Liputan6.com, Jakarta - Gunung Wanggameti merupakan sebuah gunung yang berada di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung ini merupakan titik tertinggi di Pulau Sumba yang mencapai ketinggian 1.225 Mdpl.
Gunung ini berada di perbatasan Desa Katiku Wai, Kecamatan Matawai Lapau dengan Desa Nggoni, Kecamatan Karera. Di sebelah timur laut Gunung ini terdapat sebuah dataran tinggi Wanggameti dengan beberapa puncaknya seperti Puncak Nggiku, Kuang, Halawala, dan lainnya.
Gunung ini termasuk dalam Taman Nasional Laiwangi Wanggameti. Sungai yang berhulu di Gunung Wanggameti antara lain Sungai Kambaniru, Sungai Ananjaki, dan Sungai Parrunggading. Suhu udara di puncak Gunung Wanggameti berkisar 26 °C--31 °C. Di puncak Gunung Wanggameti tumbuh bunga Edelweis.
Advertisement
Masih banyak hal mengenai Gunung Wangggameti selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Wanggameti yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis, 11 Januari 2024.
1. Titik Tertinggi di Sumba
Gunung Wanggameti adalah titik tertinggi di pulau Sumba dan terletak di dalam Taman Nasional Laiwangi Wanggameti yang ditunjuk pada tahun 1998. Pulau ini sangat populer di kalangan pengamat burung, karena ada 7 spesies endemik.
Tidak seperti kebanyakan hutan di Sumba, yang telah digeledah sejak lama, Wanggameti adalah hutan tebal yang bahkan mungkin salah satu daerah terbesar yang tersisa di pulau itu. Gunung ini termasuk yang paling selatan, dan karena itu salah satu yang paling dekat dengan Australia, sekitar 700 km jauhnya.Â
2. Kaya Akan Peninggalan Nenek Moyang
Mengutip dari laman Gunung Bagging, Gunung ini hanyalah salah satu alasan tambahan untuk mengunjungi apa yang merupakan salah satu pulau paling unik dan menarik di Indonesia. Terdapat pula makam megalitik, ukiran batu, arsitektur yang indah, sistem kepercayaan kuno dari leluhur yaitu agama marapu.
Begitu juga dengan tradisi seperti Pasola yaitu pertempuran tahunan antara penunggang kuda saingan yang luar biasa. Sama halnya dengan kain ikat dan lanskap batu kapur berumput sangat berbeda dengan negara lain.
3. Masyarakatnya Masih Berburu Babi dan Rusa di Hutannya
Perjalanan ke puncak sempat hanya boleh dilakukan oleh penduduk setempat untuk berburu banyak babi liar di hutan dan jumlah rusa yang lebih kecil di hutan. Namun, otoritas taman nasional akhirnya memasang tanda di pintu masuk hutan dan tanda kedua di puncak itu sendiri.
Di antara keduanya adalah jejak yang baru dipotong, luas, mengarah ke atas dan ke bawah selama tujuh kilometer dari pintu masuk hutan ke puncak. Kawasan gunung ini terbilang bersih, tidak ada sampah di jalan setapak.
Advertisement
4. Ada Banyak Lintah di Musim Hujan
Satu hal penting yang perlu diingat ketika mempertimbangkan mendaki gunung ini adalah bahwa jumlah lintah di hutannya memang sangat banyak selama musim hujan. Jauh lebih banyak daripada saat mendaki puncak gunung yang ada di Kalimantan dan Sumatra.
Itu sebabnya, sebaiknya sudah mengantisipasi. Tidak masalah jika Anda benar-benar tak keberatan mengambil lintah dari kaki setiap beberapa menit dan kemudian gatal dan pendarahan selama beberapa hari sesudahnya, disarankan untuk dikunjungi selama musim kemarau yaitu pada Mei--Oktober.
5. Jalur Menuju Titik Pendakian
Pendaki harus melewati sekitar 4 jam untuk mencapai jalan bergelombang dari Waingapu. Setelah melewati Tanarara, Anda akan melihat kantor polisi, kantor listrik PLN dan sekelompok ukiran batu dan makam atau monumen megalitik di kedua sisi jalan.
Anda perlu mengambil jalan di persimpangan berikutnya dan lebih jauh di sepanjang kanan lain kanan lain. Di samping sebuah bangunan kayu yang dicat hijau. Jika kemungkinan Anda perlu meminta arah, minta warga di Desa Wanggameti, desa di lereng gunung yang lebih tinggi.
6. Butuh 6 Jam Pendakian Naik dan Turun
Anda akan tahu bahwa Anda telah mencapai Desa Wanggameti (1.023 mdpl) ketika Anda melihat tanda telepon umum di persimpangan jalan. Jika Anda masih membutuhkan pemandu lokal, bawa ke kiri ke rumah kayu di sebelah monumen batu dan tanyakan di sana.
Sekiranya membutuhkan waktu 3 jam untuk sekali jalan dan mencakup perjalanan bolak-balik 14 km sehingga totalnya mungkin 6 jam, termasuk sedikit waktu istirahat. Landmark terkenal dimulai dari tiang kayu mungkin menunjukkan kamp pemburu lokal (1.113 mdpl), hingga ke puncak melewati apa yang terasa seperti puncak kecil (1.014 mdpl).
Ada banyak spesies pohon yang diidentifikasi dengan tanda-tanda kecil yang dibuat oleh staf Taman Nasional Wanggameti. Hutannya padat tetapi ada tempat-tempat sesekali di mana Anda dapat melihat sekilas tanah yang lebih rendah atau bahkan pantai di kejauhan dalam cuaca cerah.
Secara keseluruhan, Wanggameti bukanlah pendakian gunung kelas dunia dengan cara apa pun, tetapi merupakan alasan tambahan yang cemerlang untuk mengunjungi Sumba di samping makam dan ukiran megalitik dan lanskap yang tidak biasa di Indonesia.Â
Â
Advertisement