Liputan6.com, Jakarta - Gen Z diperkirakan memiliki pernikahan yang lebih baik. Setidaknya itu menurut Laporan Kencan Masa Depan 2023 dari Tinder. Survei bertajuk "A Renaissance in Dating, Driven by Authenticity" ini mengungkap bahwa orang berusia 18 hingga 25 tahun secara drastis mengubah cara berkencan, sehingga akan berdampak besar jika dan ketika mereka memilih menikah.
Melansir NY Post, Senin, 8 Januari 2023, data dalam laporan ini berasal dari berbagai survei dan penelitian yang dilakukan terhadap ribuan orang di Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Pakar wawasan hubungan global Tinder, Paul C. Brunson, percaya bahwa fokus gen Z pada kesehatan mental dan penetapan batasan akan meletakkan dasar yang membuat mereka memiliki "pernikahan paling sukses hingga saat ini."
"Perkembangan pribadi, kesejahteraan emosional, dan komunikasi yang jelas dalam hubungan adalah prioritas bagi gen Z, yang mengarah pada pernikahan yang lebih kuat dan sehat," katanya sebagai bagian dari lima prediksi yang dibuat dalam laporan tersebut.
Advertisement
"Namun, mereka kurang tertarik pada pernikahan dibandingkan generasi sebelumnya, dan lebih memilih fokus menciptakan kehidupan yang memuaskan," imbuhnya.
Prediksi ini tidak hanya didasarkan pada laporan, tapi juga data pernikahan dari seluruh dunia. Brunson mengutip penelitian terbaru yang menemukan bahwa dalam tiga tahun terakhir, kepuasan pernikahan di negara-negara Barat rata-rata lebih rendah dibandingkan 20 tahun lalu.
Namun di sisi lain, mereka yang termasuk responden dalam 20 persen pernikahan teratas saat ini merasa lebih puas dibandingkan periode mana pun dalam sejarah, kata Brunson pada news.com.au.
Hubungan yang Sehat
Brunson mengatakan, "Ketika menganalisis data tersebut, kami menyadari bahwa 20 persen pernikahan teratas saat ini memanfaatkan keterampilan, pembelajaran, dan perilaku yang tidak kita miliki 20 tahun lalu."
"Pada dasarnya, pasangan yang mempelajari perilaku sehat, kemudian mewujudkannya dalam hubungan mereka biasanya memiliki kepuasan hubungan lebih tinggi. Jadi, premis itulah yang saya gunakan," sebut dia.
Brunson kemudian membandingkan perilaku ini dengan perilaku yang ditunjukkan gen Z, dan mencap mereka sebagai "generasi kencan paling sehat yang pernah ada," dengan menunjuk pada fokus mereka pada pengembangan diri, komunikasi, penetapan batasan, terapi, dan kesehatan mental.
"Jadi, karena alasan-alasan tersebut, dan banyak alasan lain, saya pikir, sangat jelas bahwa data menunjukkan gen Z akan memiliki pernikahan paling kuat atau tingkat kepuasan pernikahan paling tinggi," tuturnya. "Sekarang, jumlah pernikahan mereka mungkin lebih sedikit, namun di antara mereka yang sudah menikah, mereka akan memiliki pernikahan paling kuat."
Gen Z tertua berusia 26 tahun pada tahun ini. Artinya, ada banyak dari mereka yang mungkin sudah menikah atau berpikir untuk menikah. Namun, seperti yang disebutkan Brunson, laporan tersebut menemukan bahwa pernikahan bukanlah prioritas bagi generasi ini dibandingkan generasi sebelumnya.
Advertisement
Menikah Bukan Prioritas Gen Z
Bagi kelompok usia 18 hingga 25 tahun yang disurvei, menikah berada pada urutan ke-10 dalam daftar prioritas ketika memikirkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang mereka. Sebagai perbandingan, generasi milenial menempatkan pernikahan dalam empat tujuan utama mereka ketika berada pada usia yang sama.
Sebaliknya, 80 persen generasi Z percaya bahwa perawatan diri adalah prioritas utama mereka ketika berkencan, dan 79 persen menginginkan calon pasangan memiliki pandangan yang sama. Generasi lebih muda ini dengan keras menolak norma-norma kuno mengenai bagaimana seharusnya romansa dan hubungan.
69 persen di antara mereka percaya bahwa standar berkencan perlu diubah agar sesuai dengan masyarakat yang lebih modern dan beragam. "Jika kita benar-benar ingin mengetahui inti permasalahannya, gen Z lah yang menyimpan dan menikmati seni untuk mengenal seseorang," sebut laporan itu.
"Mereka menetapkan bahwa orang paling penting adalah diri mereka sendiri. Ini adalah kelompok yang memprioritaskan kualitas seperti kesengajaan dan transparansi, dengan cinta diri dan kepuasan pribadi jadi pertimbangan utama."
Bahkan, istilah "berkencan" telah berubah maknanya. Bagi generasi tua, berkencan dengan seseorang mungkin dianggap sebagai hal yang biasa saja, namun bagi Gen Z, berpacaran adalah sesuatu yang lebih serius dan memiliki tujuan terbatas, seperti hubungan romantis.
Akibatnya, banyak generasi Z yang lebih suka menggunakan terminologi berbeda agar tidak memberi banyak tekanan pada hubungan baru dengan mendefinisikannya dengan kata seperti "kencan."
Penggunaan Istilah Berbeda
Istilah-istilah yang dipakai, seperti vibing, kick it, dan situasi cenderung lebih selaras dengan cara pandang para lajang muda terhadap proses berkencan. Semua ini menciptakan lingkungan kencan lebih sehat bagi kaum muda.
Faktanya, lebih dari separuh generasi milenial yang disurvei setuju bahwa berkencan saat ini lebih sehat bagi remaja berusia 18 hingga 25 tahun dibandingkan saat mereka berusia sama. Tiga dari empat orang berusia 33 hingga 37 tahun setuju bahwa permainan istilah berkencan dianggap "normal" ketika mereka masih muda.
CMO Tinder, Melissa Hobley, mengatakan pada news.com.au bahwa kesadaran generasi milenial tentang gen Z dan bagaimana mereka mengubah pola kencan adalah salah satu bagian yang lebih mengejutkan dalam laporan tersebut.
Ia, mengatakan berkencan dan pacaran selalu "rumit," tapi kesadaran seperti inilah yang menunjukkan bahwa semuanya jadi lebih baik. "Terkadang, kemajuannya tidak secepat yang kita inginkan, namun kemajuannya semakin baik dan semakin sehat,"Â sebut Hobley.
Ia menyambung, "Apa maksudnya lebih baik? Itu berarti Anda bisa jadi diri sendiri, dan kami melihatnya dalam data dengan peningkatan data sebesar 102 atau 104 persen yang diidentifikasi sebagai non-biner."
Advertisement