Sukses

Nyawa Anak-Anak di Gaza Palestina Terancam karena Air Bersih Langka: Hampir Tidak Ada Setetes pun

Krisis air bersih di tengah serangan Israel menempatkan sejumlah besar anak-anak di Gaza Palestina rentan pada risiko penyakit.

Liputan6.com, Jakarta - Terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi di tengah pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel menimbulkan risiko besar bagi anak-anak di Gaza, demikian peringatan badan PBB UNICEF. Sejumlah besar pengungsi yang digiring ke  Gaza selatan akibat perang Israel-Hamas hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 liter air per hari.

Melansir Al Jazeera, Kamis (21/12/2023), angka itu jauh di bawah kebutuhan yang direkomendasikan untuk bertahan hidup, kata badan PBB tersebut pada Rabu, 20 Desember 2023. Krisis ini menempatkan sejumlah besar anak-anak yang rentan pada risiko penyakit, tambahnya.

Didorong serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut, ratusan ribu orang, sekitar setengah dari mereka diperkirakan adalah anak-anak, telah diungsikan ke kota Rafah sejak awal Desember 2023. Mereka sangat membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, dan obat-obatan, kata UNICEF.

Ketika permintaan terus meningkat, sistem air dan sanitasi di kota berada dalam kondisi yang sangat kritis. UNICEF mengatakan, tiga liter dibutuhkan setiap hari untuk bertahan hidup. Jumlahnya bertambah jadi 15 liter jika kebutuhan air mencuci dan memasak juga dihitung.

"Akses terhadap air bersih dalam jumlah yang cukup adalah masalah hidup dan mati, dan anak-anak di Gaza hampir tidak mempunyai setetes air pun untuk diminum," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell. "Anak-anak dan keluarga mereka harus menggunakan air dari sumber yang tidak aman dan memiliki kandungan garam atau polusi yang tinggi."

"Tanpa air bersih, akan lebih banyak lagi anak-anak yang meninggal karena kekurangan dan penyakit dalam beberapa hari mendatang," sebut dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Risiko Dramatis bagi Anak-Anak

Penggunaan air yang tidak aman dan kurangnya kebersihan merupakan faktor risiko yang "dramatis" bagi anak-anak, yang lebih rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air, dehidrasi, dan malnutrisi, menurut UNICEF.

Pengiriman bantuan kemanusiaan tidak memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Gaza untuk bertahan hidup. Kondisinya semakin diperburuk dengan fakta bahwa sebagian besar fasilitas sanitasi telah hancur atau tidak dapat menampung sejumlah besar pengungsi Palestina yang berkumpul di lokasi-lokasi tertentu.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Gaza, namun peralatan dan pasokan yang kami sediakan masih jauh dari cukup," kata Russell. "Pemboman yang terus-menerus, serta pembatasan bahan baku dan bahan bakar yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut menghambat kemajuan penting."

"Kami sangat membutuhkan pasokan ini untuk memperbaiki sistem air yang rusak," ia mendesak. Para dokter dan staf medis telah memperingatkan penyebaran penyakit dan epidemi, sejak dimulainya kampanye pemboman "tanpa pandang bulu" Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

3 dari 4 halaman

Kasus Diare pada Anak Melonjak

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 29 November hingga 10 Desember 2023, kasus diare pada anak balita melonjak 66 persen jadi 59.895, dan meningkat 55 persen pada populasi lain. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan pekan lalu bahwa WHO telah melaporkan kasus meningitis, cacar air, penyakit kuning, dan infeksi saluran pernapasan.

Badan kesehatan PBB memperingatkan bahwa angka-angka tersebut kemungkinan tidak memberi gambaran lengkap karena kurangnya informasi akibat sistem kesehatan dan layanan lain di Gaza hampir runtuh. Meski ada tekanan internasional yang meningkat untuk meminta gencatan senjata, Israel terus membombardir fasilitas kesehatan dan daerah pemukiman di Gaza.

Serangan udara Israel pada Minggu dan Senin, 17 dan 18 Desember 2023, mempertahankan fokus pada rumah sakit dan lingkungan sipil di daerah kantong tersebut. Korban massal dilaporkan menyusul serangan di kamp pengungsi Jabalia dan Nuseirat.

Tembakan artileri Israel menargetkan beberapa tempat tinggal di lingkungan Shujayea, Tuffah, dan Daraj di Kota Gaza. Penembakan terus dilaporkan terjadi di pintu masuk Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza. Setidaknya 26 warga Palestina tewas dalam serangan terhadap rumah sakit sebelumnya, wartawan Al Jazeera melaporkan.

4 dari 4 halaman

Hampir 20 Ribu Warga Palestina Meninggal

Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza selatan telah berulang kali jadi sasaran serangan militer. Sebuah tembakan tank Israel menghantam rumah bersalin pada Minggu, menewaskan seorang gadis berusia 13 tahun, bernama Dina Abu Mehsen, dan melukai beberapa lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Sebuah bom jatuh di dekat gedung, tapi tidak meledak, menyebabkan kepanikan besar dan melukai tiga orang, menurut Hani Mahmoud dari Al Jazeera yang melaporkan dari Rafah. Di sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengecam Israel karena mencoba "menghilangkan" sektor kesehatan di wilayah itu.

"Apa yang dilakukan pendudukan adalah bagian dari skenario yang dimulai di Gaza utara dari kompleks Shifa," katanya. "Menargetkan Kompleks Medis Nasser adalah bagian dari kebijakan pendudukan untuk menghilangkan sektor kesehatan dan menjatuhkan sistem kesehatan di Jalur Gaza selatan."

Pasukan Israel menewaskan 25 orang dalam pemboman di Gaza selatan, menyerang sebuah kamp pengungsi di utara, dan menyerbu salah satu rumah sakit terakhir yang beroperasi di wilayah tersebut, ketika jumlah warga Palestina yang terbunuh di wilayah tersebut meningkat jadi 20 ribu orang, lapor The Guardian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.