Sukses

Cara Hadapi Bencana Gunung Berapi: Sebelum, Saat dan Sesudah Terjadi Letusan

Letusan gunung berapi adalah salah satu bencana alam yang dapat terjadi tanpa pemberitahuan. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk selalu siap menghadapi situasi darurat tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini akrivitas vulkanik dari beberapa gunung berapi di Indonesia tsemakin meningkat. Hal itu terlihat dari frekuensi erupsi yang terjadi seperti di Gunung Marapi, Semeru, bahkan saat ini diketahui kawah Bromo yang aktivitasnya juga meningkat.

Keindahan alam Indonesia tidak hanya mengagumkan, tetapi juga menyimpan sejarah geologis dan budaya yang kaya. Gunung berapi adalah fenomena alam yang menakjubkan dan sering kali menakutkan.

Terletak di cincin api Pasifik, membuat Indonesia kerap terjadi bencana gunung meletus. Letusan gunung api adalah salah satu bencana alam yang dapat terjadi tanpa pemberitahuan. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk selalu siap menghadapi situasi darurat tersebut.

Namun sebelum itu ada baiknya kita lebih dulu mengetahui bahaya gunung berapi yang dikutip dari laman resmi dari BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, 20 Desember 2023.

1. Awan Panas;

Awan panas merupakan aliran material vulkanik panas yang terdiri dari batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah. Bahaya ini merupakan campuran material erupsi antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas tinggi. Suhu material bisa mencapai 300-700 derajat celcius, kecepatan awan panas lebih dari 70 km/jam.

2. Aliran lavaA

liran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan, suhunya lebih dari10.000 derajat celcius dan dapat merusak segala bentuk infrastruktur.

3. Gas beracun

Gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCI, HF dan H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.

4. Lontaran Material (pijar)

Lontaran material terjadi ketika letusan magmatik berlangsung. Suhu mencapai 200 derajat celcius, diameter lebih dari 10cm dengan daya lontar ratusan kilometer.

 

2 dari 4 halaman

5. Hujan abu

 

Hujan abu merupakan material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angin.

6. Lahar letusan

Lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dan berbentuk banjir lahar.

Setelah mengetahui bahaya letusan gunung berapi, kita simak tips yang dapat membantu kita dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi baik saat sebelum, saat terjadinya dan sesudah bencana.

Pra-Bencana

1. Memerhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan perkembangan aktivitas gunung api

2. Persiapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu vulkanik

3. Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang

4. Mempersiapkan skenario evakuasi lain apabila dampak letusan meluas di luar prediksi ahli

5. Persiapkan dukungan logisti, seperti makanan siap saji dan minuman, lampu senter dan baterai cadangan. Uang tunai secukupnya dan obat-obatan khusus sesuai pemakai

Saat Bencana

1. Pastikan Anda sudah berada di shelter atau tempat lain yang aman dari dampak letusan

2. Gunakan masker dan kacamata pelindung3. Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter.

3. Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter.

 

3 dari 4 halaman

Pasca Bencana

1. Apabila Anda dan keluarga harus tinggal lebih lama di shelter, pastikan kebutuhan dasar terpenuhi dan pendampingan khusus bagi anak-anak dan remaja diberikan. Dukungan orangtua yang bekerjasama dengan organisasi kemanusiaan dalam pendampingan anak-anak dan remaja sangat penting untuk mengurangi stres atau ketertekanan selama di shelter.

2. Tetap gunakan master dan kacamata pelindung ketika berada di wilayah yang terdampak abu vulkanik.

3. Memperhatikan perkembangan informasi dari pihak berwenang melalui radio atau pengumuman dari pihak berwenang.

4. Waspada terhadap kemungkinan bahaya kedua atau secondary hazard berupa banjir lahar dingin. Bencana ini dipicu oleh curah hujan tinggi dan menghanyutkan material vulkanik maupun reruntuhan kayu atau apapun sepanjang sungai dari hilir ke hulu. Perhatikan bentangan kiri dan kanan dari titik sungai mengantisipasi luapan banjir lahar dingin.

Selain itu, Anda juga perlu memperhatikan informasi terkini. Ikuti berita dan informasi terkini dari otoritas terkait. Pemahaman yang baik tentang situasi dapat membantu Anda mengambil keputusan yang tepat.Jangan lupa juga untuk menyimpan nomor-nomor darurat, termasuk nomor evakuasi dan bantuan medis, di tempat yang mudah diakses. 

4 dari 4 halaman

Bencana Gunung Marapi

 

Sementara itu, pascaerupsi Gunung Marapi yang memakan korban jiwa hingga puluhan orang, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Barat akhirnya menutup aktivitas pendakian di 4 gunung yang berada di bawah pengelolaannya.

"Kami sampaikan BKSD Sumbar resmi menutup aktivitas gunung yang berada di bawah naungan pengelolaan BKSDA yakni Gunung Marapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek dan Gunung Sago," terang Pelaksana harian (Plh) BKSDA Provinsi Sumbar Dian Indriati, Rabu, 20 Desember 2023, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com.

Dian menjelaskan, penutupan empat gunung tersebut dari aktivitas pendakian untuk mengantisipasi dampak erupsi Gunung Marapi yang terjadi sejak Minggu (3/12/2023), termasuk mencegah adanya pendaki yang naik sebelum dan sesudah pergantian tahun.  Terkait lama penutupan keempat gunung tersebut, BKSDA menyatakan belum dapat memastikan.

Instansi itu harus berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebagai institusi yang berwenang mendeteksi aktivitas gunung. "Tidak hanya itu, mengenai kualitas udara dan cuaca BKSDA juga berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika," ujarnya.

KSDA mewanti-wanti apabila masih ada pendaki yang nekat mendaki empat gunung tersebut, maka secara kelembagaan BKSDA setempat tidak bertanggung jawab terhadap aspek keselamatan atau hal-hal buruk yang menimpa. Mengingat keterbatasan jumlah sumber daya manusia atau personel BKSDA Sumbar, Dian berharap adanya dukungan penuh dari pemerintah daerah, aparat keamanan, wali nagari (kepala desa) dan masyarakat di sekitar empat gunung itu untuk mengawasi adanya aktivitas pendakian.

Tambahan informasi, pascaerupsi Gunung Marapi tercatat 24 orang pendaki meninggal dunia dari 75 pendaki yang tercatat berdasarkan data sistem booking online BKSDA setempat.