Liputan6.com, Jakarta - Brand lokal di bidang kosmetik dan kecantikan semakin berkembang. dengan berbagai produk inovatif bagi para konsumennya. Hal ini seiring kesadaran masyarakat yang juga kian meningkat terhadap pentingnya merawat penampilan.
Brand lokal atau produk lokal termasuk brand kecantikan lokal semakin diminati. Tapi bagaimana sebenarnya pengertian brand lokal atau produk lokal di Indonesia? Produk lokal adalah Produk Dalam Negeri (PDN) yang dibuat, diperoleh, diproduksi, dan/atau dihasilkan oleh pelaku usaha daerah atau kota tertentu di Indonesia, menggunakan tenaga kerja dan bahan baku atau komponen yang seluruh atau sebagian berasal dari dalam negeri.
"Saat ini telah banyak produk-produk lokal ternasuk UMKM dengan kualitas tinggi yang tidak kalah dengan brand terkenal darii luar negeri," terang Arif Rahman Hakim Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) pada Liputan6.com, Jumat, 5 Januari 2024.
Advertisement
"Oleh karena itu, pemerintah berupaya menginisiasi berbagai kebijakan yang menjadi bentuk dukungan dan komitmen dalam mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. Salah satunya melalui alokasi 40 persen belanja pemerintah dan BUMN untuk produk lokal serta kampanye Bangga Buatan Indonesia," tambahnya.
Mengenai brand lokal yang bahan bakunya dari Indonesia tapi diproduksi atau pabriknya di luar negeri dinilai tidak termasuk produk lokal. Alasannya, karena tidak memenuhi aspek “diproduksi di dalam negeri”, pabriknya harus didalam negeri, dan tenaga kerjanya juga harus tenaga kerja lokal warga negara Indonesia.
Menurut Arif Rahman Hakim, berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri, Pasal 1 ayat 21 disebutkan bahwa Produk Dalam Negeri adalah barang dan jasa, termasuk rancang bangun dan perekayasaan, yang diproduksi atau dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, menggunakan seluruh atau sebagian tenaga kerja warga negara Indonesia.
Perkembangan Pesat Brand Kecantikan Lokal
Lalu prosesnya menggunakan bahan baku atau komponen yang seluruh atau sebagian berasal dari dalam negeri. Jadi kuncinya adalah selama bahan baku dan tenaga kerja yang memproduksi dari dalam negeri produk tersebut termasuk brand lokal.
Mengenai brand lokal di bidang kosmetik dan kecantikan, menurut KemenkopUKM termasuk produk lokal yang berkembang pesat. "Berdasarkan laporan dari State of Global Islamic Economic Report 2020-2021, tingkat konsumsi masyarakat muslim dunia mencapai 2,02 triliun dolar AS yang terserap di sektor makanan, farmasi, kosmetik, mode, perjalanan dan media/rekreasi halal. Tingkat konsumsi tersebut diproyeksi terus meningkat hingga mencapai 2,4 triliun dolar AS pada tahun 2024," kata Arif.
Ia menambahkan, berdasarkan Indonesia Halal Economic Report, Industri Kosmetik Halal nasional tercatat memiliki nilai pasar sebesar 4.19 miliar dolar AS pada tahun 2022 dan diproyeksikan bertumbuh hingga 8 persen per tahun hingga 2023. Selain itu ada tren memadukan bahan alam sebagai inovasi produk kecantikan yang mampu menggerakan pasar kosmetik dan personal care 3,1 persen.
"Salah satu brand kosmetik lokal yang membanggakan karena sudah mendunia adalah Wardah. Wardah merupakan salah satu brand kosmetik lokal dan halal yang sudah go global serta mampu bersaing dengan brand luar ternama seperti Loreal, Maybelline, dan lain-lain," jelas Arif.
Advertisement
Menggunakan Bahan-bahan Lokal
Sementara salah seorang penilik brand kosmetik lokal, Koko Kriuk, mengklaim menggunakan bahan baku lokal pada semua produk-produknya, lalu dibuat di dalam negeri oleh tenaga kerja yang sebagian besar orang Indonesia. Menurut pemilik brand Maklon Skincare ini, produk kecantikan lokal miliknya punya keunggulan tersendiri, yaitu dibuat dari bahan-bahan kosmetik alami yang banyak terdapat di alam Indonesia.
"Saya kurang tahu dengan produk lain, yang jelas saya membuat produk yang bahan dan pembuatannya semua di Indonesia,” terangnya pada Liputan6.con, 5 Januari 2024.
"Yang perlu kita ketahui kita punya beberapa bahan kosmetik yang aslinya berasal dari Indonesia, salah satunya adalah lidah buaya yang terbaik berasal dari Kalimantan, Jadi bahan baku kita tidak kalah dengan produk-produk luar,” tambahnya.
Setelah sekesai diproduksi, produk kecantikan miliknya juga melakukan uji dermatologis yang merupakan wewenang BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). "Jadi ketika kita membuat produk suatu merek, kita sudsh melalui proses pendaftaran di BPOM, dimana semua bahan yang ada dicantumkan dalam kemasan. BPOM juga telah mengeluarkan aturan bahan bahan yang bisa lulus uji dan yang tidak diperbolehkan," tuturnya.
Dorong Kemajuan Produk Lokal
Meski begitu, Koko mengakui hingga sejauh ini, para pengusaha produk kecantikan seperti skincare, masih mengandalkan pabrik-pabrik dari luar negeri.Berbagai macam merk skincare telah tersebar di Indonesia, dan hampir sebagian besar produk buatan Korea Selatan.
"Kita melihat potensi pengusaha Indonesia terus mengembangkan produk kecantikannya, dan mereka butuh pabrik yang memiliki standar dan kualitas tinggi dan bisa bersaing dengan produk luar," jelas Koko Kriuk. "Apalagi saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mempromosikan produk lokal menjadi tuan rumah," imbuhnya.
Untuk itu, Koko dan rekannya,, Jonie Yap berencana untuk membangun pabrik skincare yang diyakini untuk pertama kalinya di Indonesia. Di atas lahan sekitar 2000 meter persegi di kawasan Gunung Sindur Bogor, Jawa Barat, Jonie Yap dan Koko Kriuk ingin mendorong kemajuan produk lokal yang berkualitas dan bisa berdaya saing dengan produk luar.
Koko Kriuk berharap dengan dibangunnya pabrik, mereka bisa mewadahi para pengusaha kecantikan dalam menciptakan produk yang inovatif dengan kualitas yang baik dan juga aman. "Tentunya ke depannya akan bermunculan produk lokal yang tak kalah bagus dengan produk Korea," katanya.
Advertisement
Brand Lokal Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Pengamat brand dan Brand Activist. Arto Biantoro mengtakan produk atau brand lokal sekarag ini sudah banyak diminati dan mulai menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kemajuan teknologi telah memberi ruang bagi wirausaha muda untuk membangun brandnya secara maksimal.
"Hal ini diikuti dengan kesempatan untuk bisa belajar dari brand-brand luar lewat platform media sosial, sehingga memberi ruang untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya. Kini semakin banyak brand lokal yang semakin dinikmati khususnya juga para artisan brand yang membangun brand mereka dengan berbagai pendekatan yang sangat kreatif dan berdampak," terangnya pada Liputan6.com, Jumat, 5 Januari 2024.
Ia menambahkan, kelebihan utama produk lokal adalah orisinalitas. Kemampuan untuk menemukan sisi sisi menarik yang banyak ditemukan di seluruh kepulauan Nusantara. Budaya, bahan baku dan akulturasi teknologi membuat brand-brand lokal kita punya karakter yang khas. Edukasi dan sosialiasi lewat berbagai platform menjadi penting dan strategis dan harus dilakukan oleh semua stakeholder baik pemerintah maupun swasta.
“Indonesia punya bahan baku melimpah yang bisa diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi. Namun,yang perlu direnungkan adalah bagaimana membangun produk lokal yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan global, serta memiliki makna,dan berdampak bagi sesama,” ucap Anto.
Menurut Arto, kreativitas para entrepreneurs untuk menciptakan produk dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, hal yang dapat ditingkatkan oleh brand-brand lokal Indonesia adalah soal kemasan komunikasi dan narasi yang dibangun.
Untuk menciptakan produk lokal yang berdaya saing tinggi, menurut Arto, sulit jika dilakukan sendiri. Perlu dukungan dan kolaborasi, misalnya dengan korporasi besar, agar dapat turut mendukung perkembangan usaha-usaha produk lokal.
"Kita punya banyak bahan baku, tinggal bagaimana mengemas narasinya, termasuk mengangkat budaya-budaya yang ada di sekitar kita. Kalau kita mau dan punya waktu untuk menggalinya, Indonesia ini kaya sekali,jadi masih banyak bahan-bahan lokal yang bisa dimaksimalkan termasuk untuk produk kosmetik dan kecantikan," papar Arto.