Liputan6.com, Jakarta - - Buku adalah jendela dunia, meski zaman telah berubah namun pepatah tersebut masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana buku menjadi sumber pengetahuan. Walau bukan satu-satunya rujukan, lantaran berbagai informasi makin mudah didapat dari internet tetapi pembaca juga harus memilah sumber.
Selain itu memunculkan minat baca tentu harus diupayakan sejak dini, bagi orangtua memberikan bahan bacaan adalah salah satu cara anak belajar. Namun, tampaknya para orangtua harus benar-benar sabar mengajarkan supaya anak bisa tertarik membaca buku.
Baca Juga
Menurut data UNESCO, Indonesia berada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Survei terakhir yang dilakukan oleh bank dunia tahun 2022 juga masih menujukan hal sama. Kepala Pengembangan dan Pembinaaan Bahasa Sastra, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud), Aminudin Aziz mengatakan fakta ini cukup mencengangkan bahwa belum ada perubahan, tingkat literasi Indonesia masih tergolong rendah.Â
Advertisement
Namun setelah pihaknya menyurvei, menurut Aminudin minat baca anak-anak sebenarnya tinggi. Tapi yang menjadi persoalan adalah tidak adanya ketersediaan bahan yang menarik untuk dibaca murid-murid.Â
Selain itu, ternyata anak-anak memiliki banyak referensi buku yang menarik minatnya seperti tentang tokoh pahlawan, kampung halaman, hingga teknologi yang erat dengan anak saat ini. "Jadi dari segi topik sangat beragam,"ungkap Aminudin saat ditemui di acara pembagian buku bacaan bermutu di SDN 018 Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin, 27 November 2023.
Dengan topik yang beragam, buku anak, kata Aminudin pun harus disisipi dengan pesan tertentu yang mengajarkan anak sejak dini sebagai warga negara yang baik. Pesan ini sangat penting melalui buku, bisa berupa ajakan untuk membuang sampah pada tempatnya, hingga pesan tentang toleransi dengan sesama.
"Penulisan buku anak pun harus hati-hati tidak boleh ada unsur SARA, isu sensitif yang merendahkan satu golongan tertentu atau jenis kelamin tertentu," tandas Aminudin.Â
Yeti Nurmayati, seorang penulis buku anak menambahkan bahwa selain pesan atau amanat, buku anak juga penting menyertakan ilustrasi atau gambar agar pesannya mudah sampai. Ia bahkan menyarankan agar penulis buku anak yang tak pandai menggambar untuk mencari rekan ilustrator jika ingin membuat buku anak.
"Apalagi untuk buku untuk jenjang Paud atau TK hingga SD," tukas Yeti dalam wawancara tertulis dengan Liputan6.com, Kamis, 30 November 2023.
Cara Kreatif Penulis Mengemas Buku Anak
Tentu penulis buku anak harus kreatif, mengemas buku anak menjadi menarik agar pembacanya yang masih anak-anak tertarik dan dapat memahami isi pesannya. Hal ini diceritakan oleh Yeti yang telah eksis menulis buku anak sejak 2016. Mulanya ia hanya rajin membacakan buku untuk anaknya dan menjadi reseller buku-buku anak islami, hingga dirinya terpanggil untuk menulis cerita sendiri.
"Hal menarik sebagai penulis buku anak adalah bisa memanggil kembali masa kecil diri sendiri, bisa menulis cerita berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman orang lain atau bahkan dari kejadian yang sedang viral," ungkap Yeti.
Seperti bukunya yang bertema lingkungan "Ayo Selamatkan Bumi", Yeti menulis tanggapan dirinya atas keresahan banyak orang akan keadaan bumi saat ini. Ada pula bukunya yang berjudul "Cublak-cublak Suweng" berisikan 34 cerita tentang permainan tradisional dari 34 provinsi yang waktu itu belum menjadi 38 provinsi.
"Buku ini juga saya tulis karena banyaknya keluhan orangtua yang tidak suka anaknya main game terus di depan layar," sambungnya, sambil menyebut dengan menuliskan cerita ini diharapkan dapat memberikan wawasan akan ragam permainan tradisional Indonesia yang bisa dimainkan anak-anak. Â
Advertisement
Proses Menulis Buku Anak
Lebih jauh, Yeti mengungkap bahwa biasanya ia mendapatkan ide menulis buku anak dari membaca, jalan-jalan, bahkan berimajinasi, dari kejadian tak terduga, dari lingkungan keluarga, dan media sosial. Seperti bukunya yang berjudul "By By Penyakit" ia dapatkan idenya dari anaknya yang begitu ketakutan saat sariawan.
Setelah mendapat ide, Yeti biasanya akan riset lebih detil tentang ide tersebut. Setelah itu ia membuat premis dan sinopsis, kemudian menuliskan cerita lengkapnya. "Jika jenis bukunya kumpulan cerita, saya buat dulu outline-nya, untuk memudahkan eksekusi," paparnya.Â
Tema yang ia pilih tak hanya buku Islami, tapi ada tema hewan, pengetahuan atau sains, hingga lingkungan. Tapi untuk penerbit, saat ini Yeti memang lebih banyak menulis buku bertema agama Islam. "Saya juga menulis buku non teks atau pengayaan untuk anak SD, menulis buku juga untuk Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud," sambungnya lagi.
Lebih jauh ia mengatakan, proses menggarap buku cerita anak jika diterbitkan oleh penerbit nasional kurang lebih butuh 1 hingga 2 tahun baru bisa diterbitkan. Dari mulai mengirimkan naskah ke email penerbit, menunggu kurang lebih 3--6 bulan keputusannya, lalu revisi, lalu yang butuh waktu juga proses menggambar atau ilustrasi buku.
"Karena kan buku anak butuh diilustrasikan agar menarik," cetusnya.
Buku Anak yang Terbilang Sukses
Ditanya tentang buku anak yang sukses, menurutnya bisa dilihat dari jumlah eksemplar yang terjual. Namun ada ciri lain bahwa sebuah buku sukses adalah bisa diterima anak-anak dan anak tak bosan terus membacanya bahkan mengulang-ulang.
"Tokoh dan alur dalam cerita tersebut begitu melekat dalam ingatan anak," tuturnya lagi sambil mengungkap bukunya yang berjudul "Kisah 25 Nabi untuk Balita" termasuk yang laris karena anak-anak suka dibacakan atau membacanya karena memiliki rima dan ilustrasi menarik.
Buku "Kisah 25 Nabi untuk Balita" ini terjual hingga 125.000 eksemplar lebih. Buku lainnya yang sukses adalah buku fabel "Dengarkan Pesan Ibu" yang sudah 3 kali cetak ulang di penerbit Funtastic M&C Gramedia.
Mengenai buku yang berkesan, menurutnya hampir semua buku berkesan dalam proses pembuatannya. "Ada buku yang saya tulis saat menemani anak opname di RS, ada juga yang saya tulis sampai sakit saking ingin cepat selesai karena dikejar deadline," bebernya.
Yeti pun sempat menulis buku komik berjudul "Akhlak Sehari-hari" yang cukup berkesan, lantaran itu merupakan kali pertama kalinya ia menulis komik untuk kemudian digambarkan oleh komikus atau ilustrator.Â
Advertisement