Sukses

Komik Indonesia Hari Ini, Bertransformasi ke Ragam Medium

Dunia komik Tanah Air turut bertransformasi seiring dengan perkembangan zaman. Komikus Indonesia Faza Ibnu Ubaidillah Salman atau yang dikenal dengan Faza Meonk mengatakan bahwa "wajah" komik lokal hari ini tak lepas dari pengaruh teknologi, terutama internet.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia komik Tanah Air turut bertransformasi seiring dengan perkembangan zaman. Komikus Indonesia Faza Ibnu Ubaidillah Salman atau yang dikenal dengan Faza Meonk mengatakan bahwa "wajah" komik lokal hari ini tak lepas dari pengaruh teknologi, terutama internet.

"Sebelum internet booming di era 2000-an, saya rasa komik kita bisa dibilang cukup mati suri karena toko buku kita saat itu dikuasai sama komik terjemahan, terutama komik-komik Jepang," terang Faza Meonk kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 12 Januari 2024.

Kreator karakter Si Juki ini menyebut ketika internet kian banyak dikonsumsi masyarakat, mulai beragam pula konten-konten komik yang tersaji di internet, termasuk media sosial. Hal ini pula yang mendorong munculnya platform-platform komik.

"Kalau ngomongin komik Indonesia hari ini, ragamnya dan kuantitasnya bertumbuh besar bagi saya, karena faktor internet tadi," tutur lulusan Universitas Bina Nusantara itu.

Selain soal kuantitas bertambah, produk komik ini pun, dikatakannya, menjadi sebuah produk yang tak dipandang hanya komik semata. "Banyak muncul komik yang bertransformasi ke berbagai macam medium," ungkapnya.

Faza melanjutkan, "Misalnya dari komik ke film, transmedia dari komik ke novel, versi mainan, merchandise. Akhirnya kita tidak hanya bicara komik, tapi juga intellectual property (IP). Perkembanganya bagi saya baik, dari segi jumlah bertambah, dari industri bertransformasi tidak hanya bicara komik saja. Komik hari ini sesuatu yang menarik dan oke."

2 dari 4 halaman

Karakter Si Juki

Karakter Si Juki pertama kali muncul di komik DKV4, komik tentang seorang mahasiswa karya Faza Meonk. Ia juga mengunggah komik tersebut di Facebook dan blog pada 2010, berlanjut dengan komik pertama Juki diterbitkan pada 2011.

"Situasinya (saat 2011) karena saya ada di ruang lingkup komunitas, komunitas lagi semangat-semangatnya untuk terus berkreasi lewat komik karena saat itu pemerintah mulai melek dengan industri kreatif dapat sorotan industri komik," terang Faza.

Dikatakannya, beberapa penerbit mulai terbuka menerbitkan komik Indonesia, tak melulu komik terjemahan. "Internet penetrasinya mulai besar di 2011, dulu ramai nge-blog, Facebook, forum kayak Kaskus itu yang membuat konten kita galpang dibicarakan sama banyak orang," tambahnya.

Faza sendiri sejak kecil telah bercita-cita menjadi seorang komikus. "Tapi memang sempat geser, karena saya melihat komikus bukan profesi yang menghasilkan karena geser sekolah di SMK animasi karena animasi karena melihat animasi masih lebih potensial, masih terpakai di industri, kuliah juga di animasi," katanya.

Karena rasa cinta yang begitu kuat, ia akhirnya kembali lagi ke dunia komik. Saat kuliah, ia membuat komik dan lahirlah karakter Si Juki.

"Walaupun komik pertama yang saya ekspektasikan waktu itu bisa terjual dengan besar, tapi tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Itu yang akhirnya membuat saya mengulik bahwa ternyata kita enggak bisa ngomongin komik doang," katanya.

3 dari 4 halaman

Terjun ke IP Business hingga Film

Faza menerangkan, "Saya mulai mempelajari yang namanya intellectual property business pada akhirnya justru mengimprovisasi diri saya untuk tidak bisa hanya di komik tapi yang bergerak harus karakternya karena yang saya lihat yang saya gemari kayak Doraemon, Spongebob mereka enggak hanya bergerak di satu medium."

Terpacu untuk mengulik lebih dalam, ia memiliki rencana besar di 2012 untuk membuat Juku terjun ke IP business. "Enggak cuma di komik saja, tapi komik masih menjadi sebuah core karena komik bagi saya adalah medium yang efektif untuk menyampaikan pesan ada story, ada visual sehingga lebih gampang untuk dicerna," terangnya.

Proses kreatif Faza timbul dari keresahan-keresahan yang ia dan tim lihat di sekitar, soal keadaan sosial, hingga politik. Hal tersebut dikatakannya adalah sumber ide dan inspirasi dalam membuat sebuah komik.

"Bagaimana pun, karena ini medium penyampai pesan, kita mau sampaikan apa sih ke yang baca, maka dari itu karakter Si Juki kita bikin sefleksibel mungkin, bisa ngomongin macam-macam, dari tentang sesuatu yang sederhana sekali yang keseharian sampai politik juga bisa. Fungsi karakter ini benar-benar penyampai keresahan dan pesan kreatornya untuk masyarakat dan masyarakat bisa relate dengan apa yang dibicarakan," ungkapnya.

Si Juki sendiri telah terjun ke ragam medium lain, terlepas dari komik, seperti ke dunia layar lebar. Film bertajuk "Si Juki The Movie" dirilis pada 2017.

 
4 dari 4 halaman

Rambah Dunia Art Toys

"Karena memang ketika buku cukup banyak dan laris, banyak sekali PH (production house) film yang menawarkan untuk jadi film, tapi rata-rata mereka masih takut untuk bikin animasi karena animasi tidak murah dan tidak cepat bikinnya, hanya segelintir PH yang akhirnya berani investasi di animasi," katanya.

Faza menambahkan, "Karena kalau untuk film live action saya enggak mau, karena saya sendiri punya concern di industri animasinya, bagaimana supaya industri animasi kita maju, maka harus karakter saya juga harus masukkan ke industri animasi, akhirnya ada PH yang berani untuk ke situ."

Kehadiran film animasi lokal ini disambut positif oleh masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan dengan perilisan hari pertama disaksikan sekitar 72 ribu penonton dan keseluruhannya ditutup dengan 650 ribu penonton.

"Bagi saya ketika maju ke berbagai lintas medium, kita mendobrak banyak hal, 2023 belakangan saya masuk mulai ke dunia art toys, di mana mungkin marketnya di Indonesia enggak besar, tapi di China, Hong Kong, Taiwan itu besar dan kita lagi coba garap market Asia," katanya.

Faza menutup, "Eksplorasi seperti ini yang salah satu yang saya senangi karena kita tahu insight berbagai macam industri, IP bisa bereksplorasi ke berbagai macam medium."

Video Terkini