Sukses

Sosok Ofer Cassif, Anggota Parlemen Israel yang Dukung Gugatan Genosida Warga Palestina di Mahkamah Internasional

Ofer Cassif menandatangani petisi dukungan gugatan kasus genosida terhadap Israel yang diajukan Afrika Selatan dan disidangkan di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, pada Kamis, 11 Januari 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Ofer Cassif, seorang anggota parlemen Israel yang memicu badai politik dan sensasi media sosial, awal pekan ini. Pasalnya, ia menandatangani petisi dukungan gugatan kasus genosida terhadap Israel yang diajukan Afrika Selatan dan disidangkan di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, Kamis, 11 Januari 2024.

Cassif, yang menyatakan dukungan terhadap Afrika Selatan melalui media sosial, akan mendorong upaya hukum negara tersebut dalam pengajuan gugatan ke ICJ kemarin dan hari ini, Jumat (12/1/2024). "Kewajiban konstitusional saya adalah terhadap masyarakat Israel dan seluruh penduduknya, bukan pemerintah yang anggota dan koalisinya menyerukan pembersihan etnis, genosida yang sebenarnya," tulisnya di X, dulunya Twitter, pada 7 Januari 2024, dirangkum Al Jazeera, Jumat (12/1/2024).

Ia menyambung, "Merekalah yang merugikan negara dan rakyat. Merekalah yang menyebabkan Afrika Selatan mengajukan banding ke Den Haag, bukan saya dan teman-teman saya." Korban tewas warga Palestina akibat pemboman Israel di Jalur Gaza selama hampir 100 hari telah mencapai 23 ribu orang, termasuk hampir 10 ribu anak-anak, catat outlet itu.

Cassif adalah seorang politisi dari partai Hadash-Ta'al sayap kiri yang mayoritas penduduknya Arab. Hadash adalah akronim Ibrani untuk Front Demokratis untuk Perdamaian dan Kesetaraan. Lahir di Rishon LeZion dekat Tel Aviv pada 1964, ia telah jadi anggota parlemen Israel selama hampir lima tahun.

Ia menyandang gelar doktor dalam bidang filsafat politik dari London School of Economics. Cassif adalah seorang akademisi di Universitas Ibrani Yerusalem sebelum masuk parlemen.

2 dari 4 halaman

Bukan Pertama Kali

Kecenderungan Cassif untuk melawan arus masyarakat Israel bukanlah hal baru. Pada akhir 1980-an, orang Israel yang pro Palestina ini sudah menghabiskan waktu di penjara karena menolak jadi tentara di wilayah pendudukan.

Kemudian pada 2021, ia mengklaim polisi memukulinya saat ia berpartisipasi dalam protes terhadap pemukiman ilegal Yahudi di Yerusalem Timur yang diduduki Israel. Serangan-serangannya di masa pra-parlemen terhadap Israel, termasuk menyebut Menteri Kehakiman Israel Ayelet Shaked sebagai "sampah neo-Nazi," membuat Komite Pemilihan Umum Pusat tidak mengizinkannya ikut serta dalam pemilu tahun 2019.

Namun, keputusan tersebut dibatalkan Mahkamah Agung, dan ia terpilih pada tahun itu, dengan Hadash-Ta'al menerima sedikit di bawah 4,5 persen suara nasional dan enam kursi di Knesset. Ini kontras dengan perolehan lebih dari 26 persen suara dan 35 kursi yang diperoleh masing-masing partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu dan Kahol Lavan, aliansi politik oposisi yang dipimpin mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz, yang juga anggota kabinet perang Netanyahu.

3 dari 4 halaman

Anomali dalam Politik Israel

Yossi Mekelberg dari Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House menyebut Cassif sebagai "sebuah anomali dalam politik Israel." "Sebagian besar anggota (parlemen) Israel di Knesset bertugas di partai-partai Zionis, namun tidak demikian halnya dengan Cassif," kata Mekelberg.

Cassif membuat marah beberapa orang karena menolak mengambil sikap mendukung Ukraina dalam perangnya dengan Rusia. Ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berpidato di Knesset melalui Zoom pada Maret 2022, sebulan setelah invasi Rusia, Cassif menolak hadir.

"Saya tidak memihak dalam perang yang tidak perlu, yang merugikan warga sipil yang tidak bersalah, memperkuat kekuasaan dan memperkaya penguasa perang," kata Cassif dalam kicauan X-nya saat itu. "Saya tidak mendukung kaum nasionalis dan penganiaya komunis di Ukraina, dan saya juga tidak mendukung Putin dan kaum nasionalis yang membenci komunis di Rusia. Tidak untuk perang, saya memilih perdamaian.”

Senada dengan itu, Cassif adalah pendukung setia solusi dua negara untuk Israel dan Palestina.

4 dari 4 halaman

1 dari 400 Warga Israel

Pada Desember 2023, dalam percakapan yang ditranskripsikan di situs Partai Komunis Israel, ia berkata, "Rakyat Palestina, sebagai bangsa, berhak memiliki negara merdeka. Komprominya adalah mendapat tanah di samping Israel, negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, yang akan berdiri di wilayah lama yang diduduki Israel pada Juni ’67. Itu berarti Jalur Gaza, Yerusalem Timur, dan Tepi Barat. Tidak ada jalan lain."

Ia sangat menentang pemukiman Israel di wilayah Palestina dan memprotesnya. Pada Februari 2022, ia bergabung dengan pengunjuk rasa di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, di mana banyak keluarga diusir dari rumah mereka agar para pemukim dapat dipindahkan.

Cassif nyatanya adalah satu dari 400 warga Israel, dengan populasi hampir 9,5 juta jiwa, yang menandatangani petisi yang mendukung gugatan Afrika Selatan terhadap Israel. Sebagai anggota Knesset, tindakan pembangkangannya di depan publik sangat buruk.

Namun di media sosial, para pendukung hak-hak warga Palestina di seluruh dunia memuji keputusan Cassif untuk mengumumkan pendiriannya mengenai kasus ICJ di Afrika Selatan terhadap Israel. Namun, di Israel sendiri, opini mengenai dirinya di kalangan kiri pro-Palestina sedikit berbeda.

"Ia adalah seseorang yang kami hormati dan dukung atas pendiriannya melawan genosida, meski ada beberapa perbedaan politik dengan sebagian dari kami," kata Neta Golan, anggota aktif Israel Melawan Apartheid.