Sukses

Tak Butuh Uang Banyak, Perempuan Austria Pewaris Kekayaan Rp423 Miliar Cari Orang yang Bisa Bantu Bagi-Bagi Duitnya

Marlene Engelhorn menyatakan akan membagikan 90 persen dari kekayaannya kepada orang-orang atau pihak yang membutuhkan. Ia pun mencari 50 orang yang bersedia membantu membagikan warisannya.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan Austria yang mewarisi kekayaan senilai 27,1 dolar AS atau sekitar Rp423 miliar ingin membagi-bagikan hartanya. Dia pun merekrut 50 orang yang akan diminta memberitahunya ke mana ia harus pergi memberikan uangnya.

Mengutip laman NY Post, Kamis, 18 Januari 2024, Marlene Engelhorn (31) mewarisi kekayaan neneknya, Traudi Engelhorn-Vechiatto, yang meninggal pada September 2022 di usia 95 tahun. Namun karena tidak memerlukan banyak uang, Engelhorn pun membentuk sebuah inisiatif bertajuk 'Dewan yang Baik untuk Redistribusi'.

"Saya mewarisi kekayaan, dan juga kekuasaan, tanpa melakukan apa pun untuk itu," tulisnya dalam sebuah pernyataan, menurut BBC. "Negara bahkan tidak mengenakan pajak pajak atas hal itu."

"Jika politisi tidak melakukan tugasnya dan mendistribusikan kembali, saya sendiri yang harus mendistribusikan kembali kekayaan saya," katanya.

Tidak jelas berapa banyak uang yang akan diberikan. Namun, Engelhorn sebelumnya menyatakan bahwa dia akan membagikan hingga 90 persen dari kekayaannya.

Nenek Engelhorn adalah keturunan Friedrich Engelhorn, pendiri perusahaan kimia BASF. Forbes melaporkan bahwa dia diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar USD4,2 miliar sebelum kematiannya.

Pada Rabu, 17 Januari 2024, Engelhorn memulai pencariannya untuk 50 orang terpilih, mengirimkan 10.000 undangan ke warga Austria yang berusia di atas 16 tahun secara acak. Kelompok ini akan terdiri dari orang-orang dari 'semua kelompok umur, negara bagian, kelas sosial dan latar belakang'.

Mereka akan diminta untuk 'menyumbangkan ide-ide mereka untuk bersama-sama mengembangkan solusi demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan'.

 

2 dari 4 halaman

Fasilitas yang Akan Diberikan

Engelhorn menggambarkan proses tersebut sebagai 'pelayanan terhadap demokrasi'. "Saya tidak punya hak veto," kata Engelhorn. "Saya menyerahkan aset saya kepada 50 orang ini dan menaruh kepercayaan saya kepada mereka."

Kelompok ini akan berkumpul di Salzburg dengan para akademisi dan berbagai organisasi dari Maret hingga Juni. Masing-masing dari mereka akan dibayar mahal atas waktunya. Biaya perjalanan akan ditanggung, dan setiap peserta akan dibayar sekitar USD1.300 untuk setiap diskusi akhir pekan yang mereka hadiri. Penitipan anak dan penerjemah juga akan tersedia di lokasi.

Beda Engelhorn, beda pula dengan cara Sukanto Tanoto mengelola uangnya. Orang terkaya di Indonesia itu dikabarkan baru saja membeli hotel di Shanghai dari pengembang properti grup Dalian Wanda.

Mengutip Mingtiandi, ditulis Minggu, 7 Januari 2024, hotel mewah yang terletak di bagian Selatan tepi laut Bund yang terkenal di Shanghai diakuisisi  unit Pacific Eagle Real Estate yang berbasis di Singapura, perusahaan investasi properti milik konglomerat Sukanto Tanoto pada Desember 2023.

"Sebagai investor jangka panjang, Pacific Eagle Real Estate mengakuisisi Shanghai Wanda Reign di Bund Hotel untuk optimalkan modal,” ujar juru bicara Pasific Eagle kepada Mingtiandi.

3 dari 4 halaman

Hotel Bintang Tujuh

Harga akuisisi meski tidak diungkapkan, berdasarkan sumber, aset tersebut berpindah tangan dengan harga diperkirakan mencapai 1,44 miliar-1,66 miliar RMB. Nilai itu sekitar USD 204 juta-USD 234 juta (sekitar Rp 3,16 triliun-Rp 3,63 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.521).

Wanda menjual hotel mewah itu dengan harga yang hampir sama dengan harga 1,7 miliar RMB saat perusahaan itu dilaporkan akuisisi waterfront site pada 2011. Termasuk akuisisi site tersebut, Wanda dilaporkan telah investasi 3,4 miliar RMB (USD 516 juta) pada properti tersebut, menjadikannya hotel termahal yang pernah dibangun di China.

Dibuka pada Juni 2026, hotel dengan 193 kamar ini memiliki luas 36.000 meter persegi dengan kamar standar mulai dari 45 meter persegi dan suite seluas 288 meter persegi. Dinilai sebagai hotel “bintang tujuh” pertama di Shanghai, properti ini menjadi terkenal karena dekorasi yang mewah dan kemewahan yang luar biasa termasuk pelayan pribadi, layanan mobil Rolls Royce dan ruangan KTV.

Hotel ini menandai penambahan keempat portofolio properti Pacific Eagle di China.Sebelumnya portofolio yang dimiliki antara lain menara perkantoran Pacific Eagle Center 21 di Beijing, China yang dikembangkan sebagai usaha patungan dengan China Resources Capital milik pemerintahan China, kantor di Beijing, proyek perkantoran dan perumahan di Rizhao, Shandong.

4 dari 4 halaman

Aset-Aset Sukanto Tanoto

Di luar China, perusahaan milik Sukanto Tanoto ini mengakuisisi Tanglin Shopping Centre di kawasan Orchard Road Singapore senilai 868 juta dolar Singapura (USD 645,6 juta) atau sekitar Rp 10,02 triliun. Portofolio Pacific Eagle di Singapura juga termasuk hotel Mondrian Duxton Singapore dengan 302 kamar yang dikembangkan di lokasi bekas Chinatown Plaza setelah perusahaan akuisisi kompleks pada 2018.

Selain itu, tiga bidang tanah yang bersebelahan dengan Jalan Bukit Timah dekat Botanic Gardens Singapura. Pacific Eagle juga memiliki dua aset kantor di London dan sebuah gedung perkantoran di Munich. Adapun Pacific Eagle merupakan bagian grup Royal Golden Eagle (RGE) milik Sukanto Tanoto.

Berdasarkan data Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto tercatat USD 3,2 miliar atau sekitar Rp 49,67 triliun pada 7 Januari 2024. Dengan jumlah kekayaan tersebut membawa Sukanto Tanoto (74) jadi orang terkaya ke-995 di dunia. Sedangkan di Indonesia, posisi Sukanto Tanoto berada di peringkat ke-12.

Kekayaan Sukanto Tanoto berasal dari bisnis yang terdiversifikasi melalui grup RGE. Grup RGE yang didirikan Sukanto Tanoto pada 1973 sebagai produsen panel kayu lapis telah berkembang menjadi menjadi konglomerat multi nasional dengan total aset dan operasi sekitar USD 35 miliar di Indonesia, China, Brasil, Spanyol dan Kanada. Bidang usaha utama grup ini meliput kertas, minyak sawit, serta minyak dan gas.