Sukses

Pelanggan Rela Ikut Bayar Sewa supaya Warung Makan Favoritnya Tidak Tutup

Pelanggan itu menyebut bahwa ia sudah makan di warung makan favoritnya itu sejak berusia tujuh tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Seberapa ekstra Anda mempertahankan eksistensi warung makan favorit Anda? Apakah Anda rela ikut membayar sewa supaya bisnis itu tetap berjalan? Karena itulah yang dilakukan seorang pelanggan asal Malaysia.

Melansir Says, Kamis, 21 Desember 2023, ia disebut rela membayar sewa selama setahun untuk kedai nasi lemak favoritnya. Melalui unggahan yang dibagikan Sunny Coco di Facebook, pria tersebut mengungkap bahwa ia sudah makan di warung tersebut sejak berusia tujuh tahun.

Ia menambahkan, jumlah pelanggan di warung tersebut berkurang karena tidak ada bus yang berhenti di sana sehingga menyebabkan tunggakan sewa selama setahun. "Mereka mulai berbisnis sejak zaman kakek dan sekarang sudah generasi ketiga," tulisnya.

Ia menyambung, "Ibu (penjual) menangis dan memberi tahu saya bahwa pihak gedung telah mengeluarkan surat peringatan dan memintanya menutup kiosnya. Tanpa pikir panjang, saya menyerahkan uang tunai dan memintanya pergi dan membayar tunggakan sewa itu sore ini."

Pria tersebut mengungkap bahwa ia tidak senang mendapati pedagang warung tidak mendapat perhatian yang cukup dalam diberikan bantuan. "Saya sangat marah karena kios berusia 50 tahun itu diminta tutup," sebut dia. "Jika mereka tidak mengizinkannya terus menyewa, saya akan marah, apakah mereka malah mau menyewakannya pada orang asing seperti Vietnam, Myanmar, atau Bangladesh dengan tarif lebih tinggi?"

Si pelanggan menambahkan, "Saya orang Tionghoa dan bisa membantu mereka membayar sewa selama setahun tanpa memandang ras, kenapa pemerintah tidak bisa membantu ibu tunggal ini? Di mana semangat 1 Malaysia?"

2 dari 4 halaman

Warung Makan Legendaris Terpaksa Tutup

Ia juga menyabut bahwa nasi lemak merupakan masakan milik masyarakat Kulai yang "sudah ada di sana selama tiga generasi dan saya akan memastikan mereka terus berbisnis." Dalam beberapa tahun terakhir, publik memang sudah melihat sejumlah warung makan legendaris, termasuk di Singapura, tutup dengan berbagai alasan. Toko-toko di Negeri Singa yang mengkhususkan diri dalam membuat makanan lawas bahkan disebut tutup pada frekuensi yang mengkhawatirkan.

Pun tidak, mereka memilih menjual bisnis yang sudah lama dirintis, salah satunya Borobudur Snack Shop. Tahun lalu, toko yang berspesialisasi dalam menjual kue-kue ala Indonesia, ang ku kueh, dan kueh lapis di Bedok North itu dijual setelah eksis selama 40 tahun-an, melansir Mothership, 2 Juli 2022.

Richard Goh, warga Singapura kelahiran Indonesia, membuka Borobudur Snack Shop pada 1980-an, 8 Days melaporkan. Menurut Shin Min Daily News, salah satu pemiliknya, Simon Tay, mengambil alih toko kue tersebut. Tay jadi mitra bisnis sejak 1983. Pada 1996, Goh meninggal, meninggalkan Tay untuk mengawasi operasi toko tersebut.

3 dari 4 halaman

Terhentinya Bisnis Kue Tradisional

Pada 2022, setelah tiga tahun mencari orang lain untuk mengambil alih, Tay bersiap pindah. Ia akhirnya menemukan pembeli, yakni sepasang kekasih yang diperkenalkan ke Tay melalui perantara, menurut pers China.

Tay berkata, "Kami belum menandatangani kontrak. Kami masih mendiskusikan detailnya, tapi mereka telah belajar membuat kue sejak April. Mereka belajar setahun sebelum siap (membuat dan mengoperasikan toko kue legendaris itu)."

Harga jual yang diminta Tay adalah 4 juta dolar Singapura (sekitar Rp43 miliar). Biaya itu untuk "seluruh bisnisnya," termasuk toko, pabrik, dan semua peralatan. "Pada puncaknya, kami membuat hampir 1.000 kue setiap hari. Setidaknya 10 hotel populer memesan kue kami dan kami mengirimkannya ke toko ritel lain di Singapura."

Bisnis kue tradisional tersebut kemudian memilih memasok pebisnis prasmanan karena meningkatnya jumlah food court dan persaingan di pasar grosir, kata Tay. Sebuah pabrik didirikan di Mandai Link pada 2004 untuk memenuhi permintaan.

Diakui Tay, penjualan tersebut membuatnya sedih, meski jumlah uang yang akan diterimanya besar. Sayangnya, ia tidak bisa menemukan pengganti untuk mengambil alih jika tidak menjualnya.

4 dari 4 halaman

Tidak Punya Penerus

Di tahun sebelumnya, bisnis keluarga, China Street Fritters, adalah salah satu dari dua gerai penjual ngoh hiang ala Hokkien yang tersisa di Hawker Singapura. Eksistensinya terancam, lantaran tidak ada anggota keluarga yang tertarik melanjutkan bisnis keluarga.

Pebisnis kuliner legendaris ini tidak punya pilihan lain selain mengambil langkah ekstrem demi "mencari penerus." Melansir CNA, 13 Juli 2021, dengan rencana pensiun pada Maret 2022, mereka menawarkan resep rahasia yang dijual seharga satu juta dolar Singapura (Rp10,7 miliar), awal 2021.

Pemiliknya, Kok Hua, memberi tahu On The Red Dot bahwa jumlah uang yang akan dibagi di antara tim yang menjalankan bisnis itu "tidak banyak." "Satu juta dolar Singapura ini dibagi lima, hanya 200 ribu dolar Singapura (Rp2,1 miliar) per orang. Ini untuk masa pensiun," katanya. "Usia mengejar kami. Istri saya harus menjalani operasi lutut, lalu saya harus menjalani operasi pergelangan kaki."

Dengan berat hati, resep keluarga itu harus dijual karena baik ketiga anaknya maupun anak saudara laki-lakinya, tidak ada yang tertarik mengambil alih bisnis tersebut. Setelah berdiskusi, mereka akhirnya bersedia menjual resep pada orang luar.

Hua bercerita ia telah melihat tutupnya beberapa gerai di Maxwell Food Center karena generasi muda tidak mau mengambil alih bisnis. "Sayang sekali semua makanan tradisional 'terbuang' begitu saja," katanya.