Liputan6.com, Jakarta - Aroma alias wewangian bisa jadi media penyimpan memori. Berangkat dari keyakinan tersebut, Rumah Atsiri meluncurkan Scent of Wonderful Indonesia, yakni produk minyak atsiri yang aromanya akan mengingatkan siapapun tentang Indonesia.
Natasha Clarine, pendiri Rumah Atsiri Indonesia, menyebut ada empat bahan lokal yang menjadi komponen utama minyak atsiri alias essential oil dimaksud, yakni serai, lemon, patchouli alias nilam, dan pala. Keempatnya dianggap paling merepresentasi bebauan khas Indonesia.
"Tantangannya mungkin karena kita harus menggabungkan aroma, cari komposisi yang tepat. Kedua, menyelaraskan narasi tujuan dengan ingredient. Mungkin bukan tantangan ya, tapi keseruannya di situ," ucap Natasha dalam peluncuran Scent of Wonderful Indonesia di Sarinah, Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Advertisement
Ia pun menerangkan alasan pemilihan keempat bahan tersebut. Minyak nilam, misalnya, adalah produk minyak atsiri terbaik Indonesia yang banyak diburu brand-brand parfum mahal dunia. Aceh menjadi penghasil minyak nilam terbaik di Indonesia yang kemudian diekspor ke luar negeri.
"Minyak nilam ini memiliki karakter seperti wine. Semakin lama, aromanya akan semakin baik... Minyak ini tidak bisa disintetiskan," ia menjelaskan seraya menambahkan bahwa minyak itu ramah bagi kulit sensitif.
Sementara, pala adalah rempah andalan Indonesia yang diperebutkan banyak negara sejak masih berupa Nusantara. Pala, kata Natasha, punya aroma yang sifatnya menenangkan. Lemon dan serai adalah kombo yang bisa menyegarkan. Dengan kombinasi itu, ia berharap aroma yang dihasilkan akan menyegarkan di awal tetapi menenangkan di akhir.
Proses riset hingga mendapatkan formulasi paten itu disebutkannya membutuhkan waktu sekitar sebulan. Minyak esensial itu saat ini belum dijual untuk umum, walau sudah ada rencana memproduksi beragam produk turunannya, seperti parfum dan wewangian lainnya. "Masih diplomatic scent," ucapnya.
Â
Berkolaborasi dengan Kemenparekraf
Rumah Atsiri Indonesia berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan minyak atsiri itu. Logo Wonderful Indonesia pun terpasang di kemasan. Warna ungu menjadi elemen utama yang dipakai karena mewakili logo Wonderful Indonesia dan indra penciuman.
Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini menjelaskan pemakaian logo harus mengikuti panduan yang ditetapkan. "Warnanya seperti apa, gradasi seperti apa, dimana boleh memakainya," ia menerangkan sederet aturan.
Selain tampilan luar, pemakaian logo Wonderful Indonesia juga memperhatikan konten. Dalam hal ini, aroma dari produk tersebut mengingatkan orang pada Indonesia.
"Kita harus bangga karena rumah-rumah perfumery di seluruh dunia memakainya. Kalau boleh ngomong brand, misalnya Chanel. Nilai ekspor essential oil nilam terbesar itu dua negara, Swiss dan Prancis. Tapi, apa kita harus terus ekspor bahan baku? Kalau bisa, kita ekspor barang jadi. Semangat ini di-translate melalui produk ini," katanya.
Ia berharap produk tersebut bisa memberi penghasilan yang nyata. Dengan begitu, industri minyak atsiri lokal bisa hidup dan menyerap banyak tenaga kerja. "Saya berharap tentu atsiri Indonesia ini sukses, bisa mengena, memberi inspirasi kepada masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat sadar ternyata Indonesia bisa hasilkan aroma yang sangat wangi," ucapnya.
Advertisement
Bisa Jadi Suvenir hingga Pengharum Ruangan di Bandara
Pada tahap awal, Natasha berencana mendistribusikan produk-produk itu ke sejumlah pemangku kepentingan pariwisata. Ia mencontohkan bandara. Dengan memasang Scent of Wonderful Indonesia, ia berharap siapa pun yang menjejakkan kaki di sana langsung teringat pada Indonesia.
Aktris Marsha Aruan pun mengiyakan. Sebagai traveler, ia kerap menggunakan parfum khusus ketika berkunjung ke suatu tempat atau daerah agar ketika ia mencium aroma serupa, memori perjalanannya bisa teringat kembali.
Aroma, kata dia, juga bisa membantunya mengingat destinasi wisata. "Cotoh Bali, jalan-jalan ke mana pasti ada wangi dupa," katanya.
"Essential oil ini kan bisa dibawa ke mana-mana, aromanya mengingatkan rumah. Jadi ketika kangen Indonesia, cium ini aja. Turis juga bisa beli ini untuk suvenir," sambung dia.
Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, Indonesia menempati peringkat keenam eksportir minyak atsiri terbesar dunia, setelah India, Amerika Serikat, Perancis, Tiongkok dan Brazil). Jenis minyak atsiri yang banyak diekspor adalah minyak atsiri berbasis rempah (dari serai, pala, kayu manis, jahem kapulaga, adas, dan cendana) dengan porsi 58,7 persen, diikuti oleh air distilasi dari essential oil 22,4 persen, minyak atsiri dari citrus 13,2 persen dan minyak atsiri dari mint 5,6 persen.
Butuh Standar Mutu yang Lebih Tinggi
Jenis-jenis minyak atsiri tersebut umumnya digunakan sebagai bahan baku industri, antara lain sebagai bahan perasa dan penguat aroma, parfum, produk rumah tangga dan produk farmasi. Agus Windiarto, Direktur Pelaksana yang membidangi Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) mengatakan, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia hingga April 2021 mencapai USD83,9 juta dengan pertumbuhan sebesar 15,5 persen yoy. Peningkatan ini ditopang oleh meningkatnya harga minyak atsiri yang meroket pada masa pandemi.
Sementara, Kepala Puslit Surfaktan dan Bioenergi IPB University Meika Syahbana Rusli mengatakan potensi minyak atsiri lokal sebagai komponen utama produk wewangian sangat besar. Pemain lokal maupun internasional pun disebutnya sudah cukup banyak yang menggunakan minyak atsiri Indonesia, baik dalam bentuk murni maupun turunannya.
"Misalnya, minyak cengkeh, bisa diproduksi menjadi produk intermediate. Itu sudah banyak dipakai sebagai ingredient untuk fragrance, baik parfum untuk kepentingan manusia, maupun pewangi dalam produk FMCG atau yang dipakai sehari-hari seperti sabun, sampo," ia menjelaskan. Potensi minyak atsiri lain yang layak dilirik adalah dari jenis bunga-bungaan seperti mawar, melati, dan gaharu.
Ia menyebut, industri parfum umumnya membutuhkan produk turunan minyak atsiri yang sayangnya masih terbatas. Menurut dia, cengkeh yang paling berkembang di antara ratusan atau bahkan ribuan bahan baku minyak esensial. Di sisi lain, tidak ada standar yang ketat atau mutlak dari minyak atsiri, khususnya terkait produk turunannya.
Â
Advertisement