Sukses

LPS Di Indonesia Aja Travel Fair 2023 Hadirkan Ragam Paket Tur Wisata Domestik, dari Destinasi Super Prioritas hingga Desa Wisata

LPS turut mensponsori pameran Di Indonesia Aja Travel Fair 2023 yang menghadirkan beragam paket tur wisata domestik dengan promo diskon dan cashback.

Liputan6.com, Jakarta - Pameran wisata LPS Di Indonesia Aja Travel Fair kembali hadir di penghujung tahun. Berlokasi di Tera Atrium Mal Central Park, Jakarta, ajang yang menghadirkan beragam paket wisata domestik itu berlangsung pada Jumat--Minggu, 1--3 Desember 2023.

Ketua DPP Astindo Pauline Suharno menyatakan bahwa pameran wisata tersebut merupakan kesempatan bagi sejumlah operator tur anggotanya untuk mempromosikan berbagai hidden gem yang layak dikunjungi oleh wisatawan nusantara. Lima destinasi super prioritas, yakni Borobudur, Likupang, Danau Toba, Labuan Bajo, dan Mandalika, diprioritaskan, tetapi masih banyak opsi lain yang bisa dikunjungi wisatawan, seperti desa wisata dan geopark.

"Bisa juga cari tiket kereta api, tiket cruise juga ada, dan tiket pesawat. Ada desa wisata yang jumlahnya beratus-ratus, kita memperkenalkan hidden gem-hidden gem, bukan dari orang luar, tapi dari operator anggota Astindo," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (1/12/2023).

Selayaknya pameran wisata, sejumlah promo dihadirkan, seperti diskon pembelian tiket ke 5 DSP yang nilainya mencapai Rp1 juta. Ada pula cashback Rp500 ribu dengan kuota 100 orang per hari. 

"Dengan banyaknya diskon ini, membantu koreksi harga tiket pesawat yang masih mahal," ujar Pauline.

Pihaknya menargetkan bisa mendatangkan 50 ribu pengunjung dengan nilai transaksi Rp7 miliar selama pameran berlangsung, sama dengan capaian Di Indonesia Aja Travel Fair pada Juni 2023. "Kita target pakai yang bisa di-achieve. Dari bank sponsor juga sudah memperingatkan kalau target harus yang riil, nggak ngada-ngada," ia menjelaskan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Susah-Susah Gampang Jual Desa Wisata

Khusus desa wisata yang ikut berpameran, ia menyatakan setidaknya ada dua faktor yang harus dipenuhi desa wisata tersebut, yakni lokasinya memang layak dikunjungi dan sejalan dengan objek wisata lain. Hal itu mengingat desa wisata masih dianggap memiliki market yang spesifik, kecuali desa wisata tersebut sudah punya nama, seperti Desa Wisata Wae Rebo, Desa Wisata Penglipuran, dan Desa Wisata Pentingsari.

"Harus ada destinasi yang sejalan dengan objek wisata, sehingga bisa melipir untuk sekalian dikunjungi. Soalnya, jualan desa wisata ini gampang-gampang susah," ucapnya.

Sementara, target tersebut disambut baik oleh Ketua PHRI/GIPI Hariyadi Sukamdani. Pihaknya menilai destinasi-destinasi wisata di dalam negeri ideal menjadi tujuan kegiatan study tour atau karya wisata para pelajar. Namun, ia meminta agar event tersebut bisa dijaga keberlanjutannya. "Tanpa kegiatan yang berkelanjutan, agak sulit memperkenalkan paket-paket domestik," ia beralasan.

Pauline menambahkan bahwa pameran yang digelar merupakan upaya pihaknya mendukung capaian target pergerakan wisatawan nusantara tahun ini yang mencapai 1,2--1,4 miliar pergerakan. Ia berharap acara tersebut tidak hanya digelar di Jakarta, tetapi juga bisa dilakukan di kota-kota lain untuk membantu pemerintah menggerakkan ekonomi di daerah.

"Tentunya tidak hanya bermanfaat bagi para exhibitor tetapi juga first timer dari membeli vendor yang terpercaya. Karena travel agent anggota kami, perjalanan pasti terjadi," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Gali Hidden Gem Wisata di Indonesia

Sementara, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mengatakan bahwa libur Natal dan Tahun Baru 2023 menjadi salah satu puncak musim untuk sektor pariwisata. Mengutip proyeksi Kementerian Perhubungan, tahun ini akan adan 104--107 juta pergerakan wisata nusantara yang membuktikan ada gairah wisata domestik.

Ia melihat peluang itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para travel agent untuk memperkenalkan banyak destinasi, terutama yang belum dikenal, ke masyarakat Indonesia. Ia juga menyoroti generasi muda yang suka bepergian untuk healing. "Kalau destinasi-detinasi yang sudah dikenal, tendensinya (wisatawan) tidak akan gunakan travel agent," katanya.

Ia mengingatkan bahwa pada dasarnya, wisatawan cenderung menginginkan sesuatu yang mudah, nyaman, dan gampang. Karena itu, ia meminta para pelaku usaha memberikan penawaran yang sesuai dengan minat wisatawan. Ia juga mendorong para operator tur untuk menyiapkan paket yang bisa mengakomodir seluruh kebutuhan wisatawan, seperti akomodasi, transportasi, dan atraksi wisata.

"Kalau enggak dijahit, kemungkinan wisatawan datang ke tempat yang sama lagi. Kita inginkan adalah mereka pergi ke berbagai tempat... Ini peran dari para travel agent yang perlu kita dorong bersama-sama," sambung Angela.

4 dari 4 halaman

Tulang Punggung Pariwisata

Angela menyatakan bahwa wisatawan nusantara merupakan tulang punggung pariwisata Indonesia. Hal itu terbukti berulang kali, termasuk pada masa pandemi Covid-19. Wisatawan domestik dengan porsi terbesar adalah generasi muda yang senang healing, mampu membantu sektor pariwisata tetap bertahan. 

Ia berharap dengan semakin banyak variasi dan paket yang disiapkan dengan baik, semakin banyak wisatawan domestik yang ingin mengeksplorasi destinasi wisata. Mereka pun bisa lebih lama tinggal sehingga lebih banyak lagi pengeluaran yang menggerakkan perekonomian daerah tujuan.

Odo RM Manuhutu, Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves berharap lewat pameran tersebut, semakin banyak destinasi-destinasi wsiata baru di Indonesia yang ditemukan dan diperkenalkan oleh dan untuk orang Indonesia. "Banyak kejadian, destinasi itu ditemukan turis asing, bukan warga Indonesia sendiri," katanya.

Ia berharap wisatawan nusantara semakin diberdayakan untuk menopang sektor pariwisata Indonesia. Belajar dari pengalaman global, negara-negara yang mengandalkan wisatawan domestik di masa pandemi terbukti lebih tahan banting, seperti Jepang, Inggris, Prancis, dibandingkan negara-negara yang terlalu bergantung pada kunjungan wisatawan asing, seperti Thailand, Portugal, dan Spanyol.

"Makanya, Thailand mulai dorong wisatawan domestiknya dengan menambah jumlah hari libur, mendorong coffee shop atau klub untuk buka sampai jam 2 atau jam 4. Tujuannya agar lebih banyak lagi wisatawan domestik," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.