Liputan6.com, Jakarta - Israel terus mengebom Gaza ketika PBB memperingatkan bahwa wilayah kantong yang terkepung itu sudah "tidak layak huni." Para diplomat Barat tengah berada di wilayah tersebut sebagai bagian dari upaya baru meningkatkan aliran bantuan kemausiaan ke Gaza dan mengatasi meningkatnya kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Melansir New Arab, Selasa, 9 Januari 2024, pertempuran tersebut telah meningkatkan ketegangan di seluruh kawasan, dan beluma da tanda-tanda mereda. Warga Palestina di Jalur Gaza dilaporkan jadi pihak yang paling terdampak kekerasan ini karena skala kehancuran yang terjadi telah memicu pengungsian massal dan krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Baca Juga
Dengan sebagian besar bangunan wilayah tersebut jadi puing-puing, kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan "Gaza jadi tidak bisa dihuni." Belum lagi bicara minimnya barang kebutuhan pokok, risiko kelaparan, dan menyebarnya ragam penyakit karena kualitas hidup yang jauh dari kata layak.
Advertisement
Anak-anak di Gaza juga "sekarat dalam segala hal," Tanya Haj-Hassan, seorang dokter di Doctors Without Borders memperingatkan. "Jumlah korban (anak) tewas sudah lebih dari delapan ribu. Sekarang sudah beberapa minggu, jadi angkanya kemungkinan mendekati 10 ribu," katanya pada Al Jazeera.
"Sekitar tiga bulan setelah perang di Ukraina, PBB menyatakan bahwa kehidupan anak-anak telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II. Saat itu, rata-rata dua anak terbunuh setiap hari. Tapi, anak-anak yang terbunuh per hari di Gaza mencapai lebih dari 100 anak," tambahnya.
Serangan ke Rumah Sakit
Setidaknya 57 orang yang tewas dalam serangan Israel telah dibawa ke Rumah Sakit Al-Aqsa dalam 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan Palestina. 62 warga Palestina lain yang terluka juga dibawa ke fasilitas kesehatan itu.
Rumah Sakit Al-Aqsa adalah rumah sakit terbesar di Gaza tengah, tempat serangan Israel paling intens. Awal pekan ini, banyak petugas kesehatan dan ratusan pasien harus dievakuasi dari fasilitas tersebut karena pemboman besar-besaran Israel di sana.
Kini, hanya tersisa segelintir dokter yang menangani kasus darurat yang menumpuk setiap jamnya. Sementara itu, kekhawatiran meningkat mengenai status Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di pusat Deir el-Balah di Gaza, di mana 600 pasien dan staf layanan kesehatan dievakuasi pada Senin, 8 Januari 2024.
LSM internasional telah mengosongkan rumah sakit tersebut karena pertempuran sengit di dekatnya. MSF mengatakan telah mengevakuasi staf medisnya karena serangan pesawat tidak berawak dan tembakan penembak jitu di sekitar rumah sakit tersebut.
Advertisement
Gaza Hancur
Sebelumnya dilaporkan bahwa tidak ada perayaan malam Tahun Baru 2024 di Muwasi. Itu merupakan kamp sementara warga Palestina di wilayah yang sebagian besar belum berkembang di pantai Mediterania yang ditetapkan oleh Israel sebagai "zona aman."
"Dari intensitas penderitaan yang kami jalani, kami tidak merasakan adanya tahun baru," kata Kamal al-Zeinaty yang berkumpul bersama keluarganya di sekitar api unggun di dalam tenda, lapor Al Jazeera, dikutip 3 Januari 2024. "Semua hari sama saja."
Kerabat lainnya, Zeyad al-Zeinaty, yang melarikan diri bersama keluarganya dari kamp pengungsi Jabaliya di Gaza utara, mengatakan istri, saudara laki-laki, dan cucunya adalah beberapa di antara banyak kerabat yang hilang dalam perang.
Sebuah video yang diterbitkan Bulan Sabit Merah menunjukkan kekacauan setelah serangan di Gaza tengah. Di rekaman, tim penyelamat terlihat bekerja dalam kegelapan membawa seorang anak yang terluka. Menjelang akhir tahun, warga Palestina di Gaza berdoa untuk gencatan senjata, namun tidak terlalu optimis bahwa tahun 2024 akan lebih baik.
"Gaza telah hancur dan kami tidak punya tempat tinggal,"Â kata Suzan Khader di Rafah. "Tapi, kami hanya ingin berhenti mendengar suara pesawat dan drone agar anak-anak berhenti merasa takut, dan agar kami dan orang-orang yang kami cintai, mereka yang pergi, dapat bertemu kembali."
Rafah Sudah Penuh Sesak
Badan bantuan PBB (OCHA) telah merilis informasi terkini mengenai situasi kemanusiaan di Palestina. Pihaknya mencatat bahwa lebih dari 1 juta orang kini berada di Rafah di Gaza selatan.
OCHA mengatakan, pemboman besar-besaran Israel dari darat, udara, dan laut terus berlanjut di seluruh Gaza. Serangan militer di Khan Younis dan Deir el-Balah juga telah membuat Rafah jadi "sangat penuh sesak."
Diperkirakan ada 14 ribu orang yang berlindung di Rumah Sakit Al-Amal di Khan Younis ketika rumah sakit tersebut diserang Israel pada Selasa, 2 Januari 2024. Mereka kini "sangat ketakutan," menurut OCHA.
Banyak dari mereka telah meninggalkan rumah sakit, sementara yang lainnya berencana meninggalkan "tempat yang sebelumnya mereka gunakan untuk berlindung," sebut badan PBB itu. Pembaruan juga membahas peringatan tentang penyebaran penyakit di Gaza dan ancaman keamanan pangan dengan risiko kelaparan.
Para pengungsi Palestina sebelumnya mengatakan mereka lelah karena belum terlihat tanda-tanda perang akan berakhir, lapor AFP, dikutip dari CNA.
Advertisement