Liputan6.com, Jakarta - Brand fesyen asal Spanyol, Zara, sedang ramai dihujat karena dinilai menyindir penderitaan warga Palestina di tengah serangan militer Israel. Secara khusus, tuduhan ini tertuju pada iklan berjudul "The Jacket," yang diklaim mempromosikan jaket Zara Atelier Collection 4.
Meski banyak mendapat protes dan seruan boikot, pihak Zara belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kontroversi tersebut. Hal itu juga membuat banyak publik penasaran, siapa sebenarnya pemilik Zara?
Melansir berbagai sumber, Senin (11/12/2023), pemilik Zara adalah Amancio Ortega yang lahir di Busdongo de Arbas, Spanyol, 28 Maret 1936. Ia mendirikan toko pertama jenama itu bersama istrinya, Rosalia Mera.
Advertisement
Saat masih muda, Ortega berkesempatan masuk ke bisnis garmen dengan bekerja sebagai pengantar barang di toko kemeja pria, lalu asisten di toko penjahit di A Coruna, barat laut Spanyol. Pekerjaan itu membuatnya harus menanggung biaya produksi dan pengiriman pakaian langsung ke pelanggan.
Ia kemudian mengelola sebuah toko pakaian dan kerap melayani pelanggan kaya. Ortega melihat peluang memperluas basis kliennya menggunakan bahan lebih murah dan sistem manufaktur lebih efisien, serta menetapkan harga lebih kompetitif.
Pendekatan itu ia terapkan pada bisnis produk jubah mandi, Confecciones Goa, yang didirikan pada 1963. Amancio Ortega kemudian membuka toko Zara pada 1975.
Bisnis fesyen itu diberi nama Zara karena nama kesukaannya, Zorba, sudah diklaim pihak lain. Zara kemudian jadi bagian grup Industrias de Diseno Textil Sociedad Anonima (Inditex) yang 59,29 persen sahamnya dipegang Ortega.
Pelopor Industri Fast Fashion
Inditex memiliki lebih dari enam ribu toko dengan merek Zara, Massimo Dutti, Oysho, Zara Home, Kiddy's Class, Tempe, Stradivarius, Pull and Bear, dan Bershka. Jumlah karyawannya mencapai lebih dari 92 ribu orang.
Ortega acap kali disebut sebagai salah satu pelopor industri fast fashion di dunia. Pada 2011, ia menyatakan pensiun dini dari Inditex, perusahaan induk Zara, dan meminta wakil presiden dan CEO Inditex Pablo Isla menggantikannya sebagai pemimpin raksasa tekstil ini.
Ia sendiri masih berkiprah di bidang real estat. Sejak pensiun, ia telah membeli gedung pencakar langit di Madrid dan hotel di Miami. Pada 2019, Ortega dilaporkan telah membeli gedung yang berisi kantor pusat Amazon di Seattle.
Sangat sedikit yang diketahui tentang kehidupan pribadi Ortega. Ia menikah dengan Rosalia Mera pada 1966, tapi kemudian bercerai pada 1986. Ia menikah lagi dengan Flora Pérez Marcote pada 2001 dan memiliki tiga orang anak.
Karena mantan istrinya ikut mendirikan Zara, ia pernah jadi wanita terkaya di Spanyol dan wanita "usaha mandiri" terkaya di dunia. Mera meninggal dunia pada 2013 di usia 69 tahun.
Ortega dikenal tidak suka tampil di depan publik dan gila bekerja. Ia jarang difoto atau diwawancarai, tapi suka makan di kantin perusahaannya dan dilaporkan menghabiskan 25 tahun hidupnya tanpa berlibur. Ia pernah beberapa kali masuk dalam daftar orang terkaya, sekaligus peritel pakaian terkaya di dunia.
Advertisement
Pernah Jadi Orang Terkaya di Dunia
Kanal Bisnis Liputan6.com melaporkan dengan melansir dari Forbes, 27 Januari 2021, Ortega saat itu merupakan orang ke-14 terkaya di dunia. Pengusaha asal Spanyol ini memiliki sekira 60 persen saham Inditex dengan delapan merek terkenal, selain Zara, serta 7.500 toko di seluruh dunia.
Seorang juru bicara Ortega pada 2016 pernah mengatakan, ia terkejut dengan skala kesuksesannya. Ia selalu berambisi membangun bisnisnya, tapi tidak pernah fokus pada kekayaan pribadi. Sikap Ortega yang pemalu berakar dari kerendahan hatinya.
Ia merasa kesuksesan perusahaan hanya sebagian dari apa yang telah dilakukannya. Di sisi lain, dikutip dari The National News, Senin, (11/12/2023), kampanye iklan terbaru Zara yang menimbulkan polemik menampilkan model asal Amerika, McMenamy, yang mengenakan serangkaian jaket berbeda di ruangan putih bersih, dikelilingi peti kayu, patung, manekin, dan puing-puing beton.
Patung-patung tersebut tidak memiliki anggota tubuh, sedangkan manekin dan bangunan dibungkus kain putih, plastik bening dan putih. Salah satu gambar, yang tampaknya telah dihapus dari kampanye di situs Zara dan media sosial, menggambarkan McMenamy mengenakan jaket kulit dengan menggendong manekin yang dibungkus plastik.
Merek fesyen tersebut mengklaim bahwa koleksi itu jadi bagian dari seri Atelier-nya. Mereka menggambarkan item terbaru itu sebagai "koleksi edisi terbatas untuk merayakan komitmen kami terhadap keahlian dan semangat ekspresi artistik."
Iklan Terbaru Zara yang Tuai Kontroversi
Meski begitu, publik mengecam dan menyerukan boikot pada merek fesyen itu. Mereka beranggapan bahwa foto kampanye itu mencerminkan genosida yang terjadi di Gaza, Palestina dan menganggap foto tersebut tidak pantas dan tidak menunjukan empati pada para korban.
Dari rangkaian gambar yang menampilkan koleksi jaket kulit tersebut, satu-satunya foto yang tersisa secara online adalah gambar close-up dari pakaian itu.
Mengomentari unggahan Zara tentang kampanye tersebut, Melanie Elturk, kepala eksekutif merek fesyen Haute Hijab, berkata, "Ini memuakkan. Gambaran memuakkan, menyimpang, dan sadis macam apa yang saya lihat?"
Seniman Palestina Hazem Harb juga mengomentari kampanye tersebut dan menyerukan boikot terhadap merek tersebut. "Menggunakan kematian dan kehancuran sebagai latar belakang fesyen adalah tindakan yang sangat jahat, dan seharusnya membuat kita marah sebagai konsumen. Boikot Zara," tulis Harb di Instagram.
Harb juga membagikan cuplikan instalasi videonya pada 2008, Burned Bodies, yang ditayangkan di Citta dell'Altra Economia, Roma, dan memiliki kemiripan dengan kampanye Zara.
Â
Advertisement