Sukses

Pengusaha Pecat 12 Karyawan Usai Ketahuan Berencana Resign Bareng

Pengusaha crepe asal Malaysia, Kieda, baru-baru ini tengah jadi sorotan di jagat maya. Melalui unggahan di akun TikTok @kiedacrepepenang, ia mengungkap telah memecat 12 karyawannya.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha crepe asal Malaysia, Kieda, baru-baru ini tengah jadi sorotan di jagat maya. Melalui unggahan di akun TikTok @kiedacrepepenang, ia mengungkap telah memecat 12 karyawannya.

Dikutip dari World of Buzz, Jumat (1/12/2023), hal ini terjadi setelah Kieda mengetahui bahwa mereka telah menghinanya melalui grup WhatsApp yang dibuat hanya untuk tujuan itu. Di salah satu tangkapan layar percakapan grup yang dibagikan Kieda, para karyawan berencana resign bareng setelah menerima gaji masing-masing.

Penantian mereka terhenti setelah Kieda tahu tentang grup tersebut. "Anda tidak perlu menunggu. Saya meminta Anda mengirimi saya surat pengunduran diri dalam waktu 24 jam ke depan," bunyi keterangan dalam video.

Di tangkapan layar lain, salah satu karyawan di grup WhatsApp memberi tahu Kieda bahwa ia awalnya keluar dari grup, tapi baru-baru ini "ditarik" kembali ke grup tersebut. "Tapi saya tidak pernah membicarakan hal buruk apapun tentang Anda sejak saat itu," katanya pada Kieda.

Kieda telah menghapus unggahan TikTok-nya. Ia tetap teguh dengan keputusannya karena sakit hati saat mengetahui nama-nama panggilan yang dibuat para karyawan di belakangnya. Pendiri Kieda Crepe itu juga membagikan fotonya bersama 12 karyawan tersebut.

"Apa yang telah kulakukan hingga aku pantas menerima pengkhianatan ini?" bunyi keterangan itu.

Ia juga mengungkap harapannya agar 12 karyawan tersebut dapat menemukan perusahaan yang lebih baik dengan lingkungan lebih baik di tempat kerja mereka nantinya. Di unggahan Facebook pada 24 November 2023, ia membagikan foto dirinya di kantor polisi.

2 dari 4 halaman

Komentar Warganet

"Pelajaran bagi mereka yang suka berkumpul dan memanipulasi orang lain untuk menjatuhkan perusahaan," kata Kieda dalam keterangan.

Unggahan tersebut turut jadi perhatian warganet. Beberapa orang memihak Khalieda dan merasa bahwa para karyawannya tidak tahu terima kasih.

Pemilik bisnis lain juga mengatakan bahwa mereka pernah mengalami hal serupa. "Kami juga baru-baru ini terdampak dari orang-orang yang tidak tahu terima kasih. Orang-orang bermuka dua yang berpura-pura di depan kami seolah-olah tidak ada yang salah. Mereka sopan dan baik meski mencaci kami di belakang kami," ungkap warganet itu.

Namun, salah satu warganet merasa bahwa "normal" bagi karyawan untuk membuat grup chat pribadi tanpa atasan mereka. "Ini adalah ruang bagi mereka untuk melampiaskan, mengekspresikan perasaan mereka tanpa batasan dan berkomunikasi dengan santai," kata warganet tersebut.

Ia menambahkan, "Penting bagi kesehatan mental mereka untuk memiliki ruang bebas untuk berkomunikasi dan curhat satu sama lain."

3 dari 4 halaman

Pecat Pegawai yang Mengaku Sakit Tiap Senin

Sebelum ini, seorang pengusaha asal Inggris dibuat pusing kepala. Ia diperintahkan membayar kompensasi puluhan juta rupiah pada mantan karyawannya yang kerap tak masuk setiap Senin dengan alasan sakit.

Christian Donelly, pemilik Acute Barbers di serikat mahasiswa Universitas Cardiff, telah memperingatkan Celine Thorley, karyawannya, untuk tak mengecewakannya setelah ia memberitahu akan menyiapkan pesta Halloween. Keesokan harinya, Thorley mengirim pesan bahwa ia terlalu sakit untuk bekerja di hari Senin.

WalesOnline melaporkan, Christian yang selalu mendapat alasan yang sama merasa muak dengan perilaku Thorley, lalu memecat perempuan itu. Kasus itu kemudian masuk ke meja hijau.

Pengadilan ketenagakerjaan menjelaskan bahwa kejadian itu bermula dari Thorley yang jadi tuan rumah pesta Halloween pada akhir pekan terakhir Oktober 2021. Christian diketahui mengirimkan pesan sebelum akhir pekan yang berbunyi, "Jangan mengecewakan saya pada Senin." 

Namun, pada pagi harinya, Thorley mengirimkan pesan singkat yang menuliskan, "Hai Chris, saya tahu Anda akan marah pada saya, tapi saya tidak dapat bekerja. Maaf, saya benar-benar tidak berpikir saya akan jadi seburuk ini. Saya tidak baik sama sekali. Saya berantakan kemarin dan saya bangun pagi ini dan langsung sakit. Saya benar-benar berpikir saya akan baik-baik saja hari ini ... perut saya sakit dan saya gemetar ... Saya benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur Chris. Maafkan saya!"

4 dari 4 halaman

Bawa ke Jalur Hukum

Chris menyatakan tak menerima alasan itu dan bersedia melepasnya. Respons Chris lantas diprotes Thorley. Chris yang kesal kemudian membalasnya dengan mengatakan selama empat tahun ini, ia selalu mendengar alasan sakit setiap Senin karena Thorley memiliki "akhir pekan yang menyenangkan."

"Aku bisa melakukan apa yang kusuka, percayalah... Aku menjaga toko tetap buka agar bisa membayar upahmu... Jangan datang dan pergilah."

Thorley memperingatkan bosnya bahwa ia akan membawa urusan itu ke pengadilan. Chris pun menanggapinya dengan mengatakan, "Anda sudah diperingatkan. Silakan lanjutkan semua uruan hukum itu."

Thorley akhirnya benar-benar mengajukan tuntutan hukum. Hakim Roseanne Russel akhirnya memerintahkan Chris membayar 3.453 pound sterling (sekitar Rp63 juta) setelah hakim menilai Thorley benar-benar sakit karena menstruasi yang berat.

Atas keputusan itu, Chris mengatakan pada WalesOnline bahwa ia tetap pada pendiriannya karena ada 'pola' Thorley yang selalu mengaku sakit setiap Senin. Namun, ia mengakui bahwa ia semestinya melalui proses yang benar untuk memecat Thorley.