Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri atau PM Israel, Benjamin Netanyahu, menghadapi protes dan cemoohan warganya sendiri saat memberikan pidato di parlemen, Senin, 25 Desember 2023. Warga Israel, yang keluarganya disandera oleh Hamas sejak serangan 7 Oktober 2023, menuntut agar para tawanan segera dibebaskan.
"(Bebaskan tawanan) sekarang! Sekarang!" teriak keluarga para sandera saat Netanyahu berpidato, dikutip dari Al Arabiya yang juga diunggah di akun Youtube MiddleEastEye, Selasa, 26 Desember 2023. Keluarga-keluarga tersebut juga memegang plakat yang mengingatkan Netanyahu bahwa 80 hari telah berlalu sejak orang yang mereka cintai diculik,
Baca Juga
Menanggapi cemoohan itu, Netanyahu berjanji akan membebaskan para sandera. Ia bersumpah akan terus menyerang Gaza sampai berhasil mengalahkan Hamas. "Kami tidak akan berhenti sampai meraih kemenangan," ucap Netanyahu di tengah teriakan para pengunjuk rasa.
Advertisement
Meski begitu Netanyahu meminta lebih banyak waktu untuk mewujudkan janjinya membebaskan para sandera yang saat ini ditahan oleh Hamas. Ia mengatakan pihaknya tidak bisa membebaskan sandera begitu saja tanpa adanya tekanan militer.
Namun, Netanyahu menekankan pihaknya juga akan mengupayakan Tindakan lain demi bisa membebaskan para sandera. "Kami tidak akan bisa membebaskan sandera tanpa tekanan militer. Saya, dan rekan-rekan, tidak akan menyia-nyiakan upaya apapun untuk memulangkan semua sandera," tuturnya.
Pidato Netanyahu ini disampaikan setelah partainya, Likud, melaporkan kunjungan ke Gaza pada Senin, 25 Desember 2023. Likud dan Netanyahu sama-sama berjanji akan meningkatkan serangan tentara di wilayah Palestina.
Â
Â
Netanyahu Meyakini Perang Masih Panjang
"Kami tidak berhenti, kami terus berjuang dan akan menyerang lebih intensif lagi dalam beberapa hari mendatang. Ini akan menjadi perang panjang yang tidak akan berakhir," sambungnya.
Menurut pihak Israel, ada 129 sandera, yang diculik pada 7 Oktober ketika kelompok bersenjata Hamas menyerang Israel selatan, masih ditahan di wilayah Palestina.
Sementara itu, dilansir dari kanal Global Liputan6.com yang mengutip dari BBC, Selasa, 26 Desember 2023, PM Benjamin Netanyahu sesumbar soal perang setelah diingatkan Amerika Serikat agar mengurangi intensitas serangan. Ia pun bersumpah akan menghancurkan dan mengembalikan para tawanan yang diculik dari Israel.
Tak hanya itu, Netanyahu mengaku para tentara Israel masih ingin menyerang Jalur Gaza meski korban tewas di wilayah tersebut sudah tembus 20 ribu orang. "Jadi kita tidak berhenti, kita terus bertempur, dan kita memperdalam pertempuran dalam hari-hari mendatang dan ini bakal menjadi pertempuran yang panjang dan ini tidak dekat dengan akhirnya," kata Netanyahu.
Saat ini, Mesir dilaporkan sedang menyusun rencana gencatan senjata di antara pihak Hamas dan Israel. Rencananya adalah kembali melakukan pertukaran tawanan dan tahanan antara Israel-Hamas, serta menyetop penyerangan.
Advertisement
Rencana Ambisius Mesir
Sementara, Benjamin Netanyahu berkata Israel harus terus melakukan tekanan militer agar tahanannya dilepaskan. "Kita tidak akan bisa melepaskan yang diculik tanpa tekanan militer, tekanan operasional, tekanan politik, maka dari itu ada satu hal yang tidak akan dilakukan kita tidak akan berhenti bertempur,""ucap PM Israel.
Mesir sendiri baru saja mengumumkan rencana ambisius untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza melalui gencatan senjata. Proposal yang mereka ajukan kepada Israel, Hamas, AS dan Eropa pada Senin, 25 Desember 2023, akan membuat Israel menarik diri sepenuhnya dari Jalur Gaza, seluruh sandera yang ditawan Hamas dan banyak tahanan Palestina dibebaskan, serta pemerintahan pembentukan pemerintahan teknokratis Palestina yang bersatu.
Melansir laporan Al Jazeera, Selasa (26/12), Mesir mengembangkan proposal tersebut bersama dengan Qatar. Yang mencakup di dalam proposal adalah pertukaran tawanan dan tahanan, yakni pada tahap pertama, Hamas akan membebaskan seluruh tawanan sipil dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina melalui gencatan senjata selama 7-10 hari..
Rencana Gencatan Senjata
Â
Pada tahap kedua, Hamas akan membebaskan semua tentara perempuan Israel dengan imbalan lebih banyak tahanan Palestina. Proses ini akan berlangsung selama gencatan senjata seminggu.
Fase terakhir, pihak-pihak yang bertikai akan terlibat dalam negosiasi selama satu bulan untuk membahas pembebasan seluruh personel militer yang ditahan oleh Hamas dengan imbalan lebih banyak tahanan Palestina dan penarikan Israel kembali ke perbatasan Gaza. Menurut data pihak Palestina, hampir 8.000 warga Palestina ditahan oleh Israel atas tuduhan atau hukuman terkait keamanan.
Selama gencatan senjata, ungkap The Times of Israel, Mesir juga akan memimpin pembicaraan untuk menyatukan kembali faksi-faksi Palestina -Hamas dan Otoritas Palestina- yang kemudian akan bersama-sama menunjuk pemerintahan yang terdiri dari para ahli untuk menjalankan pemerintahan di Tepi Barat dan Jalur Gaza menjelang pemilu mendatang.
Rencana tersebut diduga masih bersifat awal dan sudah ada kesan bahwa mereka akan kesulitan untuk mendapatkan daya tarik dari kedua belah pihak. Hingga saat ini belum ada konfirmasi apapun dari Israel terkait proposal Mesir dan Qatar.
Â
Advertisement