Liputan6.com, Jakarta - Sebagai destinasi wisata terpopuler di Indonesia dan bahkan dunia, Bali mulai bersiap menerima kunjungan wisatawan saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023. Wisatawan mancanegara dan nusantara diprediksi akan membanjiri Bali pada periode Nataru dan lebih tinggi dibandingkan 2022.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, kunjungan diprediksi bakal makin meningkat mulai 23 Desember 2023. "Untuk peningkatan wisman diperkirakan ada 1.000 orang per hari, dari 2.000 kunjungan menjadi 3.000 kunjungan per hari," terang Sandiaga Uno dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid di Jakarta, Senin, 18 Desember 2023
Baca Juga
Target Kunjungan Wisman 2025 Naik Jadi 17--19 Juta Orang, Pariwisata Berkualitas Tetap Jadi Fokus Utama
Heboh Wanita Turis Asing Berendam di Selokan di Bali sampai Bikin Jalanan Macet
Raih Penghargaan dari Conde Nast, Plataran Komodo Ungkap Alasan Simpel yang Bikin Banyak Wisman Merasa Seperti di Rumah
"Kalau melihat pergerakannya dan semakin banyak turis asing yang ingin ke Bali untuk merayakan tahun baru , kita sangat optimistis setelah target 4,5 juta wisman ke Bali di tahun 2023 tercapai, kita bisa melampaui target sampai sekitar 5 juta wisman," sambungnya.
Advertisement
Dalam kesempatan yang sama, Kadispar Bali Tjok Bagus Pemayun yang hadir secara online mengungkapkan jumlah kunjungan wisman periode Januari-November 2023 mencapai 4,8 juta. Angka ini berarti sudah melampaui target pemerintah pusat yang menargetkan Bali dikunjungi 4,5 juta wisman di tahun ini.
"Kalau melihat data kedatangan wisman setiap bulan yang terus meningkat, kemungkinan kunjungan wisman bisa saja mencapai 5,3 juta bahkan tembus 5,5 juta wisman sampai akhir tahun nanti," ungkap Tjok Bagus. Sedangkan untuk kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) periode Januari-November 2023, juga telah melampaui target 7 juta orang, yaitu mencapai 8,6 juta orang.
Mengenai melonjaknya kasus COVID-19 di Bali sejak awal Desember 2023, Tjok Bagus mengaku, pihaknya optimistis hal tersebut tidak akan mengganggu kunjungan wisatawan ke Bali. Alasan utamanya, masyarakat Bali terutama para pelaku pariwisata, sudah banyak yang mendapatkan vaksin satu sampai booster.
Â
Â
Pariwisata Bali Masih Aman dari Covid-19
Â
"Saya tidak terlalu hafal dengan datanya, mungkin nanti bisa dengan Kadinkes. Yang jelas dilihat dari tingginya capaian vaksinasi bisa modal utama kami bahwa pariwisata Bali masih aman dan itu jadi kekuatan kami," terangnya.
Bali sendiri, dalam hal ini daerah Ubud, baru saja dipilih Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai proyek percontohan pengembangan wisata gastronomi. Untuk itu, Kemenparekraf berkolaborasi dengan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dan Pemerintah Kabupaten Gianyar Bali menggelar Workshop for UNWTO Gastronomy Tourism Development.
"Ubud dipilih sebagai pilot project pengembangan wisata gastronomi karena kesiapan dan tingginya tingkat kolaborasi antar-stakeholder. Makanan di Ubud tidak sekadar hidangan kuliner, tetapi sudah menjadi gaya hidup dan budaya bagi masyarakat setempat," kata Sandiaga dalam rilis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 15 Desember 2023.
Menurut Asisten III Setda Gianyar, I Ketut Pasek Lanang Sadia, budaya gastronomi yang mengakar di Ubud dapat terlihat dari interpretasi relief pada dinding Pura Yeh Pulu, yang menggambarkan budaya beternak, bertani, dan berburu sebagai bagian dari budaya gastronomi lokal. Ubud juga memiliki subak, yakni sistem tata kelola irigasi tradisional yang menjadi pilar kebudayaan masyarakat Bali.
Â
Advertisement
Ikon Pariwisata di Gianyar
Ada pula filosofi Tri Hita Karana yang dianut masyarakat Bali, yaitu prinsip keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan, yang juga merepresentasikan kekayaan budaya dan kuliner. "Ubud merupakan salah satu ikon pariwisata di Gianyar yang diharapkan dapat lebih berkontribusi terhadap ekonomi daerah melalui gastronomi dan kami dari pemerintah daerah Gianyar akan mendukung dari sisi regulasi," kata Sadia.
Selain pengalaman kuliner yang autentik, tradisional, inovatif, dan berkelanjutan, wisata gastronomi merupakan implementasi dari pariwisata inklusif yang dapat melibatkan berbagai stakeholder dan aktivitas terkait lainnya. Wisatawan bisa diajak mengunjungi produsen lokal, berpartisipasi dalam festival makanan, menghadiri kelas memasak, mengunjungi education center (pusat edukasi), menikmati makanan tradisional, dan sebagainya.
Lokakarya yang digelar merupakan tindak lanjut sekaligus sosialisasi atas dokumen Strategi Pengembangan Destinasi Gastronomi di Ubud. Dokumen tersebut sebelumnya telah diserahkan oleh UNWTO kepada Menparekraf pada agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Selasa, 12 Desember 2023, di Bandung, Jawa Barat.Â
Pengembangan Wisata Gastronomi Bali
Dokumen tersebut juga telah diserahkan ke Pemkab Gianyar yang diwakili Asisten III Setda Gianyar, I Ketut Pasek Lanang Sadia didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, I Wayan Gede Sedana Putra. Sandi berharap kegiatan itu dapat memperkuat peran dan kolaborasi dari pemangku kepentingan di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, mulai dari berbagai organisasi, pengelola destinasi baik lokal maupun regional, perwakilan bisnis dan akademisi yang terkait dengan gastronomi di Ubud.
Keterlibatan dan semangat kolaborasi dari berbagai pihak sangatlah penting untuk dapat mengoptimalisasi manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan wisata gastronomi. Department Officer, Tourism Market Intelligence and Competitiveness UNWTO, Patricia Carmona, menyampaikan bahwa salah satu rekomendasi utama pada program ini adalah pembentukan Gastronomy Tourism Club.
"Gastronomy Tourism Club yakni badan organisasi yang terdiri atas seluruh stakeholder pada industri gastronomi untuk dapat berkolaborasi aktif dan berkomitmen untuk menginisiasi pengembangan dan implementasi program-program terkait gastronomi di Ubud di masa depan," tutur Patricia.
Â
Advertisement