supermarket St Petersburg. Tindakan kecil yang diilhami oleh kelompok feminis, mencoba menyampaikan pesan anti-perang melalui label yang digantinya.
Advertisement
Salah satu label pengganti yang dipasang berbunyi, "Tentara Rusia mengebom sebuah sekolah seni di Mariupol. Sekitar 400 orang bersembunyi di dalamnya."
Sementara, label lainnya menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap tindakan agresif Rusia dengan menyatakan, "Kakek buyut saya tidak berperang dalam Perang Dunia II selama empat tahun agar Rusia bisa menjadi negara fasis dan menyerang Ukraina."
Meskipun pengacaranya telah memohon pembebasannya, mengacu pada penyakit kronis yang dideritanya yang dapat mengancam nyawanya di dalam penjara, Skochilenko tetap dihukum. Skochilenko mengakui tuduhan yang dialamatkan padanya.Â
Dalam pernyataan penutupnya di pengadilan, seniman itu memberikan nada menantang, mempertanyakan kepercayaan jaksa terhadap negara dan masyarakat. Dia mengajukan pertanyaan mengenai kecilnya kepercayaan yang dimiliki oleh jaksa terhadap ketahanan negara dan keamanan publik.Â
Dianggap Mendiskreditkan Tentara Rusia
Skochilenko mengungkapkan keraguan mengenai apakah lima lembar kertas kecil (label harga) yang digunakannya benar-benar dapat merusak keamanan dan ketertiban.
"Begitu kecil kepercayaan yang dimiliki jaksa kita terhadap negara dan masyarakat kita, jika dia berpikir bahwa keamanan negara dan publik kita dapat dirusak oleh lima lembar kertas kecil?" ujarnya.
Skochilenko juga menegaskan tekadnya untuk mempertahankan pendiriannya. "Katakan sesukamu, saya salah atau saya dicuci otaknya, tapi saya akan mempertahankan pendapat dan kebenaran saya."
Hakim menjatuhkan vonis kepada Skohilenko karena dianggap "mendiskreditkan tentara Rusia" berdasarkan undang-undang represif yang diterapkan setelah invasi. Persidangan yang berlangsung selama 1,5 tahun ini menjadi salah satu persidangan pertama yang diterapkan berdasarkan undang-undang baru tersebut.
"Pada awalnya, penyelidikan memakan waktu lama. Jaksa perlu menemukan beberapa bukti di suatu tempat," ungkap pengacara Sasha Skohilenko, Yana Nepovinnova.
Sementara itu, saudari Sasha, Anna Skohilenko, memberikan pandangan yang lebih personal tentangnya, menggambarkannya sebagai "simbol segala sesuatu yang dibenci pihak berwenang (Rusia)". Anna menyoroti beberapa aspek dari identitas Sasha yang dianggap kontroversial oleh pihak berwenang, termasuk sisi artistiknya, kepekaannya, orientasi seksualnya sebagai seorang lesbian, dan kenyataan bahwa dia memiliki nama keluarga Ukraina.
Advertisement
Undang-Undang Mengontrol Rezim
Dia mengkhawatirkan kondisi adik perempuannya yang bisa meninggal di penjara karena kondisi kesehatan kronis yang dialaminya. Skohilenko diidentifikasi menderita penyakit celiac dan kelainan jantung yang menyebabkan jantungnya berhenti berdetak selama dua hingga tiga detik.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengawasi penindasan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap oposisi dalam negeri, seiring dengan invasi penuh skala ke Ukraina. Undang-undang yang digunakan untuk menghukum Skochilenko telah diterapkan untuk menyerang sejumlah kritikus rezimnya.
Pada bulan lalu, jurnalis Marina Ovsyannikova, yang memprotes langsung keputusan menginvasi Ukraina di televisi pemerintah, dijatuhi hukuman penjara 8,5 tahun secara in absensia (pemeriksaan suatu perkara tanpa kehadiran pihak tergugat). Pada April 2023, aktivis oposisi Inggris-Rusia, Vladimir Kara-Murza, dihukum penjara selama 25 tahun karena kritiknya terhadap perang.
Di sisi lain, masih dalam konteks perang, penyerangan Israel terhadap Gaza telah berlangsung selama lebih dari sebulan, membuat lebih dari 11 ribu orang Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dilaporkan meninggal dunia. Di waktu-waktu mengerikan ini, informasi hoaks terkait perang Israel-Hamas disebut meningkat.
Mengutip The News, Kamis, 16 November 2023, ini termasuk rekaman palsu tentang perempuan yang tetap diserang setelah meninggal dunia dan "pesawat layang parasut" Hamas yang sebenarnya adalah video lama paralayang Mesir.
Hoaks Jadwal Hamas Jaga Sandera Perang, padahal Cuma Kalender Berbahasa Arab
Menambah panjang daftar tersebut, informasi bohong terbaru dilaporkan membuat banyak orang marah dan frustasi karena Pasukan Pertahanan Israel (IDF) "mendorong propaganda di tingkat negara," kata publikasi itu.
Di sebuah unggahan X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, yang tersebar baru-baru ini, IDF mengatakan juru bicaranya Laksamana Muda Daniel Hagari berjalan melalui salah satu "terowongan teroris bawah tanah Hamas, hanya untuk keluar di rumah sakit Rantisi di Gaza di sisi lain."
"Di dalam terowongan ini, Hamas bersembunyi, beroperasi, dan menyandera (orang) Israel di luar keinginan mereka," katanya dalam rekaman tersebut.
Ketika juru bicara IDF berhasil melewati tempat itu, ia tiba di sebuah ruangan yang diklaim sebagai tempat para anggota Hamas menyandera orang yang diculik pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok tersebut menyerang Israel. "Kami sedang melakukan operasi melawan Israel," kata juru bicara tersebut sambil menunjuk kertas berisi huruf-huruf Arab yang dipaku di dinding.
Benda itu disebut sebagai "daftar berjaga di mana setiap teroris menuliskan nama dan mereka memiliki giliran menjaga sandera di sini." Ketika militer Israel mengunggah video tersebut di akun X-nya, orang-orang dengan cepat menyatakan bahwa mereka perlu belajar bahasa Arab karena mereka dikelilingi negara-negara berbahasa Arab.
Salah satunya datang dari Mohammad Zubair yang mengatakan itu bukan jadwal jaga sandera, namun hanya kalender berbahasa Arab, tidak lebih. Sebelum ini, surat kabar Israel, Jerusalem Post, memicu kemarahan online setelah menerbitkan artikel yang memberi tahu pembacanya cara membuat stres akibat perang Israel-Hamas dapat membantu mereka menurunkan berat badan.
Advertisement