Sukses

Putri Mahkota Jepang Idap Penyakit Misterius, Tak Bisa Makan Makanan Normal

Putri Mahkota Jepang, Putri Kiko dinyatakan sakit sejak Desember 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Putri Mahkota Jepang, Kiko dilaporkan tidak bisa menyantap 'makanan normal'. Kondisinya saat ini terus diobservasi oleh dokter.

Mengutip Hello Magazine, berbagai publikasi Jepang melaporkan pernyataan yang dikeluarkan Badan Istana Kekaisaran pada Sabtu, 6 Januari 2024. Mereka mengungkapkan bahwa Kiko tidak sehat sejak Desember 2023.

Penyakit yang diderita Putri Kiko sampai saat ini masih misterius. Dokter menyatakan perempuan bangsawan berusia 57 tahun itu negatif Covid-19 yang sempat dideritanya pada Juli 2023. Sederet jadwal kerajaan yang harus dihadirinya terpaksa dibatalkan selama ia memulihkan diri. Kiko juga dinyatakan tak mengidap influenza. 

Jika kondisinya pulih, Kiko dijadwalkan untuk menghadiri ritual Showa Tenno-sai pada Minggu (7/1/2024). Upacara itu dilakukan di Koreiden untuk menghormati kematian Kaisar Showa. Ia merupakan kakek suaminya, Putra Mahkota Akishino dan Kaisar Jepang Naruhito.

Showa adalah kaisar terlama di Jepang yang memerintah negara tersebut dari 1926 hingga 1989 saat kematiannya. Ia disebut sosok kontroversial yang mengobarkan perang di Asia pada era 1930an dan 1940an. Ia terlibat sebagai bagian dari 'Poros Kejahatan' selama Perang Dunia II. 

 

 

Putri Kiko menikah dengan Akishino pada 1990. Pasangan itu bertemu saat keduanya masih mahasiswa pada 1986 dengan Akishino saat itu dikenal sebagai Pangeran Fumihito. Keduanya bertunangan pada 1989. Pernikahan mereka sempat ditunda setahun karena Jepang saat itu sedang berkabung nasional akibat kematian Kaisar Showa.

2 dari 4 halaman

Melepas Mako Menjadi Rakyat Biasa

Putri Kiko dan Pangeran Akishino dianugerahi tiga anak, yakni Mako Komuro (32), Putri Kako (29), dan Pangeran Hisahito (17). Putri sulung mereka melepaskan gelar kerajaan setelah menikah dengan rakyat jelata pada 2021.

Kisah pernikahan Mako sempat menjadi pemberitaan utama di dunia. Pasalnya, kisahnya diwarnai drama, mulai dari pernikahan yang tak dijadwalkan berulang kali hingga persoalan utang keluarga Kei Komuro, tunangan Mako saat itu, kepada mantan tunangan ibunya.

Sebagian rakyat Jepang menentang rencana pernikahan Mako dan Komuro lantaran persoalan itu. Pangeran Akishino pun menahan restunya atas pernikahan pasangan tersebut hingga persoalan keuangan itu diselesaikan dengan baik.

Pernikahan Mako yang awalnya akan digelar pada 2018 akhirnya dilangsungkan pada 2020. Mako pun menolak uang kerajaan sekitar Rp19 miliar sebagai kompensasi dari kerajaan atas gelar bangsawan yang ditanggalkan demi menikah dengan orang biasa.

Setelah itu, Mako dan Komuro pindah ke New York, Amerika Serikat. Mako dikabarkan bekerja sebagai asisten kurator di sebuah museum, sedangkan suaminya terus berjuang untuk mendapat lisensi sebagai pengacara. 

3 dari 4 halaman

Mako Idap PTSD

Sebelumnya, mantan Putri Mako dikabarkan mengidap post-traumatic stress disorder/PTSD (gangguan stress pasca-trauma). Ia terkena PTSD akibat komentar-komentar kejam terkait hubungannya.

Dilaporkan Kyodo, Jumat, 1 Oktober 2021, hal itu diungkap oleh keluarga kekaisaran Jepang. Putri Mako terkena PTSD karena komentar-komentar abusif yang menyerang masalah keuangan di keluarga tunangannya, Kei Komuro.

Psychology Today menjelaskan bahwa PTSD adalah rasa stres dan trauma yang diakibatkan suatu peristiwa kepada seseorang. Efeknya sangatlah negatif kepada psikologis dan emosi dari orang itu, meski peristiwa yang memicu PTSD sudah lama berlalu.

Hubungan asmara Putri Mako menjadi sorotan karena Kei Komuro merupakan rakyat biasa. Keduanya bertemu saat kuliah pada 2012. Namun, kontroversi muncul karena masalah uang antara ibu Komuro dan mantan tunangannya.  

Ibu dari Komuro dituntut mantan tunangannya karena masalah uang yang mencapai 4 juta yen (sekitar Rp 500 juta). Uang itu turut digunakan untuk pendidikan Komuro. Pihak keluarga Komuro mengira uang itu adalah hadiah, tetapi ternyata kembali dipermasalahkan.

4 dari 4 halaman

Keluarga Kaisar Jepang Batalkan Tradisi Tahun Baru

Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang membatalkan tradisi Tahun Baru Kekaisaran Jepang yang digelar pada Selasa, 2 Januari 2024. Dalam tradisi itu, Kaisar Naruhito dan keluarga kerajaan biasanya menyapa langsung publik dari istana.

Mengutip Kyodo, gempa M7,5, sebelumnya disebut M7,4, yang terjadi di Prefektur Ishikawa, Jepang Tengah, membuat keluarga Kekaisaran Jepang membatalkan rencana itu. Menurut badan tersebut pada Senin, 1 Januari 2024, Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako meniadakan acara di Tokyo tersebut karena mempertimbangkan kerusakan yang disebabkan gempa.

Gempa tersebut telah memicu peringatan tsunami hingga otoritas mendesak warganya untuk mengungsi, terutama yang berada di wilayah pesisir Noto, Ishikawa. Peringatan itu menyebutkan potensi gelombang setinggi 5 meter akan melanda kota tersebut. Pihak berwenang juga mengeluarkan peringatan tsunami untuk prefektur tetangga Niigata dan Toyama, dengan mengatakan gelombang bisa mencapai 3 meter.

Hingga Sabtu, 6 Januari 2024, jumlah korban tewas akibat gempat Ishikawa mencapai 126 orang. CBS News melansir, Kota Wajima mencatat jumlah kematian tertinggi, yaitu 69 orang dan diikuti oleh Suzu 38 orang. Lebih dari 500 orang terluka, sedikitnya 27 di antaranya menderita luka serius. Sementara itu, gempa susulan mengancam akan mengubur lebih banyak rumah dan memblokir jalan-jalan penting untuk pengiriman bantuan.

Â