Sukses

Desain Cable Car yang Jadi Alternatif Atasi Kemacetan di Puncak, Ditargetkan Rampung Tahun Ini

Sandiaga Uno mewacanakan pembuatan kereta gantung (cable car) sebagai salah satu opsi transportasi menuju Puncak demi mengurangi kemacetan di kawasan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Padatnya volume kendaraan di Jalur Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bukan merupakan hal baru. Berbagai wacana penanganan pun bergulir, mulai dari membangun Jalur Puncak II, penyediaan park and ride, cable car, sampai jalan tol.

Pada awal 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mewacanakan pembuatan kereta gantung (cable car) sebagai salah satu opsi transportasi menuju Puncak demi mengurangi kemacetan di kawasan tersebut. Kabarnya ada calon investor dari Arab Saudi yang tertarik menanamkan modal di proyek cable car.

Lalu bagaimana perkembangannhya sejauh ini?  Menurut Sandiaga Uno, proyek cable car masih terus berjalan dan bahkan sudah disiapkan cetak biru atau blueprint nya..

"Cable car masih terus diupayakan buat mengatasi kemacetan di Puncak yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya. Untuk blue print nya sedang disiapkan oleh PT Wika, dan rencananya ada investor dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang ingin terlibat dalam proyek ini,” terang pria yang biasa Sandi ini usai The Weekly Brief with Sandi Uno di kantor Kemenparekraf, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Januari 2024.

"Kita tentunya ingin segera terwujud apalagi dalam beberapa bulan mendatang ada masa libur lebaran biasanya akan semakin padat lagi. Targetnya blue print dan desainnya bisa selesai di tahun ini juga supaya bisa segera dibangun,” sambungnya.

Pada 2022 lalu, Sandi sudah pernah mengatakan bahwa penggunaan cable car patut jadi pertimbangan utama karena termasuk ramah lingkungan. "Kita harus punya solusi permanen, kereta gantung itu menjadi salah satu opsi. Ini sudah dikembangkan bagaimana cable car, selain ramah lingkungan juga mempunyai sensasi yang berbeda," ujarnya saat Weekly Press Briefing, Selasa, 1 Maret 2022.

Mantan Wakill Gubernur DKI Jakarta ini menambahkan, sejumlah destinasi pegunungan di luar negeri juga ada cable car sebagai transportasi alternatif. Sandi pun memberikan beberapa solusi. Ia menginstruksikan kepada stafnya, Hengky Manurung, yang merupakan ahli manajemen krisis, untuk mengembangkan penggunaan kereta gantung Puncak Bogor.

 

2 dari 4 halaman

Alasan Puncak Jadi Destinasi Favorit

Sandi mengatakan, kemacetan sudah terjadi sejak ia pergi ke Puncak, Bogor, yang merupakan kegiatannya setiap seminggu saat masih SMP, SMA, dan kuliah. Saat sudah menikah dengan Nur Asia, ia juga sering ke kawasan Puncak karena keluarga istrinya mempunyai tempat peristirahatan di sana.

"Saat long weekend, terutama pada 27 dan 28 Februari 2022, kemacetan menjadi cerita yang berulang-ulang dan belum ada solusinya. Kalau libur panjang, pilihan utama masyarakat selalu ke Puncak," ungkap Sandiaga.

Sandiaga menuturkan, Puncak merupakan destinasi favorit karena udaranya yang segar dan biayanya yang terjangkau, namun jalannya sangat sempit. Ia pernah membuat konten tentan kemacetan yang berjam-jam tak bergerak di sana. Penyebabnya kendaraan mogok, sepeda motor yang berhenti di bahu jalan.

Selain itu, ada juga pengendara yang mengabaikan pola rekayasa lalulintas yang sudah diatur sehingga terjadi 'adu banteng'. "Saya sudah berkoordinasi dan menginstruksikan kepada semua jajaran bahwa Polri sudah punya pola rekayasa laluintasnya agar dipatuhi. Kemacetan ini jadi bahan evaluasi karena bisa mencoreng pariwisata kita," imbuh Sandi.

 

3 dari 4 halaman

Lokasi Wisata Selain Puncak

Sandiaga mengimbau kepada wisatawan bahwa sebelum berlibur lebih dulu harus mempersiapkan kendaraan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi mogok di tengah jalan yang bisa mengakibatkan kemacetan.

"Jika terjadi mogok, makan akan memperparah arus lalulintas. Wisatawan harus menaati peraturan lalulintas. Jangan main serobot, karena tidak sabar akhirnya makin memperparah kemacetan itu," kata Sandi.

Untuk menghindari kemacetan, Sandiaga juga mengimbau kepada mereka yang biasa liburan ke Puncak untuk mencari lokasi wisata lain. Ia mengatakan banyak desa lain ternasuk desa wisata di sekitar Jabodetabek.

"Ada Kebun Raya Bogor, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung Banten, dan Cikeusik. Destinasi-destinasi itu akan membantu perekonomian masyarakat dan sensasinya berbeda. Memang cuaca yang dicari (wisatawan) di Puncak ini, tapi suasana seperti itu juga bisa ditemui di Garut, dan mungkin wilayah lain," kata Sandi.

Upaya lain untuk mengurangi kemacetan adalah melanjutkan pembangunan Jalur Puncak II atau disebut Jalur Poros Tengah Timur (PTT). Pemerintah Kabupaten Bogor sudah mengusulkan penataan Jalur Puncak II, tetapi APBD Kabupaten Bogor tidak cukup sehingga butuh dukungan dari pemerintah provinsi dan Pemerintah Pusat.

4 dari 4 halaman

Pembangunan Jalur Puncak II

 

Pada 2020, Pemkab Bogor, yang saat itu dipimpin Bupati Ade Yasin, menggelontorkan Rp5 miliar untuk merampungkan pembukaan Jalur Puncak II sepanjang 1,1 kilometer dengan lebar 30 meter melalui program Karya Bakti Skala Besar dengan melibatkan TNI.

Pertengahan tahun 2023, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan bahwa pembangunan Jalur Puncak II menjadi proyek strategis nasional (PSN).

Dikutip dari Antara, Jalur Puncak II akan dibangun sepanjang 62,8 kilometer. Dari 62,8 kilometer itu, sepanjang 48,7 kilometer masuk wilayah Kabupaten Bogor dan 18,5 kilometer berada di wilayah Cianjur. Adapun dari 18,5 kilometer, sepanjang 15,5 kilometer menghubungkan Desa Warga Jaya, Kabupaten Bogor, dan Green Canyon di perbatasan Karawang.

Jalan akan dibangun di kawasan Sentul--Hambalang--Sukamakmur--Pacet--Cipanas. Area dengan panjang jalur 62,8 kilometer itu membutuhkan lahan 115 hektare. Sebanyak 63 persen di antaranya merupakan hibah dari pemilik lahan. Masih ada 1,5 hektare lahan yang belum dibebaskan berada di sekitar Sirkuit Sentul sebagai salah satu akses keluar masuk Jalur Puncak II.

 

Video Terkini