Liputan6.com, Jakarta - Video lautan pasir Bromo banjir tengah viral di jagat maya. Merujuk rekaman online tersebut, kondisi tersebut membuat sejumlah sepeda motor, yang kemungkinan milik wisatawan, sempat terjebak, bahkan terbawa derasnya aliran air.
Kendati menghebohkan, ini disebut "bukan fenomena luar biasa," selain juga bukan kali pertama terjadi. Melansir merdeka.com, Kamis (11/1/2024), Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) mengatakan, kejadian seperti yang terekam dalam video telah acap kali terjadi saat hujan deras, namun itu bukan "banjir."
Saat kejadian, hujan deras turun di kawasan Widodaren dan Gunung Batok. "Tidak ada banjir di lautan pasir. Itu hanya aliran air karena hujan besar di sekitar Widodaren dan Gunung Batok," kata Kepala Bagian Tata Usaha BB TNBTS, Septi Eka Wardhani, Rabu 10 Januari 2024.
Advertisement
Eka menegaskan, hujan terjadi hingga menimbulkan aliran air di kawasan lautan pasir. Tapi, air tersebut dipastikan akan hilang dan terserap di kawasan Mendongan. Sepakat dengan itu, Staf Humas BB TNBTS, Endrip Wahyutama, menyebut bahwa lokasi kejadian merupakan jalan aliran air.
"Karena sebenarnya memang itu adalah lokasi aliran air," sebut dia. "Kebetulan debit air yang mengalir cukup tinggi, sehingga tampak seperti banjir. Air itu nantinya juga akan cepat surut seiring berjalannya waktu, mengalir dan meresap ke arah yang lebih landai."
Septi juga mengimbau pengunjung selalu waspada dan berhati-hati, terutama saat terjadi hujan deras. Pasalnya, "aliran air" akan didahului ujan deras di sekitar lautan pasir Bromo.
Bukan Kali Pertama
Ini bukan kali pertama video lautan pasir Bromo diduga banjir. Pada 2019, video serupa juga sempat viral di media sosial. Keterangan yang disampaikan saat itu pun mirip dengan dikatakan di atas.
Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS saat itu, Sarif Hidayat, mengatakan bahwa dengan curah hujan yang tinggi, ditambah letak geografis, itu akan menjadikan Laut Pasir Bromo dan sekitarnya sebagai lokasi limpahan air dari pegunungan sekitar, lapor Antara.
"Ini hanya fenomena biasa saja, Laut Pasir Bromo berada pada posisi lembahan yang dilingkari beberapa pegunungan, yaitu Pegunungan Tengger, Bromo, Batok, Widodaren, Watangan, dan Keciri," kata Sarif.
Kala itu, "banjir" dilaporkan terjadi pada 25 Januari 2019 antara pukul 14.00 WIB sampai 17.45 WIB, karena curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi di sekitar kawasan Bromo. Sarif menjelaskan, struktur dan sifat pasir dengan kemampuan menyerap air tinggi dan lembek mengakibatkan air yang mengalir dalam jumlah besar akan membentuk aliran sungai.
Advertisement
Tenang dan Waspada
Karena struktur dan sifatnya itu, aliran air dalam jumlah besar tidak akan berlangsung lama, dan segera surut. "Hanya berlangsung kurang lebih satu jam," ujar Syarif. "Air akan segera surut dan kondisi akan normal seperti biasa."
Pihak BB TNBTS juga mengimbau para wisatawan yang tengah melewati atau berada di lokasi kejadian untuk tetap tenang dan waspada. Pasalnya, kondisi tersebut memang akan menyulitkan mobilisasi karena terhambat aliran air. "Faktor ketenangan dan kewaspadaan terhadap apa yang terjadi jadi kunci penting dalam menyikapi fenomena banjir di Laut Pasir tersebut," kata Sarif.
Aliran air tersebut dijelaskan akan bermuara di Blok Mendongan sebelah Barat Laut Pasir atau Timur Laut Blok Watu Kuto, yang selanjutnya akan muncul sumber mata air di Desa Ngadirejo, Sapi Kerep, Wonokerto, Ngadas, dan Umbulan Sukapura.
Bahkan, aliran air tersebut akan sampai ke pemandian Banyu Biru dan Umbulan Lain di Kabupaten Pasuruan yang berada di kaki kawasan Bromo Tengger Semeru, bebernya.
Lapisan Es Tipis di Lautan Pasir Bromo
Tidak hanya "banjir," fenomena lain yang jadi langganan di lautan pasir Bromo adalah lapisan tipis es yang terjadi karena udara dingin menyelimuti kawasan taman nasional itu. Kejadian itu kembali dilaporkan pada Mei 2023.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani, menurut Antara, menjelaskan bahwa fenomena embus es tipis itu kerap terjadi, khususnya pada musim kemarau. Ia menyebut, embus upas itu biasnya muncul di pagi hari sebelum matahari terbit sempurna.
Ia menambahkan, pada fenomena embun upas terjadi di kawasan taman nasional tersebut, suhu udara tercatat berkisar antara 5--9 derajat celsius. Selain lautan pasir Bromo, fenomena embun upas juga bisa terjadi di kawasan Ranupane dan Ranu Regulo di Gunung Semeru.
Kendati terjadi setiap tahun, tidak bisa diperkirakan kapan lapisan es tipis ini akan terjadi. Embun upas muncul hanya pada saat-saat tertentu dan memang jadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. "Ini menarik (untuk wisatawan) karena hanya terjadi di saat-saat tertentu saja. Ini merupakan salah satu fenomena yang langka," sebut Septi.
Advertisement