Sukses

ParagonCorp Riset Kondisi Kulit Berdasarkan Gen dan DNA, 8 Etnis di Indonesia Jadi Objek Penelitian

Riset yang dilakukan ParagonCorp mengeksplorasi DNA, gen, dan variasi genetik yang terkait dengan karakteristik, fungsi, dan kondisi kulit. Penelitian dilakukan kepada 515 orang subjek, yaitu 150 pria Indonesia dan 365 wanita Indonesia untuk memahami apa yang menjadi kebutuhan kulit masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Industri kosmetik terus mengembangkan diri dalam menghadirkan produk yang relevan bagi konsumen. Dalam upaya tersebut, salah satu perusahaan kosmetik asal Indonesia, yaitu ParagonCorp, melakukan Skin Genomic Research pada 2021.

Riset ini mengeksplorasi DNA, gen, dan variasi genetik yang terkait dengan karakteristik, fungsi, dan kondisi kulit. Penelitian dilakukan kepada 515 orang subjek,  yaitu 150 pria Indonesia dan 365 wanita Indonesia.

Subjek penelitian tersebut terdiri dari delapan kelompok etnik terbesar di Indonesia. Kedelapan etnik ini adalah Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Hal itu dilakukan untuk memahami kebutuhan kulit masyarakat di populasi tersebut.

"Kulit kita dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal untuk kulit wajah seperti sinar UV, makanan, minum air putih, barangkali mungkin obatan-obatan yang kita pakai sebagai skincare. Tapi, ada juga faktor dari dalam, itu adalah bakat genetik kita dan itu harus kita pelajari karena itu tidak kelihatan," ungkap ahli genom, dr. Yulia Ariani Aswin, SpA(K), saat ditemui di talk show 1st in Indonesia: ParagonCorp Skin Genomic Research - Decode Indonesian Specific Skin Needs, JCC, Jakarta Pusat, Minggu, 17 Desember 2023.

Ia juga menjelaskan pentingnya untuk melakukan penelitian tersebut. "Karena ini menjadi modal dasar kita untuk mengetahui kandungan apa yang dibutuhkan untuk sebuah populasi di suatu tempat. Jangan sampai kita tertipu oleh penampakan kulit akibat faktor eksternal," jelasnya.

Lebih lanjut, dr. Yulia menjelaskan, bahwa genom ada di dalam sel tubuh dan tidak terlihat secara langsung. Sel tersebut harus diambil dan diteliti untuk melihat genom yang ada di dalamnya.

2 dari 4 halaman

Proses Penelitian

"Jadi, harus kita ambil sel tubuhnya, kita buka selnya, kita lihat genomnya. Dilihatnya tidak pakai mata secara langsung, tapi pakai laser. Sel tersebut diambil di bagian tubuh manusia, misalnya dari liur yang terdapat sel-sel yang lepas, dengan cara seperti swab," jelas dokter tersebut.

Melalui proses itu, akhirnya dapat diketahui bakat alergi seseorang terhadap kosmetik, misalnya alergi retinol atau mudah terkena flek hitam. "Genom itu sudah seperti rahasia, itu dapat kita eksplorasi dengan cara memeriksa gennya," tuturnya.

Penelitian selama tiga tahun tersebut diawali dengan studi literatur di tahun pertama. Pada proses studi literatur, para peneliti mempelajari berbagai populasi baik itu negara barat, Asia Timur, dan Afrika sebagai referensi.

Pada tahun kedua, peneliti membuka bagaimana genom masyarakat Indonesia yang dicocokkan dari hasil studi literatur tahun pertama. Penelitian tersebut dilakukan kepada beberapa kelompok populasi di Indonesia. Karena itu, dapat diketahui kondisi kulit dari masing-masing daerah baik itu Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.

3 dari 4 halaman

Hasil Penelitian

dr. Riris Asti Respati Sp.DV, menjelaskan setelah hasil genotip didapatkan, selanjutnya penelitian tersebut ditranslasikan menjadi kondisi kulit yang terlihat secara kasat mata, yaitu fenotip. "Jadi, contohnya seperti flek hitam, keriput, kulit kering, ataupun kulit kendur," ungkap dr. Riris.

Ia juga menjelaskan, bahwa fenotip dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah genotip atau gen dan biografis. "Misalnya, di negara barat fenotip kulitnya dalam hal penuaan, lebih ke arah keriput. Sedangkan kalau orang Asia atau orang Indonesia, biasanya lebih ke arah flek," katanya, seraya menambahkan bahwa penggunaan skincare juga berpengaruh bagi fenotip.

Ia juga menjelaskan hasil yang didapatkan setelah melakukan penelitian tersebut. Permasalahan kulit yang paling sering dialami masyarakat Indonesia adalah pembesaran pori (cheek sebaceous pores), garis lipatan leher (horizontal neck folds), dan garis senyum (nasolabial folds). 

Di luar itu, penelitian tersebut menjelaskan ada permasalahan kulit lainnya yang banyak dialami masyarakat Indonesia seperti flek hitam akibat paparan sinar matahari karena Indonesia adalah negara tropis. Ada pula permasalahan keriput, baik itu di mata, di bawah mata atau kantung mata, di bibir, dan kulit kendur di bagian leher.

 
4 dari 4 halaman

Tujuan Penelitian

dr. Riris juga menjelaskan, seiring dengan banyaknya produk skincare yang tersedia, penelitian tersebut bertujuan untuk memetakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia. "Jadi, untuk konsumen mungkin kalau mau belanja, bisa disesuaikan skincare-nya dengan keluhan kulitnya masing-masing," jelas dr. Riris.

Dengan temuan ini, Skin Genomic Research dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme genetik penuaan kulit dan keragaman genetik di berbagai etnis. Melalui analisis variasi genetik individu, para ahli di ParagonCorp menemukan pendekatan baru untuk menciptakan perawatan kulit yang sesuai dengan kebutuhan kulit di Indonesia yang beragam (hypersegmented). 

Para ahli percaya bahwa dengan menyesuaikan rutinitas perawatan kulit berdasarkan profil genetik seseorang dapat mengoptimalkan efektivitas dan memenuhi kebutuhan kulit yang spesifik. Selain itu, Skin Genomic Research juga membantu ParagonCorp untuk dapat menentukan formulasi (bahan aktif, tekstur, format) yang paling sesuai dengan permasalahan kulit yang ingin dijawab. Produk yang diformulasikan, tidak hanya dapat mengatasi permasalahan kulit saat ini tetapi juga mengandung bahan yang dapat mencegah permasalahan kulit di masa mendatang. 

Â