Liputan6.com, Jakarta - Aktivasi destinasi wisata baru di Labuan Bajo makin digencarkan. Setelah volume 1 berhasl dilaksanakan, Picnic Over the Hill (POTH) Vol. 2 akhirnya terlaksana di Bukit Parapuar pada 9--10 Desember 2023.
Berbeda dari sebelumnya, acara tersebut digelar berbayar. Namun, jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat, menjadi 2.000 orang. Mereka didominasi oleh warga Labuan Bajo dan sekitarnya. Tercatat pula lima turis asing yang datang.
Acara juga dikemas lebih meriah. Bila di POTH Vol 1 hanya menghadirkan satu panggung, penyelenggaraan kali ini menyuguhkan dua panggung yang dirancang berbeda, yakni Senja Stage dan Pesta Stage. Panggung senja menghadirkan nuansa romantis dan syahdu yang berlokasi di Taman Parapuar yang sekaligus merupakan titik 0 kawasan, sedangkan Pesta Stage bernuansa lebih meriah.
Advertisement
Kedua panggung hiburan itu dihadirkan untuk dapat menampung kebutuhan healing para pengunjung lewat bergoyang dan berkaraoke bersama. Salah satu yang merasakannya adalah Puput.
"Akhir pekan itu untuk saya adalah waktunya healing dan saat lihat ada postingan tentang event ini di media sosial, tanpa pikir panjang saya dan teman-teman langsung beli tiket. Sampai di sini ternyata ada dua stage, jadi tadi waktu sore hari, kami duduk di dekat stage Senja lalu saat malam hari pindah ke stage Pesta," ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 15 Desember 2023.
Di panggung hiburan itu, sejumlah talenta lokal unjuk gigi, seperti Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Manggarai Barat, Sanggar Wela Rana, Kamus Band, Dynamic, Saint Yowzha, Oldwall, Glenn Sebatian, Justy Aldrin, Mukarakat, dan Saykoji. Felix Edon dari Sanggar Wela Rana mengaku antusias karena berkesempatan tampil di event tersebut.
"Kami baru saja tiba dari Ruteng dan capeknya hilang seketika saat sampai di sini (Parapuar), indah sekali," ujarnya yang merupakan pembina Sanggar Wela Rana sekaligus Ketua PAPPRI Kabupaten Manggarai.
Â
UMKM Kecipratan Rezeki
Event tersebut juga melibatkan 20 UMKM setempat yang menjual fesyen, kuliner, dan kriya, serta satu food truck. Kehadiran UMKM itu menjadi pelengkap POTH Vol.2.
"Setelah melalui tahap pendaftaran yang kami umumkan di media sosial kami, terkurasi sekitar 20 UMKM dan memang UMKM ini didominasi bidang kuliner karena sesuai dengan tema picnic yang kami usung," kata Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina.
Dengan jumlah pengunjung yang lebih banyak dari volume 1, total transaksi dari UMKM selama dua hari event berlangsung mencapai Rp30.768.000. Angkanya lebih banyak sekitar Rp10 juta dari total transaksi event pertama.
Di sisi lain, total sampah yang dikumpulkan dari event tersebut juga bertambah, dari 149,6 kilogram menjadi 173,3 kilogram sampah. Rinciannya terdiri dari 42,2 kilogram sampah daur ulang dan 131 kilogram sampah residu. Tidak diketahui bagaimana sampah residu yang dihasilkan itu akan diolah selanjutnya mengingat jumlahnya cukup besar.
Namun, Shana berharap, melalui pelaksanaan POTH secara berkala, masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan penyangga Parapuar, bisa bersama-sama belajar dan bertumbuh untuk mengembangkan pariwisata kawasan dan sekitarnya. "Baik sebagai pengelola, performer budaya, pelaku industri parekraf lainnya, hingga sebagai pengunjung, sehingga cita-cita pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat dapat terwujud," katanya.
Advertisement
Kawasan Pariwisata Terpadu
Kawasan Parapuar terletak di Hutan Nggorang Bowosie. Pengunjung dapat mengaksesnya dari jalan Trans Flores, tepatnya dari depan Sinar Flores Carwash atau sekitar 300 meter dari SPBU Wardun (Jl. Trans Flores, Labuan Bajo - Ruteng).
Parapuar dipilih sebagai nama untuk Kawasan Pariwisata Terpadu di Labuan Bajo. Namanya diambil dari dua kata bahasa Manggarai, yakni Para yang berarti pintu atau gerbang dan Puar yang berarti hutan.
Lokasi kawasan pariwisata terpadu itu menempati lahan Hutan Nggorang Bowosie seluas 400 hektare. Lahan hutan produksi itu merupakan bekas lokasi perambahan liar dengan banyak pohon ditebang dan dibakar, serta digantikan tanaman semusim yang rendah mengikat air dan tanah.
Kawasannya diapit oleh dua desa, Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo, serta satu kelurahan, yakni Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Rencananya akan dibangun empat zona di lahan tersebut, salah satunya zona budaya (cultural district).
Sebelumnya, Shana menyatakan Parapuar dihadirkan untuk menambah jumlah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo. Diharapkan hal itu bisa menambah jumlah wisatawan dan lama tinggal mereka semakin panjang.
"Letak Parapuar yang sangat strategis di tengah kota Labuan Bajo ini juga tentunya akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan membuka pasar baru bagi produk-produk lokal Floratama," dia menambahkan.
Â
Â
Bangun Zona Budaya
Dalam keterangan tertulis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 3 November 2023, dijelaskan bahwa zona budaya akan dibangun di area seluas 21,69 hektare dari total kawasan yang dikembangkan seluas 114,73 hektare. Di zona tersebut akan berdiri pusat budaya (cultural center) seperti Hikayat Komodo, Cultural Performance Park, museum, agriculture tourism, culture gallery, Ring of Fire Flores View, Bukit Doa, dan beragam fasilitas penunjang wisata lainnya.
"Pembangunan zona ini bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama), serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata," kata Shana.
Shana menjelaskan bahwa kawasan Zona Budaya akan menjadi miniatur budaya Floratama. Karena itu, mereka akan melengkapinya dengan berbagai narasi budaya terkait sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata, dan Bima, termasuk sejarah komodo yang berkembang menjadi cerita rakyat.
Di zona budaya tersebut, mereka akan banyak menyajikan pertunjukan budaya, baik tarian, musik, nyanyian, struktur bangunan, kuliner, hingga permainan tradisional. Ibaratnya area tersebut akan menjadi Taman Mini-nya Nusa Tenggara Timur.
Advertisement