Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah jurnalis perempuan Palestina menjalani hari-hari mereka tak hanya meliput, tapi juga bertahan di tengah gempuran serangan Israel. Salah satu di antara mereka adalah jurnalis bernama Plestia Alaqad.
Dikutip dari The Guardian, Rabu (13/12/2023), sosoknya viral setelah membagikan video traumatis di awal serangan Israel di Gaza. Ia merekam video di flat tetangganya di Kota Gaza dan menunjukkan mereka melepaskan kaca dari jendela dan berlindung di dalam ruangan.
Namun saat dia merekam, serangkaian serangan menghantam dekat gedung flat dan debu beterbangan. Alaqad tidak bergeming, namun ia ternganga karena terkejut. "Saya mencoba menjelaskan banyak hal, tapi saya rasa Anda bisa mendengarnya sekarang," katanya.
Advertisement
Video tersebut telah disukai lebih dari 200.000 kali. "Saya paham kenapa videonya viral, kenapa orang-orang bertanya bagaimana saya bisa tenang dalam situasi seperti itu, apakah saya terbiasa dengan hal-hal tersebut, atau trauma. Orang-orang bertanya-tanya, karena saya juga bertanya-tanya," katanya melalui Zoom.
Perjalanan Alaqad menggunakan Instagram untuk memberitahu orang luar tentang kehidupan sehari-hari di Gaza berlanjut hingga menjadi reporter perang. Sebelum perang, ia bekerja di sebuah agen pemasaran dan media training.
Ia lantas memakai Instagram untuk memotret kehidupan sehari-hari di wilayah tersebut, memasang deretan payung warna-warni di pantai, atau berbagi potret swafoto dengan teman-temannya. Tujuannya, katanya, adalah untuk memberitahu para pengikutnya bahwa ada lebih banyak hal di Gaza daripada konflik dan kehancuran.
Pakai Instagram Unggah Beragam Momen di Gaza
Setelah Hamas melancarkan serangan di kota-kota Israel pada 7 Oktober 2023, Alaqad mulai diminta untuk bekerja sebagai reporter saluran televisi Inggris dan Prancis. Akun Instagram-nya berubah menjadi akun pribadi yang mengabarkan perang.
Instagramnya dipenuhi dengan gambar lingkungan yang hancur dan orang asing berbagi makanan di tengah kekurangan makanan. Alaqad mengenang bagaimana ia berdiri di dalam tenda yang penuh dengan mayat, atau berjalan di antara puing-puing sambil mencoba mengingat bangunan-bangunan yang pernah berdiri di sana.
Sejauh ini, tidak ada jurnalis internasional yang diizinkan masuk ke Gaza kecuali mereka bergabung dengan militer Israel. Karena koresponden Palestina untuk media besar sering kewalahan dengan berita terkini, media sosial sering kali turun tangan untuk mengisi kekosongan tersebut.
Di Gaza, sekelompok kecil reporter muda telah membawa perang ke dunia luar. Mereka berbagi momen tentang kehilangan dan perjuangan mereka kepada jutaan orang di media sosial. Jumlah pengikut Alaqad bertambah dari 4.000 sebelum perang menjadi 4,2 juta.Â
Advertisement
Instagram adalah Catatan Pribadi
Seiring dengan itu, dia membuka setiap pesan dan email yang dia terima dari penonton sehingga dia dapat menjawab pertanyaan mereka. "Instagram adalah catatan harian pribadi bagi saya untuk terhubung dengan orang-orang, untuk menunjukkan kepada mereka apa yang terjadi, menunjukkan kepada mereka Plestia sebagai manusia, bukan hanya Plestia sebagai jurnalis. Itu pekerjaan saya," katanya.
Sentuhan pribadinya menemukan tempat yang tidak dapat ditangkap oleh berita televisi. Ia memberikan gambaran mendalam tentang kehidupan sehari-hari di wilayah kantong tersebut, tempat lebih dari 1,8 juta orang terpaksa mengungsi dan seluruh lingkungan hancur.
Korban tewas di Gaza telah melampaui 18.200 orang, dan hampir tidak ada keluarga yang tidak tersentuh oleh kehilangan tersebut. Sebanyak 63 jurnalis dan pekerja media telah tewas dalam perang sejak 7 Oktober 2023, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.
Kepala biro Al Jazeera, Wael al-Dahdouh, kehilangan istri, putra, putri dan cucunya dalam serangan udara Israel di rumahnya. Moamen Al Sharafi, reporter lain untuk jaringan tersebut, kehilangan 22 anggota keluarga dalam satu serangan.
Jurnalis Palestina Meliput di Jalur Gaza sambil Jaga Putrinya
Sosok jurnalis Palestina bernama Ghalia Hamad yang tengah meliput di Jalur Gaza sembari menjaga putrinya bikin warganet terenyuh. Momen ini diabadikan dalam sebuah video singkat oleh jurnalis foto yang juga bertugas di Gaza, yakni Mohammed Al Masri.
Dalam video yang diunggah di akun Instagram Al Masri pada 12 November 2023, terlihat Ghalia Hamad tengah bertugas meliput sembari memegang mikrofon dan ponsel. Ia tampak mengenakan hijab hitam dan rompi bertuliskan "Press".
Saat bertugas, putrinya yang ikut serta dengan tenang menunggu di sisi sang ibunda. Putri kecil Ghalia sesekali tampak mengucek mata sambil memegang mainan di tangannya.
Unggahan yang telah disukai lebih dari 91 ribu kali itu disertakan keterangan dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan Arab. "Kekuatan Gaza dalam satu video," demikian bunyi keterangan awal bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
"Seorang jurnalis dari Gaza yang meliput agresi Israel di Jalur Gaza sambil merawat putrinya yang masih berada di dekatnya. Inilah perempuan-perempuan hebat di Gaza," lanjut keterangan itu.
Advertisement