Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, baru-baru ini bertolak ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) untuk menghadiri COP28. Di sela agendanya di sana, Ketua Umum (Ketum) PSSI periode 2023-2027 ini menyempatkan diri bersantap di salah satu restoran terkenal di dunia bernama Jaleo.
Restoran yang didirikan oleh Chef Jose Andres tersebut menyajikan makanan autentik khas Spanyol, seperti tapas, paella, sangria, dan masih banyak lagi. Di tempat itulah ia bertemu dengan anak-anak muda Indonesia yang bekerja di restoran itu.
Baca Juga
Momen itu diabadikan Erick dalam sebuah video singkat yang dibagikannya dalam akun Instagram pribadi. Video merangkum aktivitas memasak dan cuplikan sajian khas restoran itu.
Advertisement
"Luar biasa anak muda Indonesia, dipercaya untuk kerja di salah satu restoran terkenal di dunia. Ini jadi bukti anak muda Indonesia bisa jika diberikan kepercayaan. Sektor kuliner juga menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan pariwisata Indonesia yang kita dorong menjadi kekuatan untuk pertumbuhan ekonomi. Kalau sudah dapat banyak ilmu dan pengalaman di sini, kita bangun Indonesia sama-sama 🇮🇩," tulisnya dalam keterangan unggahan pada 10 Desember 2023 itu.
Dalam video, Erick berkata, "Ini saya ketemu anak-anak muda Indonesia nih. Jagoan-jagoan masak dan restaurantpreneur."
"Udah berapa lama di sini?" ia bertanya.
Anak-anak muda tersebut menjawab bervariasi, ada yang menyebut 1 tahun hingga 3 tahun. Ia kembali bertanya, "Jaleo itu restoran apa?" yang kemudian dijawab bahwa ini adalah restoran Spanyol.
Dukung Anak Muda Indonesia
Erick bertanya lagi, "Ini dari chef terkenal kan?." Mereka pun mengiyakan dan menyebut nama chef tersebut.
"Industri pariwisata Indonesia baru Rp701 triliun. Pertambangan kita itu kurang lebih Rp2.900 triliun, kenapa enggak bisa kita terus mengembangkan pariwisata sampai Rp2.000 triliun, seperti negara-negara UAE, Saudi, Singapura, Thailand, harusnya kita bisa, kenapa? Kita punya anak muda hebat ini," lanjutnya.
Dikatakannya lagi, "Ini anak muda hebat semua, sudah berkarier tiga tahun di restoran yang luar biasa, ini salah satu restoran yang terkenal di dunia dan mereka juga bisa melakukan itu nantinya ke depan untuk membangun industri pariwisata Indonesia. Ayo, anak muda Indonesia bangkit."
Unggahannya tersebut sukses mencuri atensi warganet. "Salut sama bapak yang konsisten support anak anak muda untuk lebih maju dalam dunia kerja, karir di bumn, olahraga dan pariswisata ..🇲🇨👍," bunyi salah satu komentar.
Respons lainnya berbunyi, "Salut Deeh Anak Muda Indonesia 👏👏👏 Pariwisata Merupakan Leading Sector, Dengan Maju dan Berkembangnya Sektor Pariwisata maka akan Menggerakkan Sektor-Sektor Lainnya dan itu Merupakan Keuntungan yang Besar bagi Bangsa dan Negara ❤️🇮🇩."
Advertisement
Restoran Indonesia di Luar Negeri Masih Sulit Peroleh Bahan Baku Rempah Nusantara
Program Indonesia Spice Up The World digaungkan sebagai upaya untuk kian mempromosikan lebih luas lagi beragam rempah Nusantara. Program ini juga diharapkan dapat mengembangkan dan menguatkan restoran Indonesia di luar negeri.
"Program yang diluncurkan Presiden Jokowi, Spice Up the World terus kita dorong dengan target 2 miliar dolar (AS) ekspor rempah kita dan 4.000 restoran yang berjejaring sampai 2024. Ini ada beberapa aktivasi, tapi kita perlu melandasi berbasis data dan evidence," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam "The Weekly Brief with Sandi Uno" yang digelar secara hybrid, Senin, 13 November 2023.
Terkait hal tersebut, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dessy Ruhati mengatakan menurut kajian pihaknya, saat ini di dunia, restoran Indonesia paling banyak di Belanda sebanyak 295 restoran. Restoran Indonesia juga tersebar di Australia sebanyak 162 restoran, di Amerika Serikat ada 89, Malaysia ada 70, dan Jepang 66 restoran.
"Berdasarkan kajian yang kami lakukan bersama BRIN bahwa usaha restoran yang ada di luar negeri ini masing-masing mempunyai tipologi yang khas, yaitu pemilik restoran juga berperan sebagai pengelola restoran, kemudian usahanya berupa restoran itu sendiri, ada yang pop-up, all you can eat, food court, dan cloud kitchen," katanya.
Konsumennya pun berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) dan warga setempat. Pihaknya juga meneliti sebanyak 28 restoran Indonesia yang beroperasi di luar negeri sebagai responden.
Bahan Baku Sulit Diperoleh
"Mayoritas restoran memiliki omzet sekitar kurang dari Rp300 juta sejumlah 43 persen, besaran pembiayaan yang dibutuhkan mereka berkisar dari Rp1 miliar sampai Rp5 miliar yang ingin digunakan membuka restoran baru dan untuk memperluas yang ada," tambahnya.
Tenor pembiayaan yang dikehendaki oleh masing-masing pemilik restoran yang juga merupakan pengelola restoran adalah 1--5 tahun dan bunga sebesar 1--3 persen. Di sisi lain, temuan penelitian ini juga mengungkap soal bahan baku rempah Indonesia.
"Terkait bahan baku, kualitas rempah dari Indonesia sangat baik, namun harganya masih mahal dan sangat sulit untuk diperoleh. Jadi, mereka membelinya dari pasar atau toko lokal maupun mengimpor langsung dari Indonesia," ungkap Dessy.
Penggunaan rempah Indonesia tentunya membuat cita rasa khas Indonesia tetap terjaga. Dari kondisi ini, pihaknya melihat peluang untuk program Indonesia Spice Up The World.
"Ini menjadi satu peluang untuk program SUTW (Spice Up The World) dalam meningkatkan ekspor rempah-rempah ke negara-negara yang memiliki banyak sekali jumlah restoran," lanjutnya.
Advertisement