Sukses

Biasa Makan Mewah, Reaksi Raffi Ahmad Disuguhkan Nasi Tiwul di Gunungkidul Tuai Pujian

Raffi Ahmad disuguhi nasi tiwul saat mengunjungi Gunungkidul untuk melihat lokasi proyek resor di sana.

Liputan6.com, Jakarta - Raffi Ahmad yang dijuluki Sultan Andara tentu terbiasa makan di restoran mewah dan bergengsi dengan harga makanan yang tidak bisa dibilang murah. Namun, apa jadinya jika Raffi Ahmad disuguhi makanan tradisional sepertri nasi tiwul?

Belum lama ini, bapak dua anak itu berkunjung ke Gunungkidul, Yogyakarta, untuk membahas proyek resor bersama pihak terkait. Dalam kesempatan itu, dia disuguhi makanan khas Gunungkidul, yakni tiwul atau nasi tiwul.

Momen kunjungan Raffi Ahmad kemudian ramai dibagikan ke media sosial. Salah satunya oleh Bupati Gunungkidul Sunaryanta lewat akun TikTok resminya, @sunaryantaofficial. Dalam unggahan pada 17 Desember 2023, bos RANS Entertainment itu menikmati suguhan makanan yang telah disiapkan.

Suami Nagita Slavina itu terlihat antusias menyantap nasi tiwul yang disajikan dengan berbagai lauk. Dia pun mengomentari rasa nasi tiwul yang baru kali ini disantap olehnya.

"Kita cobain makanan khas sama Pak Bupati. Tapi enak Pak, saya suka yang manis-manis. Ternyata nasi tiwul tuh, terbuatnya dari apa Pak?" kata Raffi. "Ketela (singkong), dikupas, dijemur. Kemudian nanti digiling jadi tepung, baru dimasak," jelas seorang pria di dekat Raffi.

Raffi pun menyimak penjelasan soal cara membuat nasi tiwul tersebut. Ia tampak terkesan dan kembali memuji rasa makanan yang disuguhkan untuknya. "Oh gitu? Tapi rasanya enak," kata Raffi.

Video Raffi Ahmad menyantap nasi tiwul kemudian viral di TikTok hingga menuai banyak komentar. Banyak warganet yang memuji dan salut melihat adab Raffi yang selalu menghargai pemberian orang lain.

2 dari 4 halaman

Reaksi Positif Raffi Ahmad

Meski tidak ada yang tahu pasti apakah dia benar-benar menyukai tiwul, setidaknya dia menunjukkan reaksi yang positif. Sampai berita ini ditulis, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 1,4 juta kali dan disukai lebih dari 42,3 ribu kali.

"Raffi sih orang baik. Paling bisa menghargai orang. Gak tahu itu jujur atau gak review-nya, yang penting buat orang seneng. Salut sama Raffi," komentar seorang warganet.

"Raffi ini pinter lo soal menghargai orang, salut," puji warganet yang lain.

"Raffi tuh menghargai banget sama makanan. Di manapun dia makan selalu bilang enak, makanya rezekinya ngalir terus," kata warganet lainnya.

"Hebat bisa makan nasi tiwul,lah sya g doyan, udh Kya telor kodok,rasa nya aneh....,” tulis warganet yang mengaku pernah makan nasi tiwul.

Saat menyebut tiwul, kebanyakan masyarakat bakal mengasosiasikannya dengan makanan kaum miskin. Tidak salah juga mengingat makanan itu hadir sebagai solusi saat stok nasi menipis pada masa penjajahan, terutama masa penjajahan Jepang. 

3 dari 4 halaman

Singkong Jadi Bahan Utama Tiwul

Maka, tak salah membahas makanan ini dalam suasana HUT RI. Sejarawan Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman menyebut panganan tersebut eksis di Indonesia sejak 1930an. Tapi, sejarah singkong sebagai bahan utama tiwul di Indonesia sudah ada sejak lama.

Bibitnya dibawa oleh pengembara Spanyol dan Portugis, kemudian dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tak dinyana, singkong tumbuh subur di daerah kering, termasuk di sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta. Singkong dipilih karena lebih mudah ditanam serta tidak memerlukan perawatan khusus seperti padi.

Oleh masyarakat Wonogiri, Wonosobo, dan Gunungkidul, singkong kemudian diolah menjadi tiwul. Mereka awalnya mengeringkan dan menumbuk singkong hingga menjadi tepung, kemudian dikukus.

Rasa tiwul yang kasang atau kering lalu diakali dengan beragam bahan, seperti gula merah, kelapa parut, dan taburan gula. Ada pula yang mencampurkannya dengan nasi untuk mencegah kembung setelah mengonsumsi tiwul. Nasi tiwul ini juga dapat ditambahkan makanan pendamping agar rasa kasangnya semakin pudar. 

4 dari 4 halaman

Sejarah Panjang Tiwul

"Biasanya masyarakat Jawa menambahkan tempe, tahu dan ikan pada campuran nasi dan tiwul ini," ungkap Fadly kepada Liputan6.com, Jumat, 16 Agustus 2019. Saat ini, tiwul bahkan diolah menjadi nasi goreng yang tak kalah nikmat dan gurih.

Hingga kini, banyak orang Indonesia menggantungkan makanan pokoknya pada beras. Padahal berdasarkan data Kementerian Pertanian, olahan singkong dan jagung juga bisa menjadi makanan yang kita makan sehari-hari. Gizi dari singkong dan jagung tak kalah dengan nasi. Keduanya sama-sama mengandung karbohidrat, lemak, energi, dan protein yang cukup tinggi kandungannya.

Presiden ke-1 RI, Sukarno bahkan sempat mendorong masyarakat Indonesia untuk mendiversifikasi pangan pada masa Orde Lama. Ia merasa perlu mengakali pengadaan pangan pokok Indonesia dengan jagung dan singkong sehingga Indonesia tidak perlu mengimpor beras dari luar negeri.

Fadly juga menyetujui ide dari Bung Karno tersebut. Dia mengatakan bahwa masyarakat masih terpatok pikirannya bahwa nasi adalah makanan pokok, padahal Indonesia memiliki banyak potensi untuk mencari makanan pengganti nasi. "Tiwul merupakan bukti keberagaman pangan pokok Indonesia," tambah Fadly lagi.