Liputan6.com, Jakarta - Kekurangan makanan membuat hewan-hewan di Kebun Binatang Rafah, di ujung selatan Gaza dalam kondisi yang memprihatinkan akibat konflik Israel dan Hamas. Hewan-hewan tersebut terancam mati kelaparan.
"Situasinya sangat tragis, tidak ada makanan, air, obat-obatan, atau apa pun," kata pemilik kebun binatang, Ahmed Jumaa, sambil ditemani seekor burung beo yang hinggap di bahunya, dikutip dari AFP, Selasa, 9 Januari 2024.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan risiko kelaparan dan penyakit, karena hanya sedikit bantuan yang masuk ke wilayah Palestina. Ini setelah tiga bulan pecahnya pertempuran antara Israel dan Hamas.
Advertisement
Dengan pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel, mendorong semakin banyak warga Gaza ke selatan menuju Rafah, dekat perbatasan Mesir. Jumaa membuka pintunya bagi mereka yang membutuhkan.
"Kebun binatang ditutup setelah perang, namun kami membukanya untuk menampung keluarga dan teman-teman pengungsi," kata Jumaa.
Para pendatang telah mendirikan tenda darurat di antara kandang dan menggantungkan pakaian warna-warni mereka di tali jemuran untuk melihat singa dan monyet kurus yang berjalan mondar-mandir. Saat orang dewasa memasak makanan apa pun yang mereka temukan, anak-anak mengintip hewan-hewan dari balik jeruji, banyak di antaranya kelaparan.
"Makanan tidak tersedia, dan beberapa hewan telah mati," tambahnya.
Juma mengungkapkan, "Singa betina melahirkan, tapi kami tidak bisa menyediakan makanan, sehingga anaknya mati dan hal yang sama terjadi pada monyet dan burung."
Putar Otak
Kekurangan makanan memaksa kebun binatang untuk berkreasi demi menjaga kelangsungan hidup hewan-hewan tersebut. "Metode terakhir kami adalah membawakan mereka roti kering dan membasahinya dengan air," terangnya Jumaa. "Kami juga mencoba memberikan (mereka) sesuatu dari sana-sini."
"Pada awal perang, kami mampu mengatasinya, kemudian menjadi tidak terkendali," tutur Jumaa.
Perang telah menyebabkan kelangkaan daging dan kenaikan tajam harga pakan, yakni dari 70 shekel (sekitar Rp291 ribu) menjadi 400 shekel (setara Rp1,6 juta). Jumaa mengatakan kebun binatang sedang menunggu bantuan dari organisasi kesejahteraan hewan.
Di sisi lain, sembilan dari 10 warga Palestina seharian penuh tidak makan apa pun di wilayah Gaza, menurut laporan terbaru World Food Programme (WFP). Organisasi internasional di bawah naungan PBB ini juga melaporkan bahwa hingga 97 persen warga Gaza tidak memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka di tengah pengepungan dan serangan militer Israel terhadap wilayah kantong Palestina.
Dikutip dari The New Arab, Minggu, 10 Desember 2023, bagi pekerja medis di Gaza, berkurangnya akses terhadap makanan dan air telah memperburuk perjuangan mereka untuk mengatasi krisis ini. Di sisi lain, mereka juga berupaya untuk menyelamatkan nyawa
Advertisement
Dokter di Gaza Peringatkan Warga Palestina Terancam Bencana Kelaparan
"Saya akan jujur kepada Anda. Saya sangat lapar dan energi saya rendah. Saya sudah lapar untuk beberapa waktu. Saat ini saya berada di sekolah perawat di Rumah Sakit Eropa di Gaza," kata seorang dokter senior dari Medical Aid for Palestinians (MAP) kepada The New Arab.
Dokter yang tidak mau menyebutkan namanya itu, mengatakan bahwa meningkatnya tingkat kelaparan telah berdampak signifikan terhadap dirinya dan anak-anaknya. Ia menambahkan bahwa dia baru sekali menerima bantuan kemanusiaan.
Dirinya mengggambarkan bantuan yang telah diberikan "kebanyakan berupa biskuit dan makanan kaleng." Dokter tersebut menekankan bahwa upayanya untuk mengamankan makanan adalah untuk memastikan anak-anaknya menjadi prioritas.
Dikatakannya, bahwa dia belum "mengalami perasaan kenyang selama berminggu-minggu." "Pengeboman di sekitar tempat tinggal saya menyebabkan masalah psikologis pada anak-anak saya. Mereka takut gelap dan suara bomnya menakutkan," terangnya.
Ia menambahkan, "Anak saya berumur lima tahun dan dia meminta saya untuk membelikannya nasi dan daging. Dia tidak mengerti bahwa ayahnya lebih lapar daripada dirinya."
Gedung Pusat Makanan Diserbu
Pada Selasa, 5 Desember 2023, sejumlah orang menyerbu sebuah gudang tempat bantuan makanan untuk dua hari menumpuk sebelum didistribusikan, kata badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA). Orang-orang dengan putus asa merampas apa pun yang mereka bisa dan lari membawa karung tepung.
"Perang kelaparan telah dimulai," kata Nawras Abu Libdeh, seorang pekerja medis yang berbasis di Khan Younis bersama MAP kepada kantor berita Associated Press. "Dan ini adalah perang terburuk."
Dalam beberapa hari terakhir, tank-tank Israel bergemuruh ke Gaza selatan, dimulai dari Khan Younis. Ini adalah pembukaan babak baru yang suram dalam perang yang telah menewaskan 17.487 warga Palestina oleh Israel, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Organisasi seperti Doctors Without Borders (MSF) telah mengeluarkan peringatan mengenai tantangan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan penembakan besar-besaran tanpa henti, kelangkaan air, dan kekurangan makanan telah menghalangi pasien mereka untuk mengakses perawatan medis yang memadai. Doctors Against Genocide (DAG), sebuah koalisi layanan kesehatan global, merinci dampak dehidrasi dan kelaparan yang dialami oleh dokter mereka sendiri.
Advertisement