Sukses

Ganjar Pranowo Blusukan ke Pasar Jamu Nguter di Sukoharjo, Sempatkan Ngobrol dengan Pedagang

Di tengah masa kampanye, bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo tampak mengunjungi Pasar Jamu Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah. Momen tersebut diabadikannya dalam sederet potret di akun Instagram pribadi, Rabu, 27 Desember 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah masa kampanye, bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo tampak mengunjungi Pasar Jamu Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah. Momen tersebut diabadikannya dalam sederet potret di akun Instagram pribadi, Rabu, 27 Desember 2023.

Saat baru sampai di Pasar Jamu Nguter, mantan Gubernur Jawa Tengah ini disambut dengan kerumunan warga. Tak sedikit dari mereka yang mengajak bersalaman sekaligus menjepret kedatangan Ganjar melalui ponsel pintar mereka.

"Bu, laris ya?," tanya Ganjar pada salah seorang pedagang di pasar.

Ibu pedagang itu mengatakan, "Semoga menang ya pak, saya doakan."

Cuplikan selanjutnya menunjukkan ia berhenti di salah seorang pedagang dan membeli jamu. Ayah Alam Ganjar ini juga singgah di pedagang yang menjual beragam rempah yang menjadi bahan untuk membuat jamu.

"Kayu apa ini?," tanya Ganjar.

Pedagang menjawab, "Itu secang pak."

"Secang yang warna merah itu?," tanyanya lagi yang kemudian diiyakan.

Ganjar juga bertanya soal kulit manggis dan menyebut, "Punyaku banyak kemarin malah dibuang."

"Jangan pak, itu buat jamu. Banyak manfaatnya pak itu," kata pedagang tersebut.

"Ternyata kulit buah manggis dikeringkan bisa bermanfaat," katanya.

Suami Siti Atikoh tersebut juga mampir ke Kafe Jamu Sukoharjo yang menyuguhkan beragam pilihan minuman, mulai dari temulawak, kunyit asem, beras kencur, jinten susu jahe, gula asam, dan masih banyak lagi.

"Kalau kamu pengin tahu hebatnya dunia perjamuan kita, datang ke Sukoharjo. Cuma di sini yang punya Pasar Jamu. Mau nongkrong juga bisa kok. Gasken ya," bunyi keterangan dalam unggahan tersebut.

2 dari 4 halaman

Tentang Pasar Jamu Nguter

Melansir laman Wonderful Solo, Kamis, 13 April 2023, pasar ini diresmikan pada 1 April 2015. Meski tidak hanya menjual jamu, dengan banyak juga penjual jajanan pasar nan khas, pasar ini jadi simbol keunikan sejarah jamu di Nguter, sebuah kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, yang berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Solo.

Disebut bahwa Nguter memiliki sekitar seribu orang yang berprofesi sebagai penjual jamu gendong. Desa Nguter memiliki potensi jamu rumahan yang besar, selain terdapat lima pabrik jamu di wilayah tersebut.

Beragam merek jamu rumahan dengan kode usaha departemen kesehatan dan industri kecil banyak ditawarkan. Melihat ini, pemerintah Kabupaten Sukoharjo membuatkan pasar untuk menampung para pedagang jamu. Lokasinya berada di Jalan Raya Solo-Wonogiri, Pasar Nguter, Sukoharjo.

Pembaruan Pasar Nguter dimulai pada Agustus 2013 dengan dana Rp13,4 miliar. Berdasarkan data dari kantor Lurah Pasar Jamu Nguter, zona jamu mendominasi unit kios dan los di Pasar Nguter.

3 dari 4 halaman

7 Jamu Racikan

Untuk kios, zona jamu memiliki 55 unit di lantai atas dan bawah. Lalu, zona jamu di bagian los pasar ada 119 unit di lantai atas maupun bawah. Pasar ini juga ditempati para pedagang non-jamu seperti pedagang sembako, buah-buahan, warung makan, dan pakaian.

Namun, mayoritas pedagang Pasar Jamu Nguter adalah penjaja jamu. Ini termasuk tujuh produk jamu racikan yang diproduksi CV WJKW, yaitu Gujati, Sabdo Palon, Bisma, Anoman, Puntodewo, dan Narodo.

Eksistensi jamu di Sukoharjo sendiri telah mencatat sejarah panjang. Ini tidak lepas dari sosok wanita bernama Yoso Hartono asal Purwodadi yang tinggal di Solo pada 1932. Ia menjual jamu di Pasar Nguter.

Awalnya ia merugi, namun setelah memutuskan pindah, ia mencoba menjual jamu beras kencur, kunir asem, jamu pahitan, dan jamu hasil olahan yang siap diminum. Jejak sukses Yoso diikuti pedagang lain. Selain jamu godokan, jamu kemudian berkembang jadi jamu racikan yang telah dibungkus. 

4 dari 4 halaman

Pionir Jamu Racikan di Nguter

Kendati demikian, jamu saat itu tetap dijual secara tradisional dengan berkeliling membawa jamu godokan menggunakan tempat khusus berupa tenggok yang digendong di punggung. Para pedagang jamu ini melakukan inovasi dengan membuat resep dengan merek sendiri-sendiri walau khasiatnya sama.

Seiring waktu, industri jamu di Nguter mengalami pertumbuhan. Salah satu penanda pertumbuhan industri jamu di Nguter adalah munculnya koperasi jamu Indonesia (KOJAI) yang diketuai Murtejo.

Ide pembentukan KOJAI dimunculkan salah satu anak Yoso Hartono, Eko Cahyono, dan mendapat dukungan penuh dari Lurah Desa Nguter, Paimo, dan Camat Nguter, Haryanto. Selain Eko, sejumlah anak Yoso juga jadi penanda kesuksesan industri jamu di Nguter.

Di antaranya adalah Yulianingsih (Cik Nelly) yang bersama suaminya, Slamet Riyadi, mendirikan perusahaan pengolahan jamu yang bernama CV. Wisnu Joglo Kresna Wisnu (WJKW) yang berada di sisi timur Pasar Nguter.

Yoso akhirnya dikenal sebagai pionir industri jamu, khususnya jamu racikan (godokan), di Nguter. Pada 1983, ia meninggal dunia dan pengelolaan industri jamunya diteruskan anak-anaknya.