Liputan6.com, Jakarta - Israel telah mendeklarasikan wilayah yang lebih kecil dari Bandara Heathrow sebagai tempat yang aman bagi para pengungsi Gaza untuk pindah. Militer Israel telah meminta warga Palestina di Gaza untuk mengungsi ke bagian kota al-Mawasi di selatan jalur yang terkepung, dan menetapkannya sebagai tempat yang aman.
Baca Juga
Mengutip dari laman Aljazeera, Kamis (7/12/2023), arahan tersebut muncul pada saat Israel meningkatkan pemboman di Gaza selatan, terutama di sekitar kota Khan Younis. Semula daerah itu diklaim militer Israel sebagai tempat berlindung para pemimpin Hamas.
Advertisement
Namun bisakah ruangan yang dinyatakan "aman" oleh otoritas Israel benar-benar menampung lebih dari 1,8 juta warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka sejak pecahnya kekerasan pada 7 Oktober 2023? Diketahui bahwa al-Mawasi merupakan sebuah kota pesisir Badui di selatan Jalur Gaza.
Al-Mawasi berukuran kecil dan sempit dengan lebarnya hanya sekitar 1 km (0,6 mil) dan panjang 14 km (8,7 mil). Wilayah tersebut telah dikepung oleh permukiman Israel sampai mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon melepaskan permukiman itu dari Gaza pada 2005.
Israel telah mendeklarasikan wilayah berpasir dan terpencil seluas 6,5 km persegi (2,5 mil persegi) di dalam kota tersebut sebagai wilayah kemanusiaan, di mana para pengungsi seharusnya mencari perlindungan. Luasnya pun hanya setengah dari luas Bandara Heathrow London. Sekitar 61 juta penumpang melewati Heathrow pada tahun 2022, atau rata-rata sekitar 167,000 per hari.
Gaza Tak Mampu Menampung Warga Israel
Dengan kata lain, kepadatan penduduk di bagian "aman" al-Mawasi akan lebih dari 20 kali lipat kepadatan penduduk di Heathrow – bahkan jika semua penumpang harian bandara hadir di sana pada waktu yang sama.
Seberapa amankah 'aman' itu? Meningkatnya pemboman Israel di Gaza selatan setelah gagalnya gencatan senjata telah menipiskan pilihan zona aman bagi warga Palestina selama perang berdarah yang telah melampaui 60 hari.
Israel menganggap Khan Younis, yang dulunya dianggap aman, kini menjadi "zona pertempuran berbahaya". Meskipun Israel mengklaim ada zona aman bagi warga sipil di Gaza, warga mengatakan tidak ada tempat yang aman.
Para ahli menunjukkan bahwa ruang yang disediakan oleh Israel untuk dievakuasi terlalu kecil atau tidak mampu menampung banyak pengungsi. Apakah ini menghambat aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza? Pakar hukum yang berbasis di Ramallah, Bushra Khalidi, mengatakan kepada Al Jazeera, "Gaza sudah kelebihan penduduk… (sekarang) kita berbicara tentang 1,8 juta orang di bandara."
Advertisement
Wabah Penyakit Menyebar di Gaza
Khalidi menambahkan, kolera dan gastroenteritis menyebar dengan cepat karena kondisi kemacetan. "Masyarakat tidak menjadi lebih baik karena kondisi tidak memungkinkan mereka untuk menjadi lebih baik," katanya.
Apakah penetapan zona aman yang tidak tepat di Gaza merupakan masalah kesehatan? Khalidi bukanlah orang pertama yang mengkritik deklarasi al-Mawasi oleh Israel sebagai tempat yang aman. Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut proposal Israel sebagai resep bencana pada 17 November 2023.
"Mencoba untuk menjejalkan begitu banyak orang ke dalam wilayah kecil dengan infrastruktur atau layanan yang terbatas akan secara signifikan meningkatkan risiko terhadap kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di ambang bahaya," katanya, seraya menambahkan bahwa WHO tidak akan berpartisipasi dalam pembentukan wilayah tersebut.
Yang disebut "zona aman" di Gaza "tanpa kesepakatan yang luas, dan kecuali jika kondisi mendasar terpenuhi untuk memastikan keselamatan dan kebutuhan penting lainnya terpenuhi, dan terdapat mekanisme untuk mengawasi pelaksanaannya".
Apakah al-Mawasi mempunyai pengaturan shelter yang memadai? Tim dari Sky News mengunjungi al-Mawasi untuk menyelidiki situasi di sana. Mereka tidak menemukan tempat berlindung, seperti tenda lembaga atau dapur makanan. Daerah ini sudah menghadapi kekurangan fasilitas kesehatan yang parah.
Serangan Pasukan Israel Meluas
Mengutip dari kanal Global Liputan6.com, Kamis (7/12/2023), derita warga Palestina di Jalur Gaza belum usai. Israel yang sebelumnya fokus membidik Gaza Utara, kini memperluas serangan daratnya ke Gaza Selatan.
Israel mengatakan pasukannya, yang didukung jet-jet tempur, terlibat pertempuran darat sengit pada Rabu (6/12/2023), sehari setelah mereka mencapai jantung Khan Younis -kota kedua terbesar di Jalur Gaza- dan mengepung kota tersebut.
Khan Younis diyakini Israel merupakan tempat persembunyian para pemimpin Hamas, yakni Yahya Sinwar dan Mohammed Deif. "Mereka yang berpikir bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak akan tahu bagaimana melanjutkan pertempuran setelah jeda keliru dan Hamas sudah merasakan hal ini," ungkap Kepala Staf Umum IDF Herzi Halevi, seperti dikutip dari Axios.
"Kami sudah memasuki tahap ketiga operasi darat ... dan sekarang kami beroperasi melawan benteng-benteng mereka di selatan."
Pasukan dan tank-tank Israel telah menerobos ke Gaza Selatan setelah menguasai sebagian besar Gaza Utara dalam upaya yang mereka klaim untuk melenyapkan Hamas. Semenjak gencatan senjata berakhir dan gagal berlanjut pada Jumat, 1 Desember 2023 pagi.
Israel melansir peta online untuk memberi tahu warga Gaza medan perang yang harus dihindari dan kawasan timur Khan Yournis ditandai pada Senin, 4 Desember 2023. Hal ini membuat ratusan ribu orang kembali mengungsi dengan berjalan kaki.
Advertisement